• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

5. Metode Penentuan Harga Jual Produk

Penentuan harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga yang di tetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau

bahkan lebih dari itu, yaitu untuk mendapatkan laba, salah satu prinsip dari manajemen dalam penentuan harga ini adalah menitik beratkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba. Tingkat harga produk/jasa di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kondisi perekonomian, permintaan dan penawaran, elastisitas permintaan, persaingan, biaya produksi, tujuan manajer, dan pengawasan pemerintah. Menurut Mulyadi (1999) secara umum terdapat beberapa metode yang dapat di pergunakan untuk menentukan harga jual suatu produk dengan berbasis pada besarnya biaya yang di keluarkan oleh perusahaan yaitu:

a. Metode Maksimalis Laba

Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang maksimal dalam jangka panjang. Laba maksimal dalam jangka pendek bukan tujuan yang baik dari perusahaan yang ingin hidup berkesinambungan dalam jangka panjang. Laba usaha perunit produk yang besar, tetapi tidak di imbangi dengan volume penjualan produk yang optimal, jelas hanya akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya laba usaha perunit produk yang kecil tetapi di imbangi dengan penjualan produk dalam volume yang besar, mungkin juga tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti yang di harapkan.

Jika faktor harga jual akan berpengaruh secara nyata terhadap volume penjualan produk maka menghitung dan menganalisis berbagai variasi dan alternatif harga jual dan volume penjualan sangat di perlukan untuk melihat alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Kombinasi antara harga jual dengan volume penjualan yang paling menguntungkan harus di pilih

untuk melihat dampak optimalnya perolehan laba usaha perusahaan.

b. Metode Tingkat Pengembalian Atas Modal yang Digunakan

Menurut Wahyudi Ilham dan Yadiati Winwin (2006) terkadang perusahaan menetapkan terlebih dahulu besarnya tingkat pengembalian atas modal yang di tanamkan nya didalam suatu bidang usaha, sebagai dasar untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para penanam modal perusahaan mengharuskan perusahaan menggunakan nya sebgai dasar untuk menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, dapat di formulasikan harga jual dengan metode pengembalian atas modal adalah sebagai berikut :

total biaya ( ingkat engembalian odal x odal) Harga

Folume enjualan

c. Matode Biaya Konveksi

Menurut Mulyadi (2005) perusahaan memproduksi lebih dari satu produk dengan komposisi biaya yang berbeda satu dengan yang lainnya maka perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan untuk membuat pilihan produksi yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Artinya, jika perusahaan memiliki 2 produk untuk dihasilkan dengan jumlah laba per unit yang sama antara satu produk dengan lainnya maka perusahaan harus melihat komposisi biaya di antara kedua produk. dengan demikian melihat dan menganalisis komposisi biaya masing-masing produk tersebut, perusahaan

dapat memilih untuk memproduksi salah satu produk saja yang memberikan keuntungan total yang lebih besar bagi perusahaan.

d. Metode Margin Kontribusi

Menurut Mulyadi (2005) metode margin kontribusi adalah selisih harga jual dengan biaya produksi variable yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Marjin kontribusi bukanlah laba kotor usaha. Marjin kontribusi di hitung dengan mengabaikan biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan.

jika perusahaan telah mencapai titik impas, (break event point) maka biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pada periode tersebut telah dibebankan dan ditutup oleh volume impas tersebut. Itu juga berarti bahwa untuk volume penjualan diatas volume impas perusahaan dapat mengabaikan biaya tetap tersebut dalam menentukan harga jual produknya. Tentu saja hal itu hanyalah salah satu alternatif yang dapat di ambil perusahaan dalam menghadapi berbagai persoalan di dalam menentukan harga jual produknya. Misalnya, dalam menghadapi persaingan harga yang ketat menentukan harga jual produk untuk pesanan khusus, menentukan harga jual produk untuk pesanan tambahan ,dan sebagainya.

e. Metode Biaya Standar

Jika perusahaan telah memiliki biaya standar yang di jadikan tolak ukur dalam menentukan besarnya biaya produksi maka penentuan harga jual pula ditentukan berdasarkan biaya standar yang di miliki perusahaan. persoalannya, seringkali realisasi biaya produk menyimpang dari biaya standar yang di miliki oleh perusahaan. Jika terjadi penyimpangan realisasi biaya produksi dari biaya standarnya maka harus segera di ambil tindakan cepat untuk merevisi

keputusan harga jual yang telah di tetapkan. (Edi Setiawan, 2012:5). Metode penetapan harga ke dalam dua pendekan pokok yaitu :Pendekatan Biaya.

Adapun metode penetapan harga kedalam pendekatan biaya yaitu sebagai berikut : Edi Setiawan (2012).

a) Metode Penetapan Harga Biaya Plus (cost plus pricing method)

Dalam metode ini, harga jual perunit di tentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit di tambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang di kehendaki pada unit tersebut (disebut marjin). Jadi harga jual produk itu dapat di hitung dengan rumus

Harga Jual Biaya Total + Marjin

b) Metode Penetapan Mark-Up (Mark-Up Pricing Method)

Penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya plus, hanya saja para pedagang atau perusahaan lebih banyak menggunakan penetapan mark-up. pedagang yang membeli barang- barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up. Jadi mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan dapat di peroleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya yang juga di ambilkan dari sebagian mark-up.

Harga Jual Harga Beli +Mark-Up

Harga Jual Biaya Total + Mark – Up

c) Metode Penetapan Break-Even (Break Even Pricing Method)

Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga break even. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break-even bilamana penghasilan yang di terima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jual nya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan mendapatkan laba bilamana penjualan yang di capai berada di atas titik impas (break-even), jika penjualan berada di bawah titik impas , maka penjualan akan merugi.

Metode penetapan harga break even ini dapat di terapkan dengan menggunakan beberapa anggapan tertentu , yaitu :

1) Seluruh biaya dapat di golongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.

2) Seluruh barang yang di produksi akan terjual. Biaya variable per unti nya tetap.

3) Setelah diketahui, maka kita sekarang dapat mencari titik pertemuan Biaya Total= Biaya Tetap + Biaya Variabel, biaya total dengan penghasilan total. Titik ini di namakan titik break even atau titik impas.

reak ven oint ( ) H

reak ven oint ( p)

1 H

Untuk menentukan titik break-event dapat menggunakan rumus yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

BTT =Biaya Tetap Total

H =Harga Jual Per Unit

BVR =Biaya Variable Rata-Rata

H – BVR =Kontribusi Per Unit Pada Overhead

Contoh :

Perusahaan akan mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 250, biaya variable sebesar Rp 30 per unit, jika di kehendaki harga jual sebesar Rp 80, maka titik break even nya di cari sebagai berikut :

reak ven oint ( ) 250 5 unit 50

reak ven oint ( p) 250 p 400 30 1 80

Metode penetapan harga dalam hubungannya dengan pasar, Dalam hal ini, penentuan harga tidak di dasarkan pada biaya, tetapi justru harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar agar dapat bersaing, atau dapat juga di tentukan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat harga dalam pesaingan. Edi Setiawan (2012).

Dokumen terkait