• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PENERAPAN METODE PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TERNAK AYAM PETELUR PADA CV. ANAK TERNAK DI KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN PENERAPAN METODE PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TERNAK AYAM PETELUR PADA CV. ANAK TERNAK DI KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh NOFITA. S 105731126316

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

TINJAUAN PENERAPAN METODE PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TERNAK AYAM PETELUR PADA

CV. ANAK TERNAK DI KABUPATEN ENREKANG

(Suatu Studi Kasus)

Oleh NOFITA. S 105731126316

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(3)

iii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Syarifuddin dan Ibu Isnaini yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan penuh dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen terkhusus kedua pembimbing saya yang dengan sabar dan ikhalas meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi arahan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada sepupu saya yang sangat berperan penting dalam terciptanya skripsi ini.

5. Para sahabat-sahabat yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

MOTTO HIDUP

“Pedang terbaik yang dimiliki ialah sebuah kesabaran tanpa batas”

“Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuh keikhlasan, menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan”

(4)

Jalan. Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 HP. 085230309264 Fax. 0411-865588 Makassar 90221 Gedung Iqra Lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar - Sulawesi Selatan

iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Penelitian :“Tinjauan Penerapan Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Ternak Ayam Petelur Pada CV. Anak Ternak di Kabupaten Enrekang”.

Nama Mahasiswa : Nofita. S No. Stambuk/ NIM : 105731126316 Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah diujiankan serta dipertahankan di hadapan penguji pada Ujian Skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2021 di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis di Ruangan IQ 7.1 Gedung Iqra Unismuh Makassar.

Makassar, 27 Februari 2021 Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Muh. Rum. SE., M.Si Muhammad Nasrun, S. ST, M.Si, Ak, CA,CPA NIDN : 0020096301 NIDN : 0928068103

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi,

Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP NBM. 1 073 428

(5)

Jalan. Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 HP. 085230309264 Fax. 0411-865588 Makassar 90221 Gedung Iqra Lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar - Sulawesi Selatan

v

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi atas Nama NOFITA. S, NIM : 105731126316, diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 0004/SK-Y/62201/091004/2021, Pada tanggal 27 Februari 2021, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

15 Rajab 1442 H Makassar,

27 Februari 2021 M PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (…….….….) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Ismail Rasulong, SE.,MM (...………...) (Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)

3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE.,MM . (...………...) (WD I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)

4. Penguji : 1. Dr. Agus Salim HR, SE., MM. (……….….)

2. Mira, SE., M.Ak. (……….….)

3. Muhammad Nasrun, S.ST, SE, M.Si, Ak (……….….)

4. Abd. Salam, SE. M.Si. Ak.CA.CSP (……….….)

(6)

Jalan. Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 HP. 085230309264 Fax. 0411-865588 Makassar 90221 Gedung Iqra Lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar - Sulawesi Selatan

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatan dibawah ini :

Nama : Nofita. S

Stambuk : 105731126316 Jurusan : Akuntansi

Dengan Judul : “Tinjauan Penerapan Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Ternak Ayam Petelur Pada CV. Anak Ternak di Kabupaten Enrekang”.

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 27 Februari 2021 Yang Membuat Pernyataan,

Nofita. S NIM. 105731126316

Diketahui Oleh :

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Ismail Rasulong, SE.,MM NBM. 903 078

Ketua Program Studi Akuntansi,

Dr. Ismail Badollahi,SE,M.Si.Ak.CA.CSP NBM. 1 073 428

(7)

vii

ABSTRAK

Nofita. S, 2021. “Tinjauan penerapan metode perhitungan harga pokok produksi ternak ayam petelur Pada CV. Anak Ternak Di Kabupaten Enrekang”. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Muh. Rum dan Muhammad Nasrun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen dan cara penentuan harga pokok produksi oleh CV. Anak Ternak di Kabupaten Enrekang.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah penentuan harga pokok produksi CV. Anak Ternak di kabupaten Enrekang sudah sesuai dengan metode perhitungan harga pokok produksi secara akuntansi biaya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi kasus.

Teknis analisis penelitian ini mengamati perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian diperbandingkan dengan perhitungan harga pokok berdasarkan standar akuntansi yang tepat. Secara langsung mencari data dari objek penelitian dan mengambarkan aspek-aspek yang relevan terdapat penentuan harga jual untuk memenuhi target laba.

Hasil penelitian ini, diketahui harga pokok produksi ternak ayam petelur pada CV. Anak Ternak telah sesuai dengan prinsip perhitungan harga pokok akuntansi yang tepat dengan menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi memeperoleh jumlah Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan yang tepat dan wajar

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Harga Pokok Penjualan, Ayam Petelur.

(8)

viii

ABSTRACT

Nofita. S, 2021. "The overview of the application of the method of calculating the cost of production of laying hens at CV. Anak Ternak in Enrekang ". Thesis in Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Muh. Rum and Muhammad Nasrun.

The aims of this study to determine the elements and ways of determining the cost of goods manufactured by CV. Anak Ternak in Enrekang Regency.The main problem in this research is whether the determination of the cost of goods manufactured by CV. Anak Ternak in Enrekang district are in accordance with the calculating method of the cost of production in cost accounting. The type of research used is descriptive quantitative research with a case study approach.

The technical analysis of this research observes the calculation of the cost of goods carried out by the company, then compared with the calculation of the cost of goods based on appropriate accounting standards. Directly looking for data from the object of research and describing the relevant aspects, there is the determination of the selling price to meet the profit target.

The results of this study, that the cost of production of laying hens at CV.

Anak Ternak are in accordance with the principle of calculating the cost of goods in an accurate accounting by using the method of calculating the cost of goods manufactured to obtain an accurate and reasonable amount of Cost of Production and Cost of Goods Sold.

Keywords: Cost of Production, Cost of Goods Sold, Laying Hens

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan fikiran untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Samsu Rizal S.E, MM selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.

5. Bapak Dr.Muh.Rum.SE,M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.

6. Bapak Muhammad Nasrun,S.ST.,M.Si.,Ak.,CA.,CPA, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan saran, arahan dan perbaikan dengan

(10)

x

sabar sehingga proses penelitian dan penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan ilmu kepada penulis.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Orang Tua penulis yang telah membantu, membimbing dan memberi support yang sangat ikhalas bagi penulis.

10. Saudara saya Irfan, A.Md.Kep dan Isdar yang sudah memberikan dukungan penuh dalam menyelesaikan skripsi.

11. Sepupu saya Handayani, S.P yang telah membantu dan membimbing sampai selesainya skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat saya Sri Devi Eka Suherman, Yuliana, Husna Wahyuni, Tri Astuti, Lisa, Eka Fatmala, Rhya Riski, S.M, Dedi Mulya Arif, Nuralamsyah, Andi Ahmad Yani dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Makassar, 27 Februari 2021

Nofita. S

(11)

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ...i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... v

