2.1 Landasan Teori
Pada Bab ini penulis akan memaparkan dan menjelaskan tentang teori- teori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini. Tujuan literatur ini berfungsi sebagai landasan teori yang nantinya akan digunakan dalam proses analisis data.
2.1.1 Definisi Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya.
Diharapkan dengan adanya Akuntansi dapat dengan mudah untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi dapat didefinisi sebagai system informasi yang menghasil laporan kepada pihak yang berkepentingan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan,( Warren,2008:10).
Menurut C. West Churman yang merupakan seorang profesor administrasi bisnis di Universitas California dan dikenal ahli dalam bidang riset operasi dan analisis sistem. Akuntansi merupakan pengalaman tertulis yang berguna untuk pengambilan keputusan. Dengan begitu dapat disimpulkan kalau menurut pakar yang satu ini, akuntansi harus tertulis dan fungsinya adalah dipakai untuk pengambilan suatu keputusan.
Pengertian Akuntansi menurut Paul Grady adalah suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang secara sistematik, autentik dan orisinal, mencatat, mengklasifikasikan, memperoses, mengikhtisarkan, menganalisis, dan menginterprestasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas. Akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggung jawaban atas kepercayaannya. Untuk itu pencatatan transaksinya haruslah berkelanjutan dan dikerjakan dengan ketelitian dapat dipercaya.
6
Menurut Kieso dan Weygandt menyatakan pengertian akuntansi ialah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikakan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan American Accounting Association (AAA) akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Menurut America Institute of Certified Public Accountants (AICPA) akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian yang setidaknya bersifat finansial dan penafsiran hasil-hasilnya.
Dari definisi ini secara sederhana, pengertian akuntansi dapat kita rangkum menjadi “proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan informasi ekonomi keuangan yang berguna untuk penilaian dan pengambilan keputusan bagi pihak yang memerlukannya”.
2.1.2 Definisi Persediaan
Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan untuk dipasarkan kembali dalam aktifitas bisnis atau barang-barang yang di pakai untuk mengelola produk yang akan di jual. Pada perusahaan dagang persediaan berupa barang dagang yang akan di pasarkan kembali. Tetapi dalam perusahaan manufaktur persediaan berupa bahan baku dan bahan penolong, produk dalam proses, produk jadi, bahan habis di pakai dan suku cadang.
Dalam audit persediaan mendapatkan perhatian lebih besar untuk diaudit.
Hal ini dikarenakan beragam alasan salah satunya ialah sebab pada umumnya persediaan merupakan aktiva lancar yang jumlahnya cukup material dan merupakan objek manipulasi. Bahkan sering terjadinya permasalahan besar dalam persediaan salah satunya perbedaan jumlah stok barang yang terdapat di lapangan dengan data yang yang telah dientri maupun dalam laporan kartu stock.
Persediaan Menurut Ikatan akuntan Indonesia dalam standar akuntansi keuangan Tanpa Akuntan Publik (SAK ETAP ) No 11 Tahun 2013 Pengertian persediaan dalah asset.
a. Tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha normal
b. Aktifa dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (Supplies) yang di gunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dari devisi tersebut persediaan dapat berupa barang dagang, produk dalam proses produksi, produk jadi, bahan baku, bahan penolong (pembantu), perlengkapan untuk pemberiaan jasa.
Persediaan barang dagang maupun perusahaan manufakur persediaan sangat penting dan termasuk bagian asset lancar yang merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasional normal perusahaan. Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat dapat memenuhi keinginan dari para pelanggan.
Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya di peroleh. Persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi usaha dari usaha besar hingga usaha kecil namun persedian ini juga harus dapat diimbangi dengan penjualan. Dikarenakan akan mempengaruhi biaya persedian yang akan di keluarkan untuk persediaan itu sendiri, baik itu perusahaan bagang maupun perusahaan industri.
Apalagi perusahaan yang bergerak dibidang kontruksi hampir setengah dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bagunan. Yang mana persediaan tersebut tidak boleh terputus karena dapat langsung berdampak terhadap produksi pembangunan. Persediaan adalah stok barang yang di gunakan untuk memudahkan produksi atau memuaskam permintaan pelanggan (Schroeder,2000:4).
Persediaan dibagi menjadi dua makna berdasarkan jenis operasi perusahaan.
Jika perusahaan tersebut perusahaan manufaktur “persediaan adalah simpanan bahan baku dan barang setengah jadi untuk di proses menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah lebih besar secara ekonomis untuk di jual ke konsumen”.
