• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Repository Ekuitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II - Repository Ekuitas"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Tujuan audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI) menyatakan bahwa tujuan keseluruhan laporan keuangan yang dilakukan auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan kas. mengalir sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan umumnya adalah untuk menyatakan opini apakah laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan khusus adalah tujuan yang diperoleh dari asersi yang dibuat oleh manajemen pada tahun tersebut. laporan keuangan. untuk setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Audit atas laporan keuangan (audit of financial statement) Audit atas laporan keuangan merupakan suatu audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya guna memberikan opini apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tinjauan internal (internal audit), yaitu peninjauan yang dilakukan oleh departemen audit internal perusahaan dan mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan, serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Audit umum yaitu penelaahan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik (KAP) independen dengan tujuan untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan secara umum.

Audit khusus, yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang terbatas pada permintaan auditee, yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (PAF) yang memberikan opini terhadap bagian laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap kinerja perusahaan. kondisi. koleksi uang tunai. 4) Tahapan Pelaksanaan Audit. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak suatu perikatan audit dari klien. Auditor yang beretika dalam memperoleh informasi tentang laporan keuangan klien harus mematuhi standar yang telah ditetapkan.

Pengalaman audit merupakan pengalaman auditor dalam memeriksa laporan keuangan baik dari segi durasi maupun jumlah tugas yang dilakukan.

Profesionalisme auditor

Seseorang yang lebih berpengalaman dalam bidang substantif mempunyai lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan pemahaman yang baik terhadap peristiwa (Jeffrey, 1996). Menurut Herdiansyah (2008), akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga menunjukkan perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Oleh karena itu, auditor dengan pengalaman yang lebih tinggi akan memiliki skeptisisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan auditor yang berpengalaman.

Lawrence (1996) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman dalam etika situasional kurang lebih terkait dengan etika profesional dan sedikit banyak dapat menjalankan skeptisisme profesionalnya. Tidak adanya pemahaman yang memadai mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada diri seorang auditor profesional ketika mereka menggunakan pertimbangannya untuk mengambil keputusan penting dalam menghadapi tekanan, hambatan dan peluang dalam lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pengalaman seorang auditor profesional dalam menghadapi situasi serupa secara berulang-ulang, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi pertimbangan yang dipilihnya.

Penilaian auditor yang lebih berpengalaman akan lebih intuitif dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman karena pengaruh kebiasaan dan kurangnya pemikiran melalui proses berpikir dari penilaian itu sendiri. Adanya standar profesional tersebut akan mengikat auditor profesional untuk menghormati aturan profesi dan memberikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaannya dari awal hingga akhir. Standar Audit Umum menekankan kualitas pribadi penting yang harus dimiliki seorang auditor berupa: (a) pengetahuan teknis dan kompetensi yang memadai.

Auditor harus mempunyai pelatihan formal di bidang akuntansi dan audit, mendapat pelatihan audit yang memadai, dan harus mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan, (b) memiliki sikap mental independen, (c) melakukan audit dengan menggunakan keahlian profesionalnya secara cermat. Auditor yang kompeten berkontribusi terhadap kredibilitas laporan keuangan yang diaudit, memiliki kemampuan teknis dalam melaksanakan tugasnya, dan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesi, dengan selalu meningkatkan kemampuan dan keahliannya, ketentuan baru dalam prinsip-prinsip akuntansi dan mempelajari dan menerapkan audit. standar yang ditetapkan IAI. Sekalipun seorang auditor mempunyai keahlian teknis yang sempurna, namun jika hal ini tidak dibarengi dengan sikap independen, maka auditor akan kehilangan sikap netral yang sangat penting untuk mempertahankan pendapatnya.

Dua kata kunci dalam pengertian independensi adalah: (a) objektivitas, yaitu keadaan tidak memihak, adil dan tidak memihak, dan (b) integritas, yaitu prinsip moral yang tidak memihak, jujur, mempertimbangkan fakta dan hadir jika ada. yaitu (Iz Irene Berdasarkan SPAP 2011: Perilaku profesional mengharuskan setiap praktisi untuk mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan menghindari segala tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Termasuk setiap perilaku yang dapat menimbulkan terciptanya kesimpulan negatif oleh suatu profesi. pihak ketiga yang rasional dan berpengetahuan mengenai semua informasi relevan, yang dapat merusak reputasi profesi.

