Kegiatan bermain ini sangat populer dan dapat diprediksi secara universal sehingga merupakan kebiasaan untuk membagi masa kanak-kanak menjadi tahapan yang lebih spesifik. Ragam aktivitas bermain yang dilakukan anak berangsur-angsur berkurang seiring bertambahnya usia. Anak-anak yang lebih besar memiliki lebih sedikit waktu untuk bermain dan mereka ingin menghabiskan waktu mereka dengan cara yang paling menyenangkan bagi mereka. Anak-anak cenderung meninggalkan permainan karena bosan atau menganggap permainan itu terlalu kekanak-kanakan.
Namun, kegiatan bermain ini menyenangkan dan disukai oleh anak-anak. . aturannya jauh lebih ketat dan ditegakkan dengan ketat. Anak-anak membuat bentuk dengan balok, pasir, lumpur, tanah liat, dll. Dia suka menonton program untuk anak-anak yang lebih besar serta program untuk anak-anak prasekolah.
Bermain soliter, hal ini biasanya terlihat pada anak-anak yang masih sangat kecil dan sepertinya tidak memperhatikan keberadaan anak lain di sekitarnya. Observer play, yaitu kegiatan bermain dengan cara mengamati anak lain yang sedang bermain, dan tampak tumbuhnya minat terhadap kegiatan anak lain yang diamati. Bermain asosiatif ditandai dengan interaksi dengan anak bermain, bertukar alat bermain, namun jika diperhatikan, terlihat bahwa masing-masing anak sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama tersebut.
Cooperative Play ditandai dengan kerjasama atau pembagian tugas dan peran antara anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Teori Permainan
Dari kegiatan tersebut terlihat adanya peningkatan tingkat interaksi sosial, dari bermain sendiri menjadi bermain bersama. Teori ini menyatakan bahwa bermain memiliki tugas biologis untuk melatih berbagai fungsi jasmani dan rohani guna menghadapi masa depan anak. Sementara itu, teori modern menjelaskan bermain tidak hanya dari segi alasan mengapa perilaku bermain itu terjadi, tetapi juga angka-angka yang menjelaskan manfaat bermain bagi perkembangan anak.
Dikatakannya, bermain memiliki fungsi untuk mengungkapkan dorongan hati sebagai salah satu cara untuk mengurangi kecemasan berlebihan pada anak. Misalnya, anak akan bermain perang untuk mengekspresikan dirinya, anak akan memukul boneka dan berpura-pura berkelahi untuk menunjukkan rasa frustasinya. Teori kognitif yang digagas oleh Jean Piaget juga mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur saraf, serta mengembangkan pilar-pilar pemahaman saraf yang berguna untuk masa depan.
Menurutnya, anak melalui tahapan perkembangan kognitif hingga akhirnya proses berpikir anak sesuai dengan proses berpikir orang dewasa. Dalam proses ini terjadi distorsi, pengubahan atau 'pembelokan' realitas agar sesuai dengan struktur kognitif anak. Menurutnya sesuatu yang baru yang dimiliki anak akan cepat hilang jika tidak dipraktekkan atau dikonsolidasikan.
Bentuk-bentuk Permainan
Dalam proses ini terjadi distorsi, modifikasi atau 'pembelokan' realitas yang sesuai dengan struktur kognitif anak. Akomodasi mengubah struktur kognitif anak untuk beradaptasi, mencocokkan atau meniru apa yang dia amati dalam kenyataan. Ia percaya bahwa sesuatu yang baru yang dimiliki seorang anak akan segera hilang jika tidak dipraktikkan atau dikonsolidasikan. . Aktifitas aktif lebih banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal, sedangkan aktifitas bermain pasif mendominasi pada masa kanak-kanak akhir yaitu sekitar pra pubertas, karena perubahan fisik, emosi, minat, dll. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang mendatangkan kegembiraan dan kepuasan bagi anak melalui kegiatan yang dilakukannya sendiri.