Jika perusahaan itu adalah prusahaan dagang maka ”persediaan adalah simpanan
sejumlah barang jadi yang siap untuk di jual kepada konsumen (Prawirasentono,2005:83).
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang di milki oleh perusahaan untuk di jual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan di gunakan atau di konsumsi dalam membuat barang yang akan dijual serta menentukan harga pokok penjualan baik pada penjualan kecil maupun penjualan dalam sekala besar.
Menurut Bigel (1990:90) menyatakan bahwa persediaan dapat berbentuk bahan baku untuk proses, barang setengah jadi dan barang jadi yang siap untuk dijual.
Sehingga persediaan sesungguhnya mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan industri.
Menurut M.Munandar (1991:56) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan inventory adalah persediaan barang-barang yang menjadi objek usaha pokok perusahaan. Bagi perusahaan perdangan barang-barang tersebut berupa persediaan barang dagang. Sedangkan bagi prusahaan yang berproduksi (industri) berupa persediaan barang mentah, persediaan bahan pembantu, persediaan barang yang sedang di proses dan persediaan barang jadi.
Menurut Rangkuti (2009:2) menyatakan bahwa persediaan adalah bahan- bahan, bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi. Serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Menurut Dewi (2004:181) persediaan dapat dibagi tiga kelompok yaitu bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Menurut Stice (2011:573) Jenis Persediaan adalah bahan baku (Raw Material), bahan dalam proses (Work In Prosses) dan barang jadi (Finished Goods). Menurut Assauri (1993:169) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk di jual dalam suatu periode usaha yang normal. Dengan adanya beberapa pendapat para ahli dapat di simpulkan bahwa persediaan dalam perusahaan dagang adalah barang yang di beli untuk di simpan dan di jual kembali tanpa mengubah bentuk.
Persediaan bagi perusahaan manufaktur barang yang di hasilkan setelah di produksi terlebih dahulu kemudiaan di jual kepada konsumen. Menurut pendapat Schroeder (2000:4) yang mengatakan bahwa definisi persediaan atau inventory
adalah stock bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Beberapa pakar mengartikan bahwa persediaan sebagai suatu sumber daya yang menganggur dari berbagai jenis yang memiliki nilai ekonomis yang potensial.
Definisi ini memungkinkan seseorang untuk menganggap peralatan atau pekerja-pekerja yang menganggur sebagai persediaan. Tetapi kita menganggap semua sumber daya yang menganggur selain dari pada bahan sebagai kapasitas.
Sedangkan konsep persediaan menurut Rangkuti (2004:1) mengatakan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Menurut Harding (2001:71) mengemukakan tentang arti persediaan adalah suatu keputusan investasi yang penting sehingga perlu kehati-hatian. Menurut Prawirosentono (2005:83) berdasarkan jenis operasi perusahaan, arti persediaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam yakni sebagai berikut :
a. Pada Perusahaan Manufaktur yang memproses Input menjadi Output Persediaan adalah simpanan bahan baku dan barang setengah jadi (work in proses) untuk diproses menjadi barang jadi (finished goods) yang mempunyai nilai tambah lebih besar secara ekonomis, untuk selanjutnya dijual kepada pihak ketiga (konsumen).
b. Pada perusahaan dagang Persediaan adalah simpanan sejumlah barang jadi yang siap untuk dijual kepada pihak ketiga (konsumen).
Teori persediaan menurut Kusuma (2009:132) mengatakan persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Dengan melihat beberapa definisi persediaan oleh beberapa para ahli diatas maka dapat dikatakan bahwa perusahaan akan selalu mengadakan/melakukan persediaan sebelum memulai aktivitas usahanya ataupun saat sedang berproduksi. Pengadaan persediaan ini bertujuan untuk antisipasi terhadap pemenuhan permintaan, baik itu permintaan saat ini ataupun permintaan dimasa yang akan datang.
2.1.3 Jenis - Jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Adapun menurut Handoko (1999:334) berdasarkan bentuk fisiknya, persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut :
a. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material)
Artinya adalah persediaan barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/ componen) Artinya adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen- komponen yang diperoleh dari perusahaan lain secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
Persediaan Bahan Baku Pembantu /Penolong
Artinya adalah persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d. Persediaan Dalam Proses
Artinya adalah persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap- tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi
Artinya adalah persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Untuk dapat memahami perbedaan serta keberadaan dari tiap-tiap jenis persediaan maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan sebagai berikut :
Bagi perusahaan dagang yang di dalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya jenis persediaan yang dimiliki adalah:
a. Persediaan barang dagangan untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang.