LEMBAR SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Biaya... 8

2. Penggolongan Biaya ... 12

3. Biaya produksi ... 14

4. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 16

5. Metode Penentuan Harga Jual Produk ... 17

6. Harga Pokok Penjualan ... 24

7. Harga Pokok Produksi ... 25

8. Menghitung Harga Pokok Produksi ... 26

9. Sistem Pencatatan Persediaan Barang Dagangan. ... 29

(12)

xii

10. Transaksi Barang Dagang ... 30

11. Perhitungan Pendapatan Untuk Perusahaan Dagang ... 32

12. Laba Kotor (Gross Profit) ... 34

13. Proses Penjualan atau Pemasaran ... 35

14. Faktor – Faktor Penjualan ... 36

B. Tinjauan Empiris ... 40

C. Kerangka Pikir ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Lokasi dan Waktu PenelitiaN ... 47

C. Metode Pengumpulan Data ... 48

D. Jenis Dan Sumber Data ... 49

E. Metode Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

2. Visi dan Misi ... 52

3. Deskripsi Pekerjaan ... 52

4. Kegiatan Pemeliharaan pada Masa Pra Produksi dan Masa Produktif 53 B. Hasil Penelitian ... 58

1. Klasifikasi Biaya Dalam Perusahaan ... 58

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur Menurut CV. Anak Ternak 2019 ... 63

3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur Menurut Metode Full Costing 67 4. Perbandingan Hasil Analisis ... 70

5. Penentuan Harga Jual ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan Penelitian ... 76

B. Saran Penelitian ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Biaya Bahan Baku ... 15

Tabel 2.2 Harga Pokok Penjualan ... 24

Tabel 2.3 Harga Pokok Produksi ... 26

Tabel 2.4 Laporan Harga Pokok Produksi... 28

Tabel 2.5 Akuntansi Pembelian Barang Dagangan ... 31

Tabel 2.6 Akuntansi Penjualan Barang Dagangan ... 32

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu ... 40

Tabel 4.1 Peralatan Yang Digunakan Cv. Anak Ternak ... 57

Tabel 4.2 Kebutuhan Dan Biaya Pakan Cv. Anak Ternak ... 59

Tabel 4.3 Pemakaian Dan Biaya Vaksin Cv. Anak Ternak ... 59

Tabel 4.4 Upah Tenaga Kerja Cv. Anak Ternak ... 60

Tabel 4.5 Total Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Cv. Anak Ternak ... 61

Tabel 4.6 Biaya Listrik Air Dan Pbb Cv. Anak Ternak ... 62

Tabel 4.7 Laporan Biaya Bahan Baku Cv. Anak Ternak ... 64

Tabel 4.8 Biaya Tenaga Kerja Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 65

Tabel 4.9 Biaya Foh Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 65

Tabel 4.10 Harga Pokok Produksi Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 66

Tabel 4.11 Biaya Bahan Baku Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 68

Tabel 4.12 Biaya Tenaga Kerja Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 69

Tabel 4.13 Biaya Over Head Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 69

Tabel 4.14 Harga Pokok Produksi Cv. Anak Ternak Untuk 6000 Ekor Ayam ... 70

Tabel 4.15 Perbandingan Harga Pokok Produksi ... 71

Tabel 4.16 Perbandingan Harga Jual... 73

Tabel 4.17 Perbandingan Laba Rugi... 74

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 28

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pembelian Pakan Jagung, Dedak dan Rak Lampiran 2 Penjualan Barang Dagangan

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Hasil Turnitin

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan usaha ternak ayam petelur untuk meningkatkan kesejahteraan jutaan penduduk Indonesia khususnya peternak dilokasi Kabupaten Enrekang. Tidak hanya diarahkan pada peningkatan produksi, penjualan dan pendapatan saja akan tetapi, menyangkut pula para peternak ayam dan pengembangan secara keseluruhan yang dilakukan secara terpadu.

Sejalan dengan terus membaiknya perkembangan usaha peternakan ayam petelur di Indonesia khususnya Kabupaten Enrekang, agar mampu memenuhi kebutuhan negeri. Pemerintah harus didorong untuk mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk membangun dan membina usaha ternak ayam petelur agar mampu meningkatkan produktivitas dengan kualitas yang baik, sehingga mampu berdaya saing dengan telur ayam impor serta dapat mengurangi ketergantungan akan impor telur ayam secara bertahap.

Usaha ternak ayam petelur saat ini telah melakukan perhitungan harga pokok produksi secara manual dengan melakukan perhitungan secara kasar, mulai dari biaya pakan sampai pada obat yang dikeluarkan secara keseluruhan dalam periode tertentu, hal tersebut cukup menyulitkan untuk mengetahui harga pokok produksi dan proses penelusuran arus biaya yang dikeluarkan per kandang dan per batch pengadaan ayam. Selain itu, karena proses dilakukan secara manual maka proses pencatatan dan perhitungan membutuhkan waktu yang cukup lama dan terjadi kesulitan menganalisa keuntungan yang didapatkan dari penjualan telur ayam yang ada. Menurut Andreas Handojo, (2013:01) bahwa

(17)

dengan semakin meningkatnya tingkat persaingan usaha. Informasi menjadi suatu hal yang teramat penting. Salah satu informasi yang penting dalam sebuah perusahaan adalah informasi harga pokok produksi, dalam menghasilkan barang yang akan diproduksi, dimana perusahaan dapat mengetahui ongkos produksi dan keuntungan yang didapatkan.

Salah satu kendala yang harus dihadapi pada tahap awal perkembangan bisnis ayam petelur seperti setelah beberapa lama bisnis berjalan, tapi masih tidak dapat mengetahui apakah bisnis tersebut menghasilkan keuntungan atau malah merugi. Pemilik bisnis atau seseorang yang berada di jajaran manajemen sebuah perusahaan harus lebih memahami tentang pentingnya Harga Pokok Produksi. Dengan memahami perhitungan Harga Pokok Produksi, maka pemilik bisnis bisa menganalisis lebih jauh mengapa harga jual pesaing lebih tinggi seperti apakah bahan baku yang diperoleh lebih murah dan mudah, cara produksi yang efisien, bargaining power (daya tawar) tertentu terhadap konsumen atau karena segmen pasarnya. Umumnya, Harga Pokok Produksi ada pada perusahaan dagang karena sifat bisnis yang melakukan jual beli barang dagangan. Kegunaan dari mengenal cara menghitung Harga Pokok Produksi adalah selain dapat mengerti patokan untuk menentukan harga jual barang yang ditawarkan, tetapi juga untuk mengetahui keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan. Harga Pokok Produksi adalah perhitungan yang mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh produk atau layanan yang akan dijual.

Solusi permasalahan yang dialami oleh peternak ayam petelur terkait dengan informasi akuntansi yang dibuat, maka dilakukan penggalian informasi, proses desain serta pembuatan aplikasi perhitungan harga pokok produksi yang

(18)

meliputi sistem pembelian, produksi, penjualan, stok barang, laporan dan perhitungan harga pokok produksi. Perusahaan atau usaha ternak ayam petelur yang berlokasi di Kabupaten Enrekang mempunyai Sistem pemeliharaan ayam.

Pemeliharaan ayam petelur tersebut diberikan vaksinasi dan pakan ayam mulai dari ayam berumur 1 hari sampai ayam menghasilkan telur, sampai kurang lebih ayam berumur 23 bulan.

Perlunya CV.Anak Ternak mengevaluasi perhitungan dan penyusunan harga pokok merupakan suatu hal yang penting yang terkait dengan biaya produksi yang dibebankan dalam harga pokok produksi. Biaya produksi menurut Atkinson et al (2007:89), adalah nilai moneter dari barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan untuk memproduksi satuan unit produk. Agar pemilik bisnis tidak merugi, menentukan harga suatu barang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Banyak pelaku bisnis pemula yang menentukan harga produksi tanpa tahu berapa sebenarnya Harga Pokok Produksi dari produk yang dijual sehingga harga yang ditetapkan terlalu rendah dan keuntungan yang didapat dirasa tidak sesuai dengan besarnya biaya produksi dan upaya yang dikerahkan dalam proses pembuatannya. Atau, mungkin harga yang ditetapkan terlalu tinggi dibandingkan sehingga produk yang terjual sangat sedikit dan akhirnya kalah bersaing dengan bisnis lain di industri yang sama.

