• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - repo unpas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II - repo unpas"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Berdasarkan Pasal 1234 KUH Perdata, prestasi tersebut dapat berupa “memberi sesuatu”, “melakukan sesuatu”, dan “melakukan sesuatu”. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan pengertian persetujuan sebagai berikut: “persetujuan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang mengikatkan diri kepada satu orang atau lebih”. Pasal 1313 KUH Perdata hanya menyangkut kontrak yang menimbulkan kewajiban, yaitu kontrak kewajiban (R. Setiawan, 1977).

Perjanjian-perjanjian yang diatur dalam Buku III KUH Perdata sebenarnya hanya mencakup perjanjian-perjanjian yang bersifat materiil, bukan bersifat pribadi; Dalam rumusan Pasal 1313 KUH Perdata tidak disebutkan tujuan diadakannya suatu perjanjian, sehingga tidak jelas apa yang dilakukan oleh para pihak. Tirtodiningrat berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang berdasarkan kesepakatan antara dua orang atau lebih sehingga menimbulkan akibat hukum yang dapat dilaksanakan dengan undang-undang.

Apabila seseorang hendak mengadakan suatu perjanjian, ia harus memenuhi syarat-syarat yang diperlukan agar perjanjian itu sah menurut Pasal 1320 KUHPerdata. Unsur esensial adalah unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian. Tanpa adanya unsur esensial maka tidak akan terjadi suatu perjanjian. Artinya suatu perjanjian tidak hanya mengikat apa yang tertulis dalam perjanjian, tetapi didasarkan pada keadilan, adat istiadat atau hukum.

Demikian pula dalam suatu perjanjian seringkali dicantumkan klausul-klausul lain yang bukan merupakan unsur-unsur pokok dalam perjanjian (R. Setiawan, 1978, p. 50).

Jenis Jenis Perjanjian

Dalam pemberian ini yang berkewajiban hanyalah penerima hibah, yaitu pemberi hibah, sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apa pun. Penerima hibah hanya berhak menerima barang yang dihibahkan tanpa ada kewajiban apa pun kepada pemberinya. Perjanjian persetujuan adalah suatu perjanjian yang dianggap sah apabila terdapat kesepakatan antara para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.

Perjanjian formal adalah perjanjian yang memerlukan adanya perjanjian, namun menurut undang-undang perjanjian itu harus dibuat dalam bentuk apa pun secara tertulis dengan akta Notaris atau PPAT. Misalnya dalam jual beli tanah, undang-undang mengatur bahwa akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT, dan akad nikah dengan akta notaris. Perjanjian tercatat atau perjanjian khusus adalah perjanjian yang diatur dengan ketentuan khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Bab V sampai dengan Bab XVIII.

Perjanjian material adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (kewajiban) pihak tersebut untuk menyerahkan barang tersebut kepada pihak lain (leverage, transfer). Secara umum, untuk kesimpulan suatu perjanjian dalam bidang material, khususnya untuk benda tetap, selain perjanjian, disyaratkan juga bahwa perjanjian itu dibuat dalam suatu perbuatan yang dibuat di hadapan pejabat tertentu dan diikuti dengan pendaftaran (berlawanan nama). ) perbuatan hukum berdasarkan akta dalam daftar umum (menyampaikan hak materialnya) (Herlien Budiono, 2010). Pemindahan berkenaan dengan barang alih ketara tidak memerlukan surat ikatan, tetapi penyerahan sebenar adalah mencukupi dan persetujuan adalah elemen.

Jual beli merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak berjanji untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak yang lain berjanji untuk membayar harga yang dijanjikan. Menurut ketentuan Pasal 584 KUH Perdata, hak milik atas suatu benda tidak dapat diperoleh dengan cara lain selain dengan kepemilikan, penyitaan, penyitaan, pewarisan, baik karena hukum maupun karena wasiat, dan dengan persetujuan atau penyerahan atas dasar hak milik. peristiwa peralihan hak sipil. Perjanjian mufakat merupakan suatu perjanjian dimana kedua belah pihak telah sepakat mengenai kemauannya untuk mengadakan suatu perjanjian.

Asas hukum umum hukum kontrak menyatakan bahwa untuk terbentuknya suatu perjanjian cukup dengan adanya suatu perjanjian. Perjanjian umum adalah suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah dan pihak yang lain adalah swasta. Misalnya perjanjian asrama, perjanjian ini memuat ketentuan mengenai sewa (kamar), penjualan (jika disediakan makan) dan perjanjian.

Asas Asas Hukum Perjanjian

Topik tersebut menyatakan bahawa ini adalah puncak peningkatan martabat manusia, yang berasal dari peribahasa Belanda "een man een man, een word een word", yang bermaksud bahawa dengan menetapkan kata seseorang, martabat orang itu sebagai manusia meningkat. Sistem tertutup undang-undang harta benda bermaksud segala bentuk hak milik terhad kepada peraturan berkaitan hak harta terhad kepada peraturan berkaitan hak milik, undang-undang paksaan, manakala undang-undang kontrak memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi dan dalam bentuk apapun, asalkan tidak melanggar ketenteraman dan kesusilaan umum. Peruntukan Akta tidak boleh diikuti apabila pihak-pihak mahukan kaedah mereka sendiri, tetapi melainkan ditentukan sebaliknya, peruntukan Akta tersebut terpakai.

Asas kepribadian merupakan asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya akan melakukan dan/atau mengadakan perjanjian untuk kepentingan perseorangan. Pasal 1315 KUH Perdata menyatakan “pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan suatu perjanjian atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri”. Artinya, perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang mengadakannya.