Barang ini secara fisik tidak akan berubah sampai barang tersebut terjual kembali.
b. Lain-lain persedian, seperti umumnya suplies kantor dan alat-alat lainnya.
barang-barang ini biasanya akan di pakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administratif dan umum atau biaya pemasaran.
Bagi perusahaan manufaktur yang di dalam usahanya mengubah bentuk atau menambah nilai kegunaan barang, pada umumnya mengklasifikasi jenis persediaan ke dalam berbagai kelompok sebagai berikut :
a. Persediaan bahan baku ,untuk menyatakan barang-barng yang di beli atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk menjadi peroduk jadi.
b. Persediaan produk dalam proses, meliputi barang-barang yang masih dalam pengerjaan yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum barang itu dijual.
c. Persediaan produk jadi meliputi semua barang yang diselesaikan dari proses produksi dan siap di jual.
d. Persediaan bahan penolong, meliputi semua barang-barang yang di miliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan bahan baku yang membentuk produk jadi, yang termasuk dalam kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin pabrik ,lem benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan.
e. Lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus seperti halnya perusahaan dagang.
Persediaan barang merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca atau laporan laba-rugi, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaaan dalam neraca.
2.1.4 Biaya - Biaya Persediaan
Dan juga pastinya didalam persedian, tentu adanya biaya-biaya yang wajib disediakan oleh pabrik atau perusahaan dan lain sebagainya. Menurut Handoko (1999:336) dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan.
Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Artinya adalah biaya persediaan terdiri atas biaya–biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan yang termasuk biaya penyimpanan diantaranya adalah :
a. Biaya Fasilitas (Termasuk biaya penerangan, pendingin ruangan) b. Biaya Asuransi Persediaan
c. Biaya Pajak persediaan
d. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan dan sebagainya
Biaya pemesanan atau pembelian (Order Cost)
Biaya-biaya ini termasuk di dalamnya biaya yang dapat di jelaskan sebagai berikut :
a. Pemprosesan pesanan dan ekpedisi b. Biaya telvon
c. Pengeluaran surat menyurat
d. Biaya pengepakan dan penimbangan e. Biaya pengiriman ke gudang
Biaya Penyiapan/Manufacturing (Setuo Cost)
Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri (di dalam pabrik perusahaan) biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu seperti berikut :
a. Biaya mesin menganggur
b. Biaya penyiapan tenaga kerja langsung c. Biaya penjadwalan
d. Biaya ekpedisi dll
Biaya kehabisan/kekurangan bahan (Shortage Cost)
Maksudnya adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi permintaan bahan biaya–biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan seperti berikut :
a. Kehilngan penjualan b. Kehilangan pelanggan c. Biaya pemesanan khusus d. Biaya ekspedisi
e. Selisih harga
f. Terganggunya operasi
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial 2.1.5 Sistem Pencatatan dan Penilaian Persediaan
Sistem akuntansi yang akurat dan juga up date merupakan hal yang sangat penting. Ada dua sistem yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan adalah:
a. Sistem pencatatan fisik / periodik
Pada sistem fisik pembeliaan barang dagang dicatat diakun pembelian, sebesar biaya persediaan. Hasil penjualan barang dagang dicatat diakun penjualan sebesar hasil penjualan yang diterima. Pada saat penjualan barang dagang harga pokok barang dagang yang di jual tidak ada dilakukan pencatatan sehingga nilai persediaan barang dagang pada akhir periode tidak dapat diketahui maka harus dilakukan perhitungan fisik atas barang yang ada menimbang/mengukur dan menghitung setelah kita mengetahui niali persediaan akhir barulah kita dapat menentukan harga pokok penjualan.
Pada saat ada transaksi pembelian barang tidak dicatat /dibukukan setiap terjadi penjualan, fisik/periodik (phisical/periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik (phisical stock-take).
Nilai barang dijual selama tahun berjalan dengan rumus sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan = nilai persediaan awal
+ biaya barang yang dibeli/dibuat - nilai persediaan akhir
Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem periodik, harus menentukan:
Menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode
Menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli
Mengurangkannya dengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi.