Kegiatan ini juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan tubuh. Kegiatan bermain bebas dan bermain spontan memiliki ciri dapat dilakukan dimana saja, dengan cara apapun, tidak ada aturan yang mengikat dan sesuai dengan keinginan anak sendiri. Hal ini berguna untuk meningkatkan kreativitas anak, melatih motorik halus, melatih konsentrasi, daya tahan dan stamina.
Dengan permainan ini anak dapat dilatih untuk beradaptasi, karena dengan bermain sesuatu mereka belajar tentang aturan atau perilaku yang dapat diterima oleh orang lain. Mengumpulkan benda Dalam permainan ini, anak mengumpulkan benda-benda yang menarik minatnya dan yang dia kagumi. Menjelajah semakin besar dan besar, permainan ini semakin menarik untuk anak-anak, mereka merencanakan kegiatan ini dan melibatkan teman-temannya.
Tentunya hal ini dapat menambah keterampilan baru bagi anak, selain itu juga akan menunjang kepribadian anak, misalnya berkembangnya inisiatif untuk bertindak, ketenangan dalam menghadapi masalah. Permainan dan olahraga adalah kegiatan yang ditandai dengan aturan dan persyaratan yang disepakati bersama dan ditentukan secara eksternal untuk pelaksanaan kegiatan dalam kampanye khusus. Kegiatan bermain musik seperti menyanyi, memainkan alat musik tertentu, atau melakukan gerak tari mengikuti alunan musik.
Kegiatan ini cukup populer di masa lalu, namun dengan perkembangan teknologi mulai ditinggalkan. Di sini anak belajar tentang sistem nilai, adat istiadat, dan norma moral yang berlaku dalam masyarakatnya. Anak akan menjadi aktif, kritis, kreatif dan tidak seperti anak yang cuek, pasif dan tidak peka terhadap keadaan sekitar.
Contoh-contoh Permainan Tradisional
Mungkin karena permainan ini awalnya dimainkan dengan cara mengetuk suweng atau anting-anting. Permainan ini biasanya dimainkan pada sore atau malam hari (saat bulan purnama) dengan duduk di taman atau di serambi (teras) rumah.24 Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki saja, anak perempuan saja atau campuran anak laki-laki dan perempuan.
Dalam permainan ini ada yang menerapkan hukuman tetapi ada juga yang tidak menerapkan hukuman 28 Dipercaya bahwa permainan ini sudah ada sejak lama. Oleh karena itu, permainan ini bisa dilakukan di taman, teras atau di dalam rumah. Menurut sejarah, permainan ini pertama kali dibawa oleh para pendatang dari Arab yang rata-rata datang ke Indonesia untuk berdagang atau berdakwah.
Sehingga sampai para bangsawan juga memainkan permainan ini pada masa itu seperti yang dilakukan oleh keluarga dan kerabat Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Jadi permainan ini mengandung tujuan pemain berusaha untuk mengklaim sesuatu sebagai miliknya. Game ini berlatar belakang kehidupan bertani, dimana menggambarkan bagaimana petani mendapatkan hasil panen sebanyak-banyaknya dan kemudian menyimpannya di lumbung.
Permainan ini biasanya diadakan pada pagi, siang atau sore hari, atau pada saat anak-anak sedang tidak sibuk. Permainan ini tidak membutuhkan permukaan yang luas, sehingga bisa dimainkan di lantai rumah, taman atau teras. Sebenarnya permainan ini adalah permainan anak perempuan dan biasanya pemain yang paling muda berusia 8 tahun hingga mencapai usia dewasa.
Disebut demikian karena dalam permainan ini kamu melakukannya dengan cara berjalan dan melompat menggunakan satu kaki saja. Walaupun tidak ada pihak yang tidak memiliki sawah atau rumah, permainan ini dapat dibubarkan atas kesepakatan semua pemain. Permainan ini bisa dimainkan oleh anak laki-laki saja, hanya anak perempuan atau gabungan antara laki-laki dan perempuan, namun anak perempuan lebih sering menemukan permainan ini.
Yang Anda butuhkan dalam game ini adalah sebidang tanah atau tanah yang ditandai dengan ubin bermain. Permainan ini merupakan permainan kelompok yang terdiri dari dua kelompok, dimana setiap tim terdiri dari 3 - 5 orang.