Pemberian Opini Auditor

Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan auditan disajikan tanpa pengecualian, maka auditor harus menerbitkan laporan audit yang bukan merupakan laporan yang memuat opini wajar tanpa pengecualian. Ada lima pendapat yang dapat diberikan oleh akuntan publik terhadap laporan keuangan yang telah diaudit (Mulyadi, 2002). Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terdapat pembatasan ruang lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian signifikan terhadap kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum secara konsisten, dan pengungkapan yang tepat dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang mengandung opini wajar tanpa pengecualian merupakan laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik klien, pengguna informasi keuangan, maupun auditor. Apabila terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, selain laporan keuangan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit berbentuk standar. Auditor memberikan opini wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menemukan kondisi berikut.

Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit signifikan atau tidak dapat memperoleh informasi signifikan karena keadaan di luar kendali klien atau auditor. Auditor memberikan opini tidak wajar apabila laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan opini tidak wajar jika ia tidak dibatasi ruang lingkup auditnya sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung opininya.

Jika laporan keuangan diberikan opini wajar tanpa pengecualian oleh auditor, maka informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tidak dapat dipercaya sama sekali dan tidak dapat digunakan oleh para pengguna informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Jika auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut laporan non opini.

Pengaruh skeptisisme professional auditor dengan ketepatan pemberian opini

Sebagaimana penelitian Yurniwati (2004) menyatakan bahwa faktor etika, faktor situasi audit, pengalaman dan keahlian audit mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor-faktor tersebut memperkuat skeptisisme profesional auditor yang juga akan mempengaruhi keakuratan opini auditor yang diberikan oleh akuntan publik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor mempunyai hubungan tidak langsung dengan keakuratan pemberian opini oleh akuntan publik.

Skeptisisme profesional sangat penting bagi profesi akuntansi karena skeptisisme profesional akuntan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses audit. Pentingnya tugas seorang akuntan dalam memberikan opini atas laporan keuangan menjadikan sikap skeptisisme profesional akuntan merupakan suatu sikap yang patut dimiliki oleh seorang akuntan. Semakin tinggi skeptisisme profesional maka semakin tinggi pula keakuratan opini auditor atas laporan keuangan.

Menurut Shaub dan Lawrence (1996) hubungan antara skeptisisme profesional auditor dengan keakuratan opini auditor diperkuat dengan: Membandingkan unsur-unsur kognitif seperti kepercayaan auditor yang tinggi terhadap kliennya sedangkan skeptisisme profesional auditor juga harus tinggi. Unsur kognitif yang berbeda antara laki-laki dan perempuan juga menyebabkan perbedaan opini auditor terhadap laporan keuangan.

Kualitas audit yang disampaikan didukung oleh profesionalisme sebagai auditor, oleh karena itu auditor harus mempunyai skeptisisme profesional yang tinggi dalam melaksanakan tugas audit. Beasley (2001) dalam Herusetya (2007) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi akun adalah rendahnya tingkat skeptisisme profesional. Hal ini membuktikan bahwa akuntan sebagai profesi yang bertanggung jawab atas opini yang diberikan harus memiliki skeptisisme profesional akuntansi.

Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini menganalisis pengaruh tidak langsung pengalaman, keahlian, situasi audit, etika dan gender terhadap kebenaran pertimbangan auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Keahlian yang memadai akan meningkatkan skeptisisme profesional auditor dan mempengaruhi keakuratan pertimbangannya (Suraida, 2005). Penelitian Edy Suprianto dan Hendry Setiawan (Universitas Sultan Agung 2010) menunjukkan bahwa variabel risiko audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor, variabel etika audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor, variabel pengalaman auditor berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor dan variabel keahlian audit terhadap profesionalisme auditor.

Derajat risiko audit, sedangkan variabel terikatnya adalah 1. skeptisisme profesional auditor 2. ketepatan dalam memberikan opini mempunyai hasil penelitian bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor baik secara parsial maupun simultan. Hasil lainnya adalah etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kebenaran penerbitan opini auditor baik secara parsial maupun simultan.

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

IDA SURAIDA (Universitas

Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

“Efektifitas Intervensi Active Cycle Of Breathing Technique (ACBT) Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada Pasien Dengan