Sistem periodic merupakan system pencatatan persediaan di mana kuantitas persediaan di tentukan secara periodic yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya di lakukan secara stock opname. Akibat dari menggunakan sistem periodic ini adalah barang dagang yang tercatat dalam pembukuan perusahaaan pada akhir periode adalah barang dagang pada awal periode sehingga pada akhir periode nilainya harus dihitung kembali dengan persediaan akhir periode. Barang dagang akhir periode harus lakukan penghitungan fisiknya secara langsung agar dapat menggambarkan jumlah persediaan barang dagang yang sesungguhnya dalam laporan keuangan.
b. Sistem terus menerus (Perpetual System)
Sistem perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up-to-date terhadap barang persediaan selalu di lakukan setiap terjadi perubahan nilai persediaan. Dalam sistem ini, nilai persedian dicatat setiap hari pada setiap terjadi pembelian maka akan dimasukkan kedalam akun
“persediaan barang’’. Pada saat terjadi transaksi penjualan, maka akan mengurangi barang yang bersangkutan yaitu dengan cara menghitung nilai pokok penjualan secara langsung dengan metode yang dipilih.
Ketika suatu entitas menggunakan sistem perpetual dan terdapat antara pencatatan persediaan dan perhitungan fisik (entitas akan tetap melakukan perhitungan fisik) maka perusahaan harus melakukan pencatatan untuk menyesuaikan nilai pencatatan dengan nilai perhitungan fisik. Dalam menentukan biaya persediaan suatu entitas akan melakukan banyak transaksi yang terkait dengan pembelian persediaan, bahan baku dan proses produksi. Dalam melakukan pembelian harga beli yang yang terjadi dapat berbeda, secara teoritis memang seharusnya suatu entitas menggunakan harga yang spesifik yang terkait dengan barang yang akan di tentuakan biaya persediaanya.
Namun sering kali hal ini sulit di lakukan karna suatu entitas melakukan pembelian dalam jumlah besar dan sulit diidenfikasikan secara khusus dan dapat saling bertukar satu sama lainya. Oleh karna itu suatu entitas menggunakan asumsi arus biaya dalam mengukur biaya persediaan. Pada dasarnya suatu entitas akan mempertimbangkan dampak pemilihan asumsi arus biaya tersebut dalam laporan laba rugi.
Terdapat tiga altenatif yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas terkait dengan asumsi arus biaya yaitu : metode identitas khusus, masuk pertama keluar pertama, rata-rata tertimbang.
Bagan Asumsi Arus Biaya dan Sistem Pencatatan Persediaan Ciri-ciri penting dalam sistem perpetual pada penjumlahan adalah:
Pembelian barang dagangan dicatat dengan mndebet rekening persediaan
Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan dan dicatat dengan mendebet rekening HPP pada persediaan
Persediaan merupakan rekening kontrol dan dilengkapi dengan buku pembantu Persediaan yang berisi catatan untuk setiap jenis persediaan.
Pembantu persediaan menunjukkan kuantitas dan harga perolehan untuk setiap jenis barang yang ada dalam persediaan. Dimana setiap ada transaksi baik itu penjualan atau pembelian barang akan langsung dibukukan atau dicatat dalam kartu stock menurut tanggal kejadiaanya. Dengan kata lain semua kenaikan dan penurunan barang dicatat dengan cara sama seperti mencatat dan penurunan kas.
Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan harga pokok barang yang dicatat dengan
Pengukuran Persediaan
Masuk Pertama keluar pertama Rata-rata tertimbang
Sistem persediaan Priodik Identifikasi Khusus
Sistem persediaan Perfectual
Sistem persediaan Perfectual
Sistem persediaan Perfectual
Sistem persediaan Priodik
Sistem persediaan Priodik
mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.
Seperi ilustrasi berikut ini :
Jurnal yang lazim di buat dalam jurnal perfektual Pada pembeliaan :
Persediaan barang dagang xxx
Utang usaha xxx
Pada penjualan :
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang dagang xxx
Piutang dagang xxx
Pendapatan pejualan xxx 2.1.6 Potongan Pembelian
Pada dasarnya saat melakukan penjualan atau pembelian barang biasanya terdapat syarat pembayaran yaitu apabila pembelian membayar dalam satu periode potongan (discon period) maka pembeli memperoleh potongan yang disebut potongan tunai oleh pembeli yang dicatat diakun potongan penjualan. Untuk potongan pembelian merupakan pengurang pembelian. Untuk potongan penjualan merupakan pengurangan penjualan.