Biaya dapat juga digunakan untuk membuat suatu produk, sehingga dapat dijual dan menghasilkan keuntungan kas. Penentuan harga pokokproduksi menurut Mulyadi (2007:40) dapat dilakukan dengan menggunakan metode full costing, variabel costing atau dengan sistem activity based costing, namun untukmetode full costing atau konvensional terjadi banyak sekali distorsi dalam penentuan harganya karena sistem pembebanan biaya tidak diperhitungkan

(19)

secara detail. Sehingga diperlukan sistem perhitungan yang lebih akurat yaitu sistem activity based costing seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2009:103) merupakan sistem pembebanan biaya dengan cara pertama kali menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Sehingga akan akurat apabila menjadikan sistem activity based costing untuk perhitungan harga pokok produksi untuk output lebih dari satu jenis.

Sama seperti usaha-usaha bisnis lainnya, bisnis ternak ayam CV.Anak Ternak juga dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan semaksimal mungkin.

Persaingan dalam dunia bisnis menuntut peternak ayam harus mau belajar sehinggamampu memanfaatkan segala sarana dan teknologi yang ada untuk mengembangkan usahanya. Perkembangan usaha yang sangat pesat mengharuskan pengusaha terus mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan informasi yang akurat untuk mengambilkeputusan dalam pengendalian biaya terhadap harga pokokproduksi. ”Harga pokok produksi merupakan puncak dariberbagai variabel kegiatan manajemen peternakan ayam petelur. Adapun komponen-komponen pembentuk harga pokok produksi telur tersebut yaitu biaya pakan, biaya operasional, biaya penyusutan, biaya obat- obatan, danbiaya lain-lain” (Winarno: 2008).

Peternakan ayam petelur CV.Anak Ternak adalah salah satu Usaha mikro kecil masyarakat (UMKM) yang bergerak dalam sektor Agribisnis. Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowidan Sufri (2004) Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan ataupengusahaan produksi itu sendiri atau pun jugapengusahaan pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis,dengan perkataan lain, adalah cara

(20)

pandang ekonomi bagiusaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungandengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahanbaku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahappemasaran. Sedangkan UMKM menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam perkembangannya UMKM didorong untuklebih maju menggunakan sistem informasi yang baik,untuk membangun usahanya menjadi lebih baik dan lebihmandiri sehingga bisa berkembang dan bersaing denganusaha-usaha sejenis.

Dalam kegiatannya, UMKM dengan omzet besar maupun kecil, dengan karyawan banyak ataupun sedikit membutuhkan perhitungan harga pokok produksi yang benar, sehingga dapat memunculkan keuntungan yang relevan, dan menghindarkan dari kerugian akibat kesalahan menghitung harga pokok produksinya. Dalam kegiatan produksi, UMKM harus menentukan harga pokok produksi yang akan digunakan sebagai dasar dari harga jual dari produk yang telah diciptakan, sehingga penentuan HPP akan berdampak pada harga jual serta tingkat penjualan produk juga. Peternakan Ayam petelor CV. Anak Ternak merupakan sala hsatu peternakan ayam didaerah Enrekang. Usaha yang dirintis oleh CV. Anak Ternak mempunyai sebuah peternakan ayam petelor yang menghasilkan telur setiap harinya dan disalurkan atau dijual kepada konsumen atau pembeli secara langsung.Jafar sekarang telah memiliki sebanya ratusan ekor ayam petelur yang rata-rata menghasilkan 1-2 telur setiapharinya. Dalam

(21)

membantu usahanya, perusahaan ini mempekerjakan beberapa orang karyawan.

Setiap harinya, dapat memperoleh sekitar 13-14 kilogram lebih telur.

Selama ini pencatatan data untuk segala aktivitas usaha dilakukan dengan sistem manual. pencatatan stok bahan pangan, pemberian vitamin, vaksin, biaya overhead serta mengontrol perkembangan ayam dari anak ayam sampai siap panen, hingga perhitungan perkiraan Harga Pokok Produksi. Hal ini mengakibatkan pengelola mengalami kesulitan dalam mengetahui Harga Pokok lengkap, tepat dan akurat terutama laporan yang berkaitan dengan Harga Pokok produksi dari ternak ayam petelur.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka judul skripsi ini adalah

“Tinjauan penerapan metode perhitungan harga pokok produksi ternak ayam petelur Pada CV. Anak Ternak Di Kabupaten Enrekang”

B. Rumusan Masalah

Apakah metode perhitungan harga pokok produksi CV. Anak Ternak Di Kabupaten Enrekang sudah sesuai dengan prinsip perhitungan harga pokok akuntansi biaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui elemen-elemen dan cara penentuan harga pokok produksi oleh industri CV. Ayam Ternak di Kabupaten Enrekang.

(22)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui penghasilan yang diperoleh perusahaan Cv. Anak Ternak pada periode tertentu.

2. Memberikan informasi yang mungkin dapat diterapkan pada perusahaan sehubungan dengan harga pokok penjualan.

3. Menjadi proses pembelajaran dalam bisnis perdagangan ayam petelur.

(23)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Biaya

Biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlaela (2010:04) bahwa “adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang menjalankan usahanya pasti memerlukan biaya dan besar kecilnya biaya akan berpengaruh terhadap harga pokok produk yang dihasilkan. Pengertian biaya dapat di golongkan ke dalam biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit, yaitu:

a. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu Bastian Bustami dan Nurlaela (2010:04).

b. Biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini di sebut dengan harga pokok (Mulyadi, 1999:6-10).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan nilai uang yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Biaya diklasifikasikan berdasarkan banyak dasar. Pengklasifikasian biaya ini bertujuan untuk memudahkan manajer dalam memperoleh informasi sesuai dengan tujuan dari pengklasifikasian biayanya.

(24)

a. Menurut aktivitas

Pengklasifikasian biaya menurut aktivitas bertujuan untuk memprediksi perilaku biaya dan merespon perubahan aktivitas.

1) Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas unit yang dijual, jam kerja yang digunakan, dan sebagainya. (Garrison, Norren & Brewer, 2013, p. 66). Biaya variable yang berkaitan dengan aktivitas akan mengakibatkan biaya total naik atau turun sesuai dengan pergerakan naik atau turunnya aktivitas. Contohnya adalah biaya pembelian apel dalam produksi kripik apel dimana semakin besar kuantitas produksi maka biaya akan semakin besar dan sebaliknya.

2) Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas. (Garrison, Norren & Brewer, 2013, p.

67). Biaya tetap yang tidak terpengaruh terhadap naik atau turunnya aktivitas berperilaku terbalik daripada biaya variabel. Semakin tinggi aktivitas maka akan membuat biaya rata-rata aktivitas semakin kecil dan sebaliknya. Namun bukan berarti biaya akan tetap konstan tanpa adanya batasan. Biaya akan tetap konstan selama aktivitas berada dalam rentang yang relevan, yaitu dibawah rentang kapasitas maksimal dimana jika sebuah aktivitas sudah melebihi batas kapasitasnya, maka akan ada peningkatan dari biaya tetap yang berbarengan dengan meningkatnya rentang yang relevan tersebut. Contohnya adalah biaya tenaga keamanan pabrik yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi kuantitas produksi.

3) Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki sifat dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya semi variabel memiliki dua komponen yaitu biaya

(25)

yang konstan disaat tidak terjadi aktivitas, dan biaya yang bergerak sesuai dengan aktivitas. Berbeda dari biaya variabel yang tidak ada disaat aktivitas berhenti, biaya semi variabel akan tetap ada baik disaat ada atau tidak adanya aktivitas, dan berbeda pula dari biaya tetap yang konsisten terhadap turun naiknya aktivitas, disaat aktivitas meningkat maka biaya semi variabel akan ikut meningkat dan sebaliknya. Contohnya adalah biaya listrik, dimana saat dipakai ataupun tidak dipakai akan tetap memerlukan biaya namun semakin banyak pemakaian maka akan semakin tinggi biaya yang diperlukan

b. Menurut periode

Pengklasifikasian biaya menurut periode bertujuan untuk mengetahui waktu perolehan manfaat dari sebuah pengeluaran.

1) Biaya adalah pengeluaran yang dilakukan untuk dirasakan manfaatnya dimasa yang akan datang. Dalam laporan keuangan, biaya terletak dalam neraca berupa aktiva. Dalam periode akuntansi, biaya memiliki periode lebih dari satu tahun. Contoh biaya adalah pembelian bahan baku yang baru akan dirasakan manfaatnya ketika bahan baku tersebut telah di proses menjadi barang jadi dan di jual.

2) Beban adalah pengeluaran yang dilakukan setelah manfaatnya dirasakan dan tidak memiliki nilai apapun dimasa yang akan datang. Dalam laporan keuangan, beban terletak dalam laporan laba-rugi. Dalam periode akuntansi, beban memiliki periode kurang dari satu tahun. Contoh beban adalah beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan setelah mendapatkan manfaat pinjaman uang dari debitur.

(26)

c. Menurut produk

Pengklasifikasian biaya menurut penggunaannya pada produk bertujuan untuk menelusuri kegunaan biaya.

1) Biaya bahan baku adalah biaya yang penggunaannya untuk membeli barang yang merupakan komponen utama dari suatu produk baik itu bahan mentah maupun barang setengah jadi. Contohnya adalah biaya pembelian tempe dalam produksi kripik tempe.

2) Biaya tenaga adalah biaya yang penggunaannya untuk membayar upah pekerja yang memproses bahan baku menjadi produk jadi.contohnya adalah biaya karyawan penggoreng kripik dalam produksi kripik tempe.

3) Biaya factory overhead adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan produk jadi tetapi tetap merupakan komponen yang esensial. Contohnya adalah biaya pembelian perasa atau penyedap dalam produksi kripik tempe.

d. Menurut pembebanannya

Pengklasifikasian biaya menurut pembebanannya bertujuan untuk menelusuri penggunaan biaya kepada produk jadi.

1) Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung penggunaannya kepada produk jadi. Contohnya adalah biaya kayu dalam penggunaannya di proses produksi meubel.

2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dietelusuri secara langsung penggunaannya kepada produk jadi. Contohnya adalah biaya mur, lem dan skrup dalam penggunaannya di proses produksi meubel.

(27)

2. Penggolongan Biaya

Informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen untuk berbagai tujuan.

Jika tujuan manajemen berbeda maka diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula. Cara penggolongan biaya menurut Mulyadi (2005) meliputi:

a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok kegiatan perusahaan biaya dapat digolongkan berdasarkan fungsinya, produksi administrasi dan umum, pemasaran dan keuangan.

b. Penggolongan biaya ke dalam biaya produk dan biaya periode. Biaya produk dalam perusahaan manufaktur terdiri dari biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Biaya periode meliputi biaya pemasaran ,administrasi dan umum biaya keuangan.

c. Penggolongan biaya berdasarkan perilaku biaya - biaya , di kelompokkan ke dalam biaya tetapm, biaya variabel, dan biaya semi variable.

d. Penggolongan biaya sesuai objek atau pusat biaya. Biaya di golongkan menjadi: biaya langsung dan biaya tidak langsung.

e. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya dibebankan. Biaya di golongkan menjadi; pengeluaran modal dan pengeluaran penghasilan.

f. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya. Untuk tujuan pengendalian biaya. Maka dikelompokan ke dalam biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.

g. Penggolongan sesuai dengan tujuan pengembalian keputusan, untuk itu data biaya di kelompokan ke dalam: biaya relevan dan biaya tidak relevan.

Atas dasar pengaruh perubahan volume terhadap biaya, maka biaya dapat digolongkan menjadi :

(28)

a) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Biaya tetap jumlah totalnya tetap konstan, tidak di pengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengantingkatan tertentu.

2) Biaya tetap persatuan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

3) Contoh biaya tetap misalnya: biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap. Biaya tersebut elemennya dapat digolongkan ke dalam: biaya depresiasi aktiva tetap, biaya asuransi gaji pejabat kunci dan biaya tetap lainnya. (Mulyadi : 2005) b) Biaya variabel

Menurut Mulyadi (1999) biaya variabel adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya variabelnya, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula pada jumlah total biaya variabel.

2) Biaya variabel persatuan tidak di pengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

3) Contoh biaya variabel misalnya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi variabel.

(29)

c) Biaya semi variabel

Menurut Supriyono (1997:422-514) dalam Edi Setiawan biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Biaya semi variabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.

semakin tinggi volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biayanya tetapi perubahannya tidak sebanding.

2) Biaya semi variabel per satuan berubah terbalik di hubungkan dengan 3) perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai

dengan tingkatan kegiatan tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan, semakin tinggi biaya satuan.

4) Contoh biaya semi variable misalnya : biaya biaya reparasi dan pemeliharan aktiva tetap,biaya kendaraan, biaya listrik dan biaya telepon.

3. Biaya produksi

Menurut Rudianto (1997:312-320) dalam Edi Setiawan Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengelolaan bahan baku menjadi produk selesai. Berdasarkan penjelasan diatas maka biaya produksi dapat di golongkan sebagai berikut:

1) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat di masukan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan

(30)

bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari barang jadi , namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bias di lakukan dengan tepat, bahan ini dapat di klasifikasikan ke dalam bahan baku tidak langsung. Dari penjelasan tersebut, lebih mudah di pahami jika di lihat pada di rumus di bawah ini :

Tabel 2.1 Biaya Bahan Baku

Volume total bahan baku = bahan baku per unit x volume produksi

Bahan baku yang di beli = volume total bahan baku + persedian akhir- Persedian awal

Nilai pembelian bahan baku = bahan baku yang akan di beli x harga per unit

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung menurut Edi Setiawan (2012) ialah balas jasa yang di berikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat di identifikasikan atau di ikuti jejas nya pada produk tertentu yang di hasilkan perusahaan, biaya untuk ini meliputi gaji para karyawan yang dapat di beban kan kepada produk tertentu.

Biaya overhead pabrikas menurut Edi Setiawan (2012) atau beban pabrik sebagai biaya dari bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat di bebankan langsung ke produk.

Secara sederhana overhead pabrik mencakup semua biaya pabrikasi kecuali bahan langsung dan pekerja langsung. Bahan baku tidak langsung adalah semua bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya kecil sehingga tidak dapat di anggap sebagai bahan baku

(31)

langsung.

