• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

Ketinggian struktur bangunan diukur dari tingkat penahan lateral tidak lebih dari sepuluh lantai atau 40 m. Sistem struktur suatu bangunan dibentuk oleh subsistem-subsistem yang memikul beban lateral yang arahnya tegak lurus dan sejajar satu sama lain. Sistem struktur bangunan mempunyai unsur-unsur vertikal sistem penyangga lateral yang menerus, tanpa perpindahan pusat gravitasi, kecuali jika perpindahannya tidak lebih dari setengah ukuran elemen searah perpindahan.

Sistem struktur bangunan mempunyai tingkat lantai yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang menutupi lebih dari 50% luas seluruh tingkat. Sedangkan struktur bangunan yang tidak memenuhi kriteria seperti di atas dikategorikan sebagai struktur bangunan tidak beraturan. Pawirodikromo (2012) menjelaskan bangunan tidak beraturan adalah bangunan yang pada umumnya mempunyai lebih dari 1 massa/gatra/balok dengan denah yang tidak sederhana, meskipun tetap simetris, baik simetri 2 arah maupun 1 arah.

Sistem rangka bangunan merupakan suatu sistem struktur yang mempunyai rangka ruang yang lengkap untuk memikul beban gravitasi, sedangkan ketahanan terhadap gempa disediakan oleh dinding geser atau rangka bresing. Sistem rangkap adalah suatu sistem struktur yang mempunyai rangka ruang yang lengkap untuk memikul beban gravitasi, sedangkan ketahanan gempa diperoleh dari kombinasi sistem rangka pemikul momen dan dinding geser, atau dengan kombinasi sistem rangka pemikul momen dan rangka dengan kawat gigi. . Pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai perbandingan panjang dua kali atau lebih besar dari lebar sehingga beban yang ditopang oleh pelat diteruskan ke balok.

Pelat dua arah terjadi bila perbandingan panjang tidak lebih dari dua kali nilai lebar (Ix/Iy ≤ 2), dimana keempat sisi pelat ditumpu langsung oleh balok, kemudian beban dipindahkan ke pelat. kolom dari segala arah.

Tabel 2.1 Ketidakberaturan horizontal pada struktur berdasarkan SNI 1726:2019.
Tabel 2.1 Ketidakberaturan horizontal pada struktur berdasarkan SNI 1726:2019.

Pembebanan

Beban Mati (DL)

Beban mati merupakan beban yang nilainya tetap dan dihasilkan berdasarkan berat elemen struktur bangunan itu sendiri (self-weight).

Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban Hidup (LL)

Respon Spektrum Gempa (E)

  • Kategori Resiko
  • Kombinasi Beban
  • Koefisien Respon Spektral Percepatan Gempa
  • Parameter Respon Spektral Percepatan Gempa
  • Kategori Desain Seismik
  • Sistem Struktur
  • Gaya Geser Dasar
  • Simpangan Antar Lantai

Kategori risiko struktur bangunan dan faktor prioritas gempa dikelompokkan berdasarkan jenis penggunaannya seperti terlihat pada Tabel 2.2. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur pembangkit listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau bahan atau peralatan pemadam kebakaran) yang diperlukan untuk berfungsi selama keadaan darurat konstruksi dan non-konstruksi yang diperlukan untuk memelihara