2.1.7 Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan adalah menentukan nilai akhir persediaan.
Maksudnya dengan persediaan akhir adalah persediaan barang yang ada di akhir periode. Perbedaan setiap barang yang akan dibeli pada priode fiscal akan selalu berbeda sehingga sering kali menjadi permasalahan yang selalu dihadapi oleh perusahaan dan menjadi beberapa metode penilaian.
Menurut Standar Keuangan Entitas Tanpa Akuntansi Publik (SAK ETAP) Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (AIA) No 11 Tahun 2013 (2013:41) sebagai berikut :
a. Entitas Harus Mengukur Biaya Persediaan untuk jenis persediaan normalnya tidak dapat di pertukarkan dan barang atau jasa yang di hasilkan untuk proyek tertentu dengan menggunakan identifikasi khusus tas biaya secara individual.
b. Entitas haruslah menentukan biaya persediaan selain yang terkait dengan
paragraf dengan menggunakan rumusan biaya FIFO dan metode Average.
Rumusan biaya yang sama harus digunkan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian serupa. Persediaan dengan pemakaian dan sifat yang berbeda penggunaan rumus biaya yang berbeda dapat di benarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama tidak di perkenankan oleh SAK ETAP.
Penentuan kualitas nilai persediaan mempunyai peranan penting dalam penyusunan laporan keuangan. Prinsip-prinsip akuntansi menetapkan bahwa persediaan harus dicatat dan dilaporkan sebesar harga perolehannya. Hal tersebut berlaku baik bagi perusahaan yang menyelenggarakan metode fisik maupun perpetual.
Metode yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya nilai persediaan ada beberapa macam. Nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan keuangan baik dalam neraca maupun laporan perhitungan laba rugi. Nilai persediaan yang tercantum dalam neraca menunjukkan nilai kekayaan yang berdasarkan prinsip hati-hati menghendaki nilai mana yang terendah.
Sedangkan nilai pesediaan untuk kepentingan perhitungan laba rugi dihadapkan kepada kepentingan penentuan laba yang di peroleh perusahaan. Ada dua metode untuk menentukan nilai persediaan akhir yaitu:
a. Metode Harga pokok (Cost Method)
b. Metode Harga pokok atau Harga pasar mana yang terendah (Lower of Cost Market)
Pada metode harga pokok ada 4 metode menentukan nilai persediaan akhir yaitu : a. Indetifikasi khusus (Specific Indentification)
b. First In First Out (FIFO) c. Last In First Out (LIFO)
d. Harga Pokok Rata-Rata (Average Cost)
Pada Metode Harga Pokok atau harga pasar mana yang terendah ada 3 cara untuk menentukan nilai persediaan akhir yaitu :
a. Cara Individual b. Cara Kolektif Jenis c. Cara Keseluruhan
2.1.8 Metode Harga pokok (Cost Method)
Pembelian barang dagang dalam satu periode dengan harga yang berbeda- beda. Metode harga pokok persediaan akhir dinilai sebesar biaya persediaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No 14 Tahun 2009 ada 4 metode yang dapat di gunakan dalam menetapkan nilai persediaan akhir yaitu:
a. Identifikasi Khusus (Tanda Pengenal Khusus) b. First In First Out (FIFO)
c. Last In First Out (LIFO) d. Harga Pokok Rata-Rata
a. Metode Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus biaya artinya biaya–biaya tertentu yang didistribusikan ke unit persediaan tertentu. Berdasarkan metode ini maka setiap entitas atau perusahaan harus mengidentifikasikan barangnya yang akan di jual dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik. Ataupun setiap barang yang dibeli diberi tanda pengenal sehingga tiap jenis barang yang ada pada akhir periode dapat di ketahui harga satuannya masing-masing.
Metode ini merupakan metode yang ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan pendapatan namun karna harus terdapat pengidentifikasi barang satu persatu. Maka metode ini hanya diterapkan pada entitas yang mempunyai jumlah persediaan barang yang sedikit dan nilainya yang tinggi dan dapat di bedakan satu dengan yang lainya seperti galeri lukisan. Dengan menggunakan metode ini maka perhitungan persediaan menggunakan sistem perfektual akan sama dengan menggunakan perhitungan sistem periodik karna dengan metode ini nilai persediaan dikaitkan secara spesifik terhadap unit barang tertentu seperti perusahaan yang menjual barang mewah (perhiasan/mobil).