Bahan-bahan seperti minyak pelumas, minyak gemuk, lap pembersih, termasuk dalam pembekalan pabrik yang merupakan bahan baku tidak langsung yang di perlukan untuk menjaga agar lokasi kerja dan mesin-mesin tetap dalam keadaan siahp pakai dan aman. Dan tenaga kerja tidak langsung adalah para karyawan yang di kerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan atau pembentukan barang jadi. Biaya pekerja tidak langsung meliputi gaji para penyelia (supervisor), kepala gudang dan pekerja lainnya yang bertugas dalam kerja pemeliharaan yang tidak secara langsung berkaitan dengan produksi.

4. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi menururt Edi Setawan (2012) merupakan metode penentuan untuk penilaian persediaan dalam neraca dan perhitungan rugi/laba pihak luar. Metode penentuan biaya produksi ini merupakan metode yang di kembangkan pada waktu komponen biaya produksi (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) merupakan factor paling dominan pada proses produksi, sedangkan biaya overhead hanya sebagai faktor pendukung saja.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlaela (2013:40), Dalam menghitung unsur- unsur biaya harga pokok produksi terdapat dua pendekatan antara lain:

a. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)

Full Costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi dengan menghitung semua unsure biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik bersifat variable maupun tetap. Unsur - unsur biaya produksi full costing terdiri dari :

(32)

1) Biaya bahan baku

2) Biaya tenaga kerja langsung 3) Biaya overhead pabrik variabel 4) Biaya overhead pabrik tetap

b. Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)

Variable costing menurut Mulyadi (1999:18-20) adalah penentuan harga pokok produksi dengan memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variable dalam harga pokok produksi, terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead variable. Perbedaan pokok diantara metode full costing dengan variable costing terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Menurut mulyadi (1999:131-136) adanya perbedaan biaya produksi ini akan mengakibatkan pada perhitungan harga pokok produksi yaitu:

1) Pada metode full costing, biaya overhead pabrik tetap akan melekat di harga pokok persediaan pokok dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku terjual, dan baru dianggap sebagai biaya apabila produk jadi tersebut telah terjual.

2) Pada Variable Costing, biaya overhead tetap diperlukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik dibebankan sebagai biaya dalam period.

3) Dalam laporan rugi laba variable costing, biaya tetap di sajikan pada satu kelompok tersendiri yang harus di tutup dari laba kontribusi yang di peroleh perusahaan sebelum timbul laba bersih.

5. Metode Penentuan Harga Jual Produk

Penentuan harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga yang di tetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau

(33)

bahkan lebih dari itu, yaitu untuk mendapatkan laba, salah satu prinsip dari manajemen dalam penentuan harga ini adalah menitik beratkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba. Tingkat harga produk/jasa di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kondisi perekonomian, permintaan dan penawaran, elastisitas permintaan, persaingan, biaya produksi, tujuan manajer, dan pengawasan pemerintah. Menurut Mulyadi (1999) secara umum terdapat beberapa metode yang dapat di pergunakan untuk menentukan harga jual suatu produk dengan berbasis pada besarnya biaya yang di keluarkan oleh perusahaan yaitu:

a. Metode Maksimalis Laba

Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang maksimal dalam jangka panjang. Laba maksimal dalam jangka pendek bukan tujuan yang baik dari perusahaan yang ingin hidup berkesinambungan dalam jangka panjang. Laba usaha perunit produk yang besar, tetapi tidak di imbangi dengan volume penjualan produk yang optimal, jelas hanya akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya laba usaha perunit produk yang kecil tetapi di imbangi dengan penjualan produk dalam volume yang besar, mungkin juga tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti yang di harapkan.

Jika faktor harga jual akan berpengaruh secara nyata terhadap volume penjualan produk maka menghitung dan menganalisis berbagai variasi dan alternatif harga jual dan volume penjualan sangat di perlukan untuk melihat alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Kombinasi antara harga jual dengan volume penjualan yang paling menguntungkan harus di pilih

(34)

untuk melihat dampak optimalnya perolehan laba usaha perusahaan.

b. Metode Tingkat Pengembalian Atas Modal yang Digunakan

Menurut Wahyudi Ilham dan Yadiati Winwin (2006) terkadang perusahaan menetapkan terlebih dahulu besarnya tingkat pengembalian atas modal yang di tanamkan nya didalam suatu bidang usaha, sebagai dasar untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para penanam modal perusahaan mengharuskan perusahaan menggunakan nya sebgai dasar untuk menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, dapat di formulasikan harga jual dengan metode pengembalian atas modal adalah sebagai berikut :

total biaya ( ingkat engembalian odal x odal) Harga

Folume enjualan

c. Matode Biaya Konveksi

Menurut Mulyadi (2005) perusahaan memproduksi lebih dari satu produk dengan komposisi biaya yang berbeda satu dengan yang lainnya maka perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan untuk membuat pilihan produksi yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Artinya, jika perusahaan memiliki 2 produk untuk dihasilkan dengan jumlah laba per unit yang sama antara satu produk dengan lainnya maka perusahaan harus melihat komposisi biaya di antara kedua produk. dengan demikian melihat dan menganalisis komposisi biaya masing-masing produk tersebut, perusahaan

(35)

dapat memilih untuk memproduksi salah satu produk saja yang memberikan keuntungan total yang lebih besar bagi perusahaan.

d. Metode Margin Kontribusi

Menurut Mulyadi (2005) metode margin kontribusi adalah selisih harga jual dengan biaya produksi variable yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Marjin kontribusi bukanlah laba kotor usaha. Marjin kontribusi di hitung dengan mengabaikan biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan.

jika perusahaan telah mencapai titik impas, (break event point) maka biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pada periode tersebut telah dibebankan dan ditutup oleh volume impas tersebut. Itu juga berarti bahwa untuk volume penjualan diatas volume impas perusahaan dapat mengabaikan biaya tetap tersebut dalam menentukan harga jual produknya. Tentu saja hal itu hanyalah salah satu alternatif yang dapat di ambil perusahaan dalam menghadapi berbagai persoalan di dalam menentukan harga jual produknya. Misalnya, dalam menghadapi persaingan harga yang ketat menentukan harga jual produk untuk pesanan khusus, menentukan harga jual produk untuk pesanan tambahan ,dan sebagainya.

e. Metode Biaya Standar

Jika perusahaan telah memiliki biaya standar yang di jadikan tolak ukur dalam menentukan besarnya biaya produksi maka penentuan harga jual pula ditentukan berdasarkan biaya standar yang di miliki perusahaan. persoalannya, seringkali realisasi biaya produk menyimpang dari biaya standar yang di miliki oleh perusahaan. Jika terjadi penyimpangan realisasi biaya produksi dari biaya standarnya maka harus segera di ambil tindakan cepat untuk merevisi

(36)

keputusan harga jual yang telah di tetapkan. (Edi Setiawan, 2012:5). Metode penetapan harga ke dalam dua pendekan pokok yaitu :Pendekatan Biaya.

Adapun metode penetapan harga kedalam pendekatan biaya yaitu sebagai berikut : Edi Setiawan (2012).

a) Metode Penetapan Harga Biaya Plus (cost plus pricing method)

Dalam metode ini, harga jual perunit di tentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit di tambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang di kehendaki pada unit tersebut (disebut marjin). Jadi harga jual produk itu dapat di hitung dengan rumus

Harga Jual Biaya Total + Marjin

b) Metode Penetapan Mark-Up (Mark-Up Pricing Method)

Penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya plus, hanya saja para pedagang atau perusahaan lebih banyak menggunakan penetapan mark-up. pedagang yang membeli barang- barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up. Jadi mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan dapat di peroleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya yang juga di ambilkan dari sebagian mark-up.