Suatu kontrak dapat pula diadakan untuk kepentingan pihak ketiga apabila dalam kontrak yang dibuat untuk dirinya sendiri atau pemberian kepada orang lain memuat syarat-syarat demikian.” Pasal ini mengatur bahwa seseorang boleh mengadakan suatu kontrak/perjanjian untuk kepentingan suatu pihak. pihak ketiga dalam kondisi tertentu yang ditentukan. Jika kedua pasal tersebut kita bandingkan, maka pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang kontrak pihak ketiga, sedangkan pada pasal 1318 KUH Perdata adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya, dan orang-orang yang memperoleh hak dari orang yang mengadakannya.

Dengan demikian, Pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang pengecualian, sedangkan Pasal 1318 KUH Perdata mempunyai cakupan yang luas. Segala perjanjian yang dibuat menurut undang-undang berlaku sebagai hukum bagi yang membuatnya. Persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali kecuali atas persetujuan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.

Orang yang beritikad baik mempunyai keyakinan penuh terhadap pihak lawannya, yang dianggapnya jujur ​​dan tidak menyembunyikan apa pun. Jika itikad baik dalam mencapai kesepakatan berarti kejujuran, maka itikad baik dalam tahap pelaksanaan kesepakatan adalah kebenaran, yaitu penilaian yang baik terhadap tindakan para pihak dalam merealisasikan apa yang dijanjikan. Asas kebenaran dalam perjanjian harus tetap dilestarikan karena melalui asas ini ukuran suatu hubungan juga ditentukan oleh rasa keadilan dalam masyarakat.

Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

  • Pengertian Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
  • Para Pihak dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
  • Hubungan Hukum Penyelenggara dengan Penerima Pinjaman Antara pihak penyelenggara dengan penerima pinjaman,
  • Hubungan Hukum Penyelenggara dengan Pemberi Pinjaman Antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman terjadi

77/POJK.01/201 tentang Pelayanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBT) timbul dari perjanjian pinjam meminjam uang. Pinjam meminjam menurut pasal 1754 KUH Perdata adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak memberikan sejumlah tertentu barang yang telah habis dipakai, dengan syarat pihak yang terakhir akan mengembalikan sejumlah barang yang sama dengan jenis dan mutu yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian pinjam meminjam uang adalah semua barang yang habis pakai, dengan ketentuan barang tersebut tidak boleh bertentangan dengan hukum, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Akad pinjam meminjam online atau dikenal juga dengan sebutan peer-to-peer lending (P2P lending) pada dasarnya sama dengan akad pinjam meminjam konvensional, yang membedakan hanyalah para pihak tidak bertemu secara langsung, para pihak tidak perlu saling mengenal. , lain lagi yang kedua, karena ada penyelenggara yang akan mempertemukan para pihak dan melaksanakan perjanjian secara online. Lahirnya akad pinjam meminjam uang online diawali dengan adanya penawaran oleh penyedia layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dan dilanjutkan dengan penerimaan oleh nasabah. Penawaran dan penerimaan dalam kontrak ini tentunya memiliki mekanisme yang berbeda dengan kontrak pinjam meminjam pada umumnya, hal ini terlihat dari lahirnya kontrak online.

Penyelenggara pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang selanjutnya disebut penyelenggara sesuai dengan Pasal 1 Angka (6) Peraturan ini. Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 merupakan badan hukum Indonesia yang menyediakan, mengelola, dan menyelenggarakan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi. Penyelenggara dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang online ini adalah Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang berbentuk badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.

Badan hukum yang menyelenggarakan jasa pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi wajib mengajukan pendaftaran dan perizinan kepada ZJK. Peminjam menurut Pasal 1 Angka (7) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang pribadi dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena perjanjian jasa pinjam meminjam berbasis teknologi informasi. Hubungan hukum antara penyelenggara dan pemberi pinjaman Terdapat hubungan hukum antara penyelenggara dan pemberi pinjaman antara penyelenggara dan pemberi pinjaman berupa perjanjian penyediaan jasa pinjam meminjam berbasis teknologi informasi.

Terdapat hubungan hukum antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dalam bentuk perjanjian pinjam meminjam/perjanjian pinjam uang. Pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUH Perdata adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak memberikan kepada pihak yang lain suatu barang yang telah habis dipakai dalam jumlah tertentu, dengan syarat pihak tersebut mengembalikan barang tersebut dalam jumlah yang sama dengan jenis dan kualitas yang sama. Perjanjian pinjam meminjam diawali dengan penerima pinjaman mengajukan permohonan pinjaman dengan menggunakan formulir yang disediakan oleh penyelenggara.

Setelah proses ini, perjanjian pinjaman dibuat antara penerima pinjaman dan pemberi pinjaman. Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi Dalam Pasal 1 angka (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan no.

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi Dalam Pasal 1 angka (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No

Dalam hal ini, ketika pemberi pinjaman menyetujui pembiayaan tersebut, ia mengkonfirmasinya melalui formulir yang juga disediakan oleh penyelenggara. Lebih lanjut pada Pasal 19 dijelaskan bahwa kontrak penyediaan jasa pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi antara penyelenggara dan peminjam dicatat dalam dokumen elektronik. Dokumen elektronik pada angka 1 angka 12 Peraturan Kantor Jasa Keuangan diartikan sebagai setiap informasi elektronik yang dibuat, dikirimkan, dikirim, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optik atau sejenisnya yang dapat dilihat, ditampilkan dan atau didengar. melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk namun tidak terbatas pada rekaman, suara, gambar, peta desain, foto atau sejenisnya, huruf, karakter, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang mempunyai arti atau makna atau mampu dipahami oleh orang yang cakap memahaminya sebagaimana diatur dalam UU no. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan rumusan Pasal 1870 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu Akta Otentik memberikan diantara para pihak beserta para ahli warisnya atau orang-orang yang