• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1 ... - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1 ... - Repository UMA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Monks (1999) mendefinisikan batas usia remaja antara 12-21 tahun, dengan rincian 12-15 tahun sebagai remaja awal, 15-18 tahun sebagai remaja pertengahan, dan 18-21 tahun sebagai remaja akhir. Jadi dapat kita simpulkan bahwa masa remaja adalah masa yang berlangsung kira-kira antara usia 13 sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja dimulai dari usia 16 atau 17 tahun sampai dengan usia 18 tahun, yaitu kematangan perkawinan, yaitu usia dimana seseorang berintegrasi ke dalam kehidupannya. masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak-anak tidak lagi merasa berada di bawah tingkat orang yang lebih tua, tetapi berada pada tingkat yang sama, dan remaja berada pada status peralihan sebagai akibat dari kedudukan yang sebagian diberikan oleh orang tuanya dan sebagian lagi diperoleh melalui usahanya sendiri. , yang kemudian menyediakan . Hurlock (1980) Seperti semua periode penting dalam kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri perubahan tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, antara lain: a.

Karena perubahan emosi cenderung terjadi lebih cepat pada masa remaja awal, peningkatan emosi lebih terasa pada awal masa remaja akhir. Kecerdasan emosional pada remaja mulai berkembang dengan baik pada masa remaja pertengahan, namun hasilnya belum optimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional pada remaja mulai berkembang dengan baik pada masa remaja pertengahan, namun hasilnya belum optimal.

Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 2003) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan memantau perasaan dan emosi baik dalam diri sendiri maupun orang lain, memilah semuanya, dan menggunakan informasi tersebut untuk mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan arah tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi dan sosial. Bar-On (dalam Goleman, 1996) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian keterampilan pribadi, emosional, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Berdasarkan definisi kecerdasan emosional di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan orang lain, mengarahkan emosi, memiliki hubungan sosial yang baik, dan kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan. dan tekanan dari lingkungan.

Komponen Kecerdasan Emosional

Pengendalian emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan sangat penting dari sudut pandang perhatian, motivasi dan pengendalian diri, dan untuk kreativitas, pengendalian diri emosional, pengendalian diri terhadap kepuasan dan pengendalian impuls merupakan landasan keberhasilan dalam berbagai hal. bidang. Orang yang memiliki keterampilan ini jauh lebih produktif dan efisien dalam segala hal yang mereka lakukan. Orang yang berempati lebih mampu mendeteksi sinyal sosial tersembunyi yang mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan atau diinginkan orang lain.

Bakat ini memudahkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkaran sosial atau mengenali dan merespons perasaan dan kekhawatiran orang lain dengan tepat.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Semakin tua usia seseorang, maka kecerdasan emosinya akan semakin baik dibandingkan dengan individu yang lebih muda. Hal ini dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami individu seiring bertambahnya usia, dan pembentukan kecerdasan emosional pada masa remaja paling besar terjadi pada masa remaja madya. Semakin tinggi jabatannya, semakin tinggi pula kecerdasan emosional seseorang, maka semakin penting kemampuan interpersonalnya untuk menonjol dibandingkan dengan orang yang kinerjanya pas-pasan.

Lingkungan hidup yang dapat mengendalikan perilaku dan emosi remaja dapat membantu remaja mengembangkan kematangan emosinya. Dalam mencapai kematangan emosi, remaja memerlukan rasa aman yang bersumber dari keterikatan emosional dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Perlakuan positif yang diberikan pihak sekolah khususnya guru dapat membantu remaja mencapai kematangan emosi.

Beragamnya teman sebaya dapat melatih remaja untuk lebih mengenal tipe karakter orang lain, dan belajar memahami lingkungan yang lebih beragam dapat membantu remaja mencapai kematangan emosi. Selain itu, perubahan aktivitas sehari-hari dapat membantu remaja berlatih menangani lebih banyak aktivitas dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda serta dapat melatih remaja untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya.

Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi

Keupayaan besar untuk melibatkan diri dalam orang atau masalah, mengambil tanggungjawab dan mengambil pendirian moral.

Kaitan Kecerdasan Emosional dan Pendidikan

Thomas Lickona (dalam Goleman, 1996) mengatakan bahwa kita harus mengendalikan diri kita sendiri, selera kita, nafsu kita agar dapat bertindak benar terhadap orang lain dan hal ini memerlukan kemauan untuk menjaga emosi tetap berada di bawah kendali akal. Dalam pengertian ini, keterampilan emosional berjalan seiring dengan pendidikan karakter, demi pertumbuhan moral, dan demi kewarganegaraan masyarakat.

Ekstrakurikuler Paduan Suara 1. Pengertian Ekstrakurikuler

Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

Dengan diadakannya berbagai kegiatan ekstrakurikuler banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa dari kegiatan tersebut antara lain. Di bawah bimbingan guru yang tepat, kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wadah yang tepat bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan keterampilannya. Apabila kegiatan ekstrakurikuler dikelola dengan baik oleh sekolah maka dapat menjadi agen perubahan dalam mewujudkan sekolah yang berbasis kecakapan hidup.

Generic life skill (GLS), yang meliputi keterampilan personal (PS) dan keterampilan sosial (SS). Keterampilan personal mencakup keterampilan dan kesadaran diri atau kesadaran diri dan berpikir, sedangkan keterampilan sosial meliputi keterampilan komunikasi dan keterampilan kolaborasi. Kecakapan hidup khusus (ISLS), yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau situasi tertentu, yang meliputi kecakapan akademis (academic skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan profesional (vocational skill).