Harga Jual Harga Beli +Mark-Up

Harga Jual Biaya Total + Mark – Up

(37)

c) Metode Penetapan Break-Even (Break Even Pricing Method)

Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga break even. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break-even bilamana penghasilan yang di terima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jual nya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan mendapatkan laba bilamana penjualan yang di capai berada di atas titik impas (break-even), jika penjualan berada di bawah titik impas , maka penjualan akan merugi.

Metode penetapan harga break even ini dapat di terapkan dengan menggunakan beberapa anggapan tertentu , yaitu :

1) Seluruh biaya dapat di golongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.

2) Seluruh barang yang di produksi akan terjual. Biaya variable per unti nya tetap.

3) Setelah diketahui, maka kita sekarang dapat mencari titik pertemuan Biaya Total= Biaya Tetap + Biaya Variabel, biaya total dengan penghasilan total. Titik ini di namakan titik break even atau titik impas.

reak ven oint ( ) H

reak ven oint ( p)

1 H

(38)

Untuk menentukan titik break-event dapat menggunakan rumus yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

BTT =Biaya Tetap Total

H =Harga Jual Per Unit

BVR =Biaya Variable Rata-Rata

H – BVR =Kontribusi Per Unit Pada Overhead

Contoh :

Perusahaan akan mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 250, biaya variable sebesar Rp 30 per unit, jika di kehendaki harga jual sebesar Rp 80, maka titik break even nya di cari sebagai berikut :

reak ven oint ( ) 250 5 unit 50

reak ven oint ( p) 250 p 400 30 1 80

Metode penetapan harga dalam hubungannya dengan pasar, Dalam hal ini, penentuan harga tidak di dasarkan pada biaya, tetapi justru harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar agar dapat bersaing, atau dapat juga di tentukan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat harga dalam pesaingan. Edi Setiawan (2012).

(39)

6. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah semua biaya yang muncul dalam rangka menghasilkan suatu produk hingga produk tersebut siap dijual. dengan bahasa sederhana, Harga Pokok Penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu proses produksi barang dan jasa yang dapat dihubungkan secara langsung dengan aktivitas prosess yang membuat produk barang dan jasa siap jual.

Harga pokok penjualan dihitung dengan cara seperti berikut :

Tabel 2.2 Harga Pokok Penjualan

CV Ayam Ternak Laporan Harga Pokok Penjualan Per 31 Desember 20xx

1 Persediaan awal barang jadi xxxx

2 Harga pokok produksi xxxx +

3 Barang jadi yang telah selesai diproduksi periode ini xxxx

4 Persediaan akhir barang jadi xxxx -

5 Harga pokok penjualan xxxx

Persediaan barang jadi di awal adalah persediaan yang tersisa dari periode sebelumnya, harga pokok produksi didapat dari perhitungan harga pokok produksi diatas, baik dengan menggunakan metode full costing maupun variabel costing, dan persediaan barang jadi akhir adalah rencana persediaan yang diinginkan untuk tersedia dan siap jual pada periode yang akan datang.

(40)

7. Harga Pokok Produksi

Mulyadi (1999, p. 17) mengatakan bahwa dalam proses pembuatan produk, terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya nonproduksi dimana biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, dan biaya nonproduksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi. Biaya produksi inilah yang membentuk harga pokok produksi. Jadi intinya harga pokok produksi adalah segala jenis pengeluaran yang dilakukan perusahaan dalam usahanya untuk memproduksi suatu produk dari bahan baku menjadi produk siap jual. Harga pokok produksi pada dasarnya adalah suatu informasi biaya yang merupakan alat ukur bagi perusahaan untuk menentukan harga jual produknya berdasarkan biaya yang sudah dikeluarkan dalam proses produksi agar didapat nilai output yang lebih besar daripada nilai input yang dikorbankan. Tanpa harga pokok produksi, penentuan harga jual barang bisa jadi berada di bawah biaya yang dikeluarkan yang akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian.

Secara garis besar harga pokok produksi terdiri dari tiga jenis biaya. Biaya bahan baku yaitu biaya bahan yang dapat secara mudah diidentifikasikan penggunaannya kepada produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang penggunaannya dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk jadi, dan biaya overhead, yaitu biaya biaya lain yang tidak termasuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, biaya ini akan susah jika ingin ditelusuri penggunaannya kepada produk jadi. Misalkan pada sebuah perusahaan meubel, maka biaya bahan baku adalah kayu dan triplek yang dapat dihitung penggunaannya berdasarkan ukuran volume per produk jadi, biaya tenaga kerja langsung adalah pegawai yang memproduksi barang dengan

(41)

ukuran jam kerja per produk jadi, dan biaya overhead adalah biaya penyusutan peralatan, listrik, mur dan baut, lem dan biaya lain yang hampir tidak mungkin untuk ditentukan ukuran pemakaiannya per produk jadi.

8. Menghitung Harga Pokok Produksi

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.

a. Metode Full Costing

Mulyadi (1999, p. 19) menjelaskan bahwa full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

Menurut metode full costing, harga pokok produksi dihitung dengan cara berikut:

Tabel 2.3 Harga Pokok Produksi Per 31 Desember 20xx 1 Bahan Baku

a. Saldo Awal Bahan Baku Xxxx

b. Pembelian Bahan Baku xxxx +

c. Bahan Baku Yang Siap Dipakai Xxxx d. Saldo Akhir Bahan Baku xxxx - Bahan Baku Yang Digunakan Xxxx 2 Tenaga Kerja Langsung

a. Gaji Karyawan Xxxx

b. Tunjangan xxxx +

Total Biaya Tenaga Kerja Xxxx

3 Factory Overhead (FOH)

a. Variabel Xxxx

b. Tetap xxxx +

Total FOH Xxxx

4 Total Biaya Produksi xxxx

(42)

5 Work In Process (WIP)

a. WIP Awal xxxx

Total Barang Dalam Proses xxxx

b. WIP Akhir Xxxx

Harga Pokok Produksi Xxxx

Saldo awal bahan baku adalah nilai bahan baku yang tersisa dari periode sebelumnya yang dapat digunakan untuk proses produksi pada periode ini.

Pembelian bahan baku adalah nilai bahan baku yang dibeli pada periode ini dan saat digabung dengan saldo awal bahan baku akan didapat bahan baku siap pakai, yaitu nilai bahan baku yang siap untuk di proses oleh perusahaan.

Saldo akhir bahan baku adalah jumlah nilai bahan baku yang direncanakan untuk disisakan oleh perusahaan sebagai persediaan untuk periode selanjutnya. Semakin banyak nilai sisa yang direncanakan oleh perusahaan, maka semakin sedikit penggunaan bahan baku untuk proses produksi perusahaan, dan demikian sebaliknya jika perusahaan menginginkan sedikit nilai sisa untuk periode selanjutnya, maka penggunaan bahan baku untuk proses produksi padamperiode ini akan semakin banyak.