b. First In First Out (masuk pertama keluar pertama)
Metode ini didasarkan pada anggapan barang yang pertama masuk pertama keluar berarti bahwa persediaan yang pertama kali masuk (dibeli) itulah yang pertama kali dicatat sebagai barang yang dijual (dikeluarkan). Salah satu kelebihan metode ini adalah dari sisi relevansi nilai persediaan yang di sajikan dalam laporan keuangan perusahaan dikarenakan nilai persediaan yang disajikan merupakan nilai yang didasarkan pada harga yang paling terkini. Penggunaan dari
metode ini memperlihatkan laporan posisi keuangan yang sesuai dengan nilai perusahaan terkini sedangkan kelemahan dari pada metode ini tidak merefleksikan nilai laba yang paling akurat karena ketidakcocokan antara biaya dengan pendapatan.
Ketidakcocokan ini akan bergantung pada tingginya perputaran persediaan perusahaan dan cepatnya perubahan harga. Semakin tinggi perputaran persediaan dan harga barang mengalami inflasi tinggi dalam jangka waktu yang cepat, maka laba yang dicatat perusahaan dapat lebih besar dari pada yang sesungguhnya (overstated). Sisa persediaan dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli terakhir.
c. Last In First Out (masuk terakhir keluar pertama)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa barang terakhir masuk pertama keluar. Berarti bahwa persediaan yang terakhir masuk adalah barang yang pertama kali dicatat sebagai barang yang dijual merupakan kebalikan dari metode fifo. Sisa persediaan dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli pertama.
Metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan pengaruh penggunaan metode lifo terhadap penentuan laba bersih usaha jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya. Metode ini juga dapat beresiko kerusakan pada barang.
d. Harga Pokok Rata-rata
Pada metode ini barang yang ada pada akhir periode di nilai sebesar harga pokok rata-rata. Harga pokok rata-rata dihitung dengan cara jumlah harga pokok dibagi kuantitas barang. Menurut Davis (2000:393) menyatakan bahwa biaya perunit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah unit persediaan awal ditambah unit pembelian selama periode tersebut.
2.1.9 Metode Harga Pokok atau Harga Pasar Yang Mana Terendah
Persediaan barang pada akhir periode (persediaan akhir) dinilai sebesar biaya persediaan. Pada metode ini harga pokok dibandingkan dengan harga pasar apabila harga pasar lebih rendah dari pada biaya persediaan maka persediaan akhir dinilai menurut harga pasar, tetapi apabila biaya persediaan lebih rendah dari pada
harga pasar akan persediaan akhir dinilai menurut biaya persediaan. Metode harga pokok atau harga pasar mana yang terendah dapat dipakai untuk menilai :
a. Tiap jenis persediaan barang b. Kelompok persediaan barang c. Seluruh persediaan barang
2.1.10 Metode Taksiran (Estimasi Method)
Persediaan akhir dapat dilakukan melakukan perhitungan fisik atau menampilkan catatan mengenai persediaan. Jika perhitungan fisik dan catatan tidak memungkinkan di lakukan, maka nilai persediaan dapat ditentukan dengan cara menaksirkan. Metode menaksirkan nilai persediaan akhir antara lain :
a. Metode Laba Kotor
Metode Laba Kotor adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi nilai pesediaan akhir dari estimasi Harga Pokok Penjualan. Estimasi nilai Persediaan Akhir dilakukan dengan cara mengurangkan antara Penjualan dengan estimasi Harga Pokok Penjualan. Data yang di gunakan dalam metode laba kotor yaitu persentase laba kotor, penjualan bersih dan pembelian bersih dan persediaan awal.
b. Metode Harga Eceran
Metode ini didasarkan atas konsep adanya hubungan yang dekat dan konstan antara harga perolehan barang dengan harga jualnya. Langka-langkah untuk menentukan nilai persediaan adalah menetapkan harga eceran atau harga jual, menetapkan rasio/perbandingan antara harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dengan harga ecerannya, menetapkan persediaan akhir menurut harga eceran, yaitu barang yang tersedia untuk dijual menurut harga eceran dikurangi penjualan dan menetapkan nilai persediaan berdasarkan prosentase rasio harga perolehan terhadap harga eceran.
Data yang di perlukan pada metode ini untuk menaksir nilai persediaan akhir yaitu Persediaan awal menurut biaya persediaan dan menurut harga jual, pembelian menurut biaya persediaan dan menurut harga jual dan penjualan bersih.