Keterampilan akademik berkaitan dengan bidang pekerjaan yang memerlukan pemikiran lebih, sehingga mencakup kemampuan mengenal variabel dan keterkaitannya, membentuk keterampilan.

Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Bagian dari ekstrakurikuler olah raga yang meliputi: Sepak Bola, Bola Basket, Bola Voli, Futsal, Tenis Meja, Bulu Tangkis, Renang, Biliar, Bridge, Fitnes. Bagian dari ekstrakurikuler pencak silat antara lain: Karate, Silat, Taekwondo, Gulat, Tarung drajat, Kempo, Wushu, Capoeira, Tinju, Merpati Putih. Bagian dari ekstrakurikuler seni musik antara lain: Band, Paduan Suara, Orkestra, Drumband/Marching Band, Akapela, Angklung, Nasyid, Qosidah, Karawitan.

Bagian dari kegiatan ekstrakurikuler tari dan peran meliputi: pemandu sorak, tari modern/modern, tari tradisional, teater. Ekstrakurikuler lainnya antara lain : Komputer, Otomotif, Palang Merah Remaja (YRC), Pramuka, Karya Ilmiah Remaja, Pencinta Alam, Bahasa, Aksara, Kerohanian dan lain-lain.

Paduan Suara

Pengertian Paduan Suara

Visi dan Misi Ektrakurikuler Paduan Suara

Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat (Noor, 2012). Menyediakan berbagai macam kegiatan yang dapat dipilih oleh mahasiswa berdasarkan kebutuhan, potensi, bakat dan minatnya. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan/atau kelompok (Noor, 2012).

Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler Paduan Suara

Kegiatan ekstrakurikuler, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana santai, memberi semangat, dan nyaman bagi siswa, sehingga menunjang proses perkembangan. Selain uraian di atas, ada beberapa hal lain yang dapat diberikan oleh pendidikan rekreasi untuk meningkatkan kualitas peserta didik dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia antara lain. Kecerdasan manusia kini tidak hanya kecerdasan intelektual saja, namun juga kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreatif (CQ), dan kecerdasan religius (SQ).

Pendidikan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengenalkan hubungan antara pembelajaran dan kehidupan di masyarakat, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fleksibilitas yang tinggi baik dari segi program maupun kurikulum, melalui pendidikan ekstrakurikuler seseorang menjadi pribadi yang produktif.

Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Paduan Suara Dengan Yang Tidak Mengikuti

Lebih lanjut Beck, Cesario, Yousefi, dan Enamoto (dalam Sinta, 2009) menyatakan bahwa penyanyi paduan suara semi profesional setuju atau sangat setuju bahwa bernyanyi berkontribusi terhadap kesejahteraan pribadinya. Berdasarkan pengalamannya, Quardos (dalam Sinta, 2009) juga menyatakan bahwa seorang penyanyi paduan suara akan mampu bernyanyi dengan lebih baik jika memiliki kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosional akan semakin berkembang dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan seseorang bersama-sama dengan orang lain, salah satu contohnya adalah aktivitas paduan suara.

Seorang anggota paduan suara melakukan pekerjaan yang lebih kompleks bersama-sama dengan orang lain, karena terdapat keragaman anggota dalam sebuah paduan suara. Dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik, seorang penyanyi paduan suara akan dapat lebih mengenali keadaan emosinya, serta emosi yang sedang dirasakan oleh penyanyi lain, sehingga komunikasi dan hubungan dalam paduan suara akan semakin harmonis. Oleh karena itu, remaja yang mengikuti ekstrakurikuler paduan suara diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosionalnya yang berperan dalam kelangsungan hidupnya.

Kecerdasan emosional yang ada pada diri seorang penyanyi paduan suara berbeda-beda. Goleman (1996) membagi kecerdasan emosional menjadi 5 aspek. Mengelola keadaan emosi pada remaja peserta paduan suara dapat dilakukan dengan mengelola impuls emosi positif dan impuls emosi negatif pada saat bernyanyi dalam paduan suara. Motivasi yang ada dalam diri sendiri akan membantu seorang penyanyi paduan suara untuk fokus pada target yang ingin dicapainya.

Motivasi yang dimiliki oleh seorang remaja yang mengikuti suatu paduan suara menentukan tanggung jawab yang akan timbul dalam kegiatan paduan suara yang diikutinya, agar remaja tersebut dapat bernyanyi dengan baik sesuai dengan kebutuhan paduan suara yang diikutinya. Remaja yang tergabung dalam paduan suara tidak bernyanyi sendirian, melainkan bernyanyi secara berkelompok. Dengan cara ini, para remaja yang berpartisipasi dalam paduan suara bisa lebih toleran, peka dan penuh kasih sayang terhadap satu sama lain.

Aspek ini mencakup kemampuan seorang remaja peserta paduan suara untuk menganalisis dan memahami hubungan, menyelesaikan perselisihan dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan. Kelima aspek ini erat kaitannya dengan seorang chorister atau remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paduan suara dan sangat mendukung seorang chorister dalam kegiatan bersama. Di luar itu, lima aspek kecerdasan emosional akan mendukung produksi suara penyanyi paduan suara mana pun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosional antara remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paduan suara dan yang tidak.

Kerangaka Konseptual

Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

In the study, only the quality of discretionary accruals that affect the cost of capital debt and equity, whereas no influence of non-discretionary accruals innate is found on the cost