Tenaga kerja langsung adalah nilai upah dan gaji buruh dan karyawan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi. Untuk perhitungan tenaga kerja biasanya dibagi menjadi per bagian atau divisi untuk memudahkan penelusuran biaya kepada penggunaannya. Work in process adalah nilai barang dalam proses yang masih belum menjadi barang siap jual. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi memiliki proses produksi yang bertahap dan memerlukan beberapa langkah sebelum bahan baku dapat menjadi barang jadi. Barang barang yang masih berada dalam tahapan produksi itulah yang termasuk kedalam work in process. Dalam metode full

(43)

costing, biaya overhead baik yang tetap maupun yang variabel tetap dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal. Oleh karena itu seluruh biaya overhead tetap melekat pada produk dalam proses yang belum terjual sebagai nilai persediaan.

b. Metode Variabel Costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang beraktivitas sebagai biaya variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Tabel 2.4

CV Ayam Ternak Laporan Harga Pokok Produksi CV Ayam Ternak Laporan Harga Pokok Produksi

Per 31 Desember 20xx 1 Bahan Baku

a. Saldo Awal Bahan Baku Xxxx

b. Pembelian Bahan Baku xxxx

Bahan Baku Yang Siap Dipakai

c. Saldo Akhir Bahan Baku Xxxx

Bahan Baku Yang Digunakan Xxxx

2 Tenaga Kerja Langsung

a. Gaji Karyawan Xxxx

b. Tunjangan Xxxx

Total Biaya Tenaga Kerja Xxxx

3 FOH variabel

a. Biaya Listrik Xxxx

b. Biaya Air Xxxx

Total Biaya FOH Xxxx

Total Biaya Produksi Xxxx

(44)

4 Work In Process

a. WIP Awal Xxxx

Total Barang Dalam Proses Xxxx

b. WIP Akhir Xxxx

Harga Pokok Produksi Xxxx

Dalam metode variable costing, biaya FOH tetap diperlakukan sebagai period cost, yaitu biaya yang muncul dalam laporan laba rugi selain biaya harga pokok penjualan, dan bukan sebagai unsur harga pokok produksi, sehingga biaya overhead tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya, dan bukan ditentukan dimuka. Oleh karena itu pembebanan biaya overhead tetap tidak dapat dilakukan pada perhitungan harga pokok penjualan namun dibebankan pada laporan keuangan laba rugi yang menjadi pengurang dari total penjualan.

Metode variable costing menunda pembebanan biaya overhead tetap sebagai biaya sampai saat produk terjual, sehingga tidak diperhitungkan pada saat membuat harga pokok produksi. Biaya FOH variabel akan kembali muncul pada saat barang laku terjual yaitu pada perhitungan laporan keuangan laba rugi.

9. Sistem Pencatatan Persediaan Barang Dagangan.

Menurut Winwin Yadiati dan Ilham Wahyudi (2006:139), Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa pencatatn atau perlakuan akuntansi atas aktivitas pembelian dan penjualan barang dangangan para perusahaan dagang akan dipengaruhi oleh sistem pencatatan persedian barang dagangan. Adapun jenis –

(45)

jenis system pencatatan persediaan barang dagang menurut Winwin Yadiati dan Ilham Wahyudi (2006:139) yaitu sebagai berikut.

a. Sistem Perpetual

Pencatatan persediaan dimana setiap pembelian dan penjualan barang dagangan akan dicatat pada perkiraan persediaan barang dagangan (merchandise inventory) atau pada kartu-kartu persediaannya, sehingga harga pokok barang yang terjual (cost of merchandise sold) akan langsung dapat diketahui dari kartu persediaan tanpa harus melakukan perhitungan secara fisik.

b. Sistem Periodik

Pencatatan persediaan, yaitu setiap pembelian dan penjualan tidak dicatat pada perkiraan persediaan barang (merchandise inventory), mutasi barang dagangan tidak dicatat, untuk mengetuhui beberapa harga pokok barang yang terjual (cost of merchandise sold) harus dilakukan dahulu perhitungan secara fisik. Dengan kata lain, dengan sistem ini, pencatatan hanya dilakukan pada saat pembelian (awal) dan pada saat pelaporan (akhir).

10. Transaksi Barang Dagang

Dalam transaksi barang dagang dan pembelian barang dagang menggunakan sistem perpetual dan sistem periodik. Menurut Sri Dewi Anggadini (2012:114) menyatakan bahwa “Sistem pembelian merupakan transakasi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi.” Adapun tabel transaksi

(46)

pembelian barang dagangan Menurut Sri Dewi Anggadini (2012:114) yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.5

Akuntansi Pembelian Barang Dagangan

TRANSAKSI SISTEM PERPETUAL SISTEM PERIODIK

I. Pembelian Tunai

Persediaan barang dagangan

Rp xx

Purchase (pembelian) Rp xx

Cash (kas) Rp xx Cash (kas) Rp Xx

II.

Pembelian kredit

Persediaan barang dagangan

Rp xx

Pembelian Rpxx

Utang dagang Rp xx Utang dagang Rp xx

III.

Pembelian brng krn rusak

Utang dagang Rp xx Utang dagang Rp xx Pers. Barang dagangan

Rpxx Retur pembelian Rp xx

IV.

Pembayaran utang atas pembelian brng dgngan dlm periode diskon

Utang dagang Rp xx Utang dagang Rp xx Persediaan barang

dagang Rp xx Diskon pembelian Rp xx

Kas Rp xx Kas Rp Xx

V. Pembayara n ongkos angkut, apabila syarat pengiriman barang

BOP shipping poin

Persediaan barang Rp xx Ongkos angkut Rp xx

Kas Rp xx Kas Rp Xx

(47)

Terdapat pula transaksi penjualan barang dagang yaitu sebagai berikut : Tabel 2.6 Akuntansi Penjualan Barang Dagangan

TRANSAKSI SISTEM PERPETUAL SISTEM PERIODIK

I. Penjualan Tunai

Kas Rp xx Kas Rp xx

Sales Rp xx Sales Rp xx

Hrg pokok brng yg terjual Rp xx Persediaan brng dgng Rp xx

II. Penjualan kredit

Piutang dagang Rp xx Piutang dagang Rp xx Penjualan Rp xx

Hrg pokok brng yg terjual Rp xx Penjualan Rpxx Persediaan brng dgng Rp xx

III.

Pengembalian brng oleh pelanggan krn rusak

Retur penjualan Rp xx Retur penjualan Rp xx Piutang Rp xx

Persediaan brng dgng Rp xx Piutang dagang Rp xx

No entry Hrg pokok brng yg terjual Rp

xx IV.Peneriamaan

Kas dari pembayaran piutang oleh

Kas Rp xx Kas Rp xx

Pot. Penjualan Rp xx Pot. Penjualan Rp xx Piutang dagang Rp xx Piutang dagang Rp

xx Sumber : Manurung Elvy Maria ( 2011).

11. Perhitungan Pendapatan Untuk Perusahaan Dagang

Menurut Elvy Maria Manurung, (2011:42) menghitung pendapatan perusahaan dagang secara konsep sama dengan perhitungan untuk perusahaan industri, yaitu laba bersih, atau rugi bers sebagai hasil pengurangan dari pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut pada periode yang bersangkutan (matching principle).

(48)

a. Retur dan Penyisian Penjualan (Sales Returns and Allowances)

Menurut lvy aria anurung (2011:43) menyatakan bahwa “Seorang pembeli mungkin saja tidak puas dengan barang dagangan yang diterima, apakah karena barang tersebut rusak, tidak dapat berfungsi dengan baik, atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. Jika hal semacam ini terjadi, biasanya si pembeli mengembalikan barang tersebut kepada penjual (sales return) sehingga penjual harus mengembalikan uang yang telah diterimanya jika penjualan terjadi secara kredit (sales allowances)” yaitu sebagai berikut :

b. Penjualan (Sales Discounts)

Penjualan barang secara kredit biasanya menyertakan program potongan (discount) jika pembayaran dilakukan lebih cepat dari jangka waktu yang ditetapkan, yang disebut jangka potongan penjualan (Elvy Maria Manurung, 2011:43).

c. Ongkos Angkut (Freight Costs)

Ongkos angkut harus dicatat baik oleh penjual atau pembeli sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan. Ada 2 jenis perjanjian yaitu :

d. FOB Shipping Point dan

e. FOB (Free On Board) Shipping Point

Merupakan bentuk perjanjian ongkos angkut yang harus dibayar oleh pembeli, sedangkan FOB destination merupakan jenis perjanjian ongkos angkut yang harus dibayar oleh penjual. Dengan demikian, FOB shipping point akan dicatat oleh pembeli sebagai freight in (ongkos angkut masuk) yang akan

(49)

:

Penjualan Bersih (Net Sales)

Harga Pokok Penjualan (Cost Of Good Sold)

Rp xx (Rp xx)

Rp xx

menambah jumlah biaya pembelian barang dagangannya, dan FOB destination akan dicatat penjual sebagai freight out (ongkos angkut keluar) yang dapat dikelompokkan sebagsi biaya pemasaran (Elvy Maria Manurung, 2011:45).

12. Laba Kotor (Gross Profit)

Sesuai dengan perhitungan laba rugi dilakukan perhitungan laba kotor (Gross Profit) seperti berikuut :

a. Pencatatan Aktivitas Perusahaan Dagang

Menurut Rusdianto (2009) apabila perusahaan akan menyusun laporan keuangan khususnya laporan laba – rugi, maka harus dilakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan yang terjadi dalam periode berjalan. Ketepatan perhitungan Harga Pokok Penjualan mempengaruhi keakuratan laba yang diraih perusahaan atau rugi yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian semakin tepat perhitungan Harga Pokok Penjualan yang dilakukan akan berakibat semakin akurat laporan laba atau rugi perusahaan.

Sebagaimana telah ditunjukkan didalam pembahasan sebelumnya, pencatatan aktivitas pembelian dan penjualan didalam perusahaan dagang dapat mengguankan metode perpetual dan periodik. Metode perpetual menuntut perusahaan memiliki kartu persidangan barang dagangan didalam pencatatan dan menuntut pengendalian barang dagangan di gudang.

Perubahan jumlah dan nilai stok akibat keluar masuknya barang dagangan digudang tercatat dengan jelas didalam kartu stok tersebut. Sehingga setiap

(50)

saat manajemen perusahaan ingin mengetahui nilai dan jumlah stok yang miliki perusahaan, dapat diketahui cepat. Sedangkan metode periodik tidak menuntut disediakannya kartu stok untuk mencatat arus keluar mesuknya barang dagangan. Untuk mengetahui jumlah dan nilai stok pada suatu saat, pihak manajemmen perusahaan harus melakukan perhitungan fisik persediaan barang dagangan (stock opname) terlebih dahulu (Rudianto, 2009;108).

13. Proses Penjualan atau Pemasaran

Masukan (input) Sumber daya dapat berbentuk macam-macam dalam operasi manufaktur masukan ini berupa bahan baku, energi, tenaga kerja, informasi dan teknologi. Dalam sistem yang berorientasi ke jasa sebagian besar masukannya ialah tenaga kerja, tetapi tergantung pada sistemnya, informasi dan teknologi dapat merupakan masukan yang juga penting. Dalam sistem penyediaan makanan, menjadi masukan (input) yang penting.

Proses konversi itu sendiri tidak hanya melibatkan peranan teknologi tetapi juga manajemen produksi/operasi berperan dengan mendesain dan menyempurnakan sistem itu dan dalam merencanakan serta mengendalikan operasi. Menurut Palmarudi Mappigau (2011:14), Beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh peternakan ayam baik skala besar maupun skala kecil secara umum dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Biaya input produksi berupa harga pakan, bibit dan obat-obatan yang mahal sementara harga jual ayam itu sendiri rendah, maka dapat diimbangi dengan sistem produksi yang sangat efisien. Dukungan pemerintah diperlukan dalam mebuat kebijakan yang memihak usaha ternak, terlebih untuk ayam ternak skala kecil sebaiknya diberikan pembebasan PPN.

(51)

2) Diperlukan perencanaan usaha dengan pertimbangan faktor waktu mengingat sifat ayam yang mudah terserang penyakit termasuk dibutuhkannya teknologi penyimpanan.

3) Diperlukan kerjasama antara peternakan ayam skala besar dan skala kecil untuk bersama-sama maju dan berkembang misalnya untuk memenuhi tingginya permintaan ayam yang tinggi yang kadang tidak mampu dipenuhi oleh peternakan skala besar maka dapat menggandeng peternakan skala kecil untuk membantu memenuhi permintaan itu.

4) Lebih membangun sistem agribisnis peternakan yang secara terintegrasi dari hulu sampai hilir dan membangun jaringan distribusi yang mantap serta meningkatkan kualitas telur untuk menghadapi persaingan dengan peternak dari daerah lain dan bahkan ancaman perdagangan bebas yaitu masuknya peternak luar negara.

5) Untuk peternakan ayam skala kecil dengan dukungan pemerintah untuk dapat lebih mudah mendapatkan bantuan kredit dari Bank guna mengembangkan usahanya dan menambah jumlah produksi ayamnya mengingat tingginya permintaan ayam.

14. Faktor – Faktor Penjualan

Menurut Hasrodin Hasan (2006:37), menyatakan bahwa Faktor – faktor yang mempengaruhi penjualan dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu: faktor biologi, seperti : lahan peternakan bibit, obat – obatan, dan sebagainya, faktor ekonomi seperti, biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat penjualan, tingkat pendapatan dan ketidak pastian tersedianya kredit dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Ekskresi derivat purin dari kambing yang diberi pakan ampas tempe yang difermentasi menunjukkan hasil yang cukup banyak, sehingga besarnya serapan purin dan pasokan N-mikroba

1 Pengadaan Tiang listerik di RT.I,II dan RT IV Teratak 10 bh 10,000,000.00 APBD Kab Dinas Perumahan & Pemukiman. 2 Pengadaan Lampu

Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank yang menunjukkan korelasi sebesar 0,129 dan signifikansi sebesar 0,186 (p>0,05) artinya bahwa terdapat

Dalam penelitian ini dua kelas sebagai sampel yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII B menggunakan metode konvensional dengan ceramah

Berdasarkan hasil pengujian pita suara buatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa rentang nilai frekuensi dasar yang dihasilkan dari model biomekanik pria bernilai 151.2 Hz –

POKJA ULP KOTA MEDAN PENINGKATAN JALAN PEMBETONAN JALAN DI JL BELANAK DAN JL BELUT KEC MEDAN BELAWAN PADA DINAS BINA MARGA. KOTA MEDAN TAHUN

Adanya kemitraan antara pemerintah, swasta dan LSM untuk mengembangkan IKM merupakan salah satu indikator dari pengembangan perekonomian lokal. Kemitraan antara

Penelitian dilakukan dengan menganalisis peran dari APIP dan Aparatur Desa terkait dalam pengelolaan keuangan desa.Selanjutnya,tujuannya untuk menuju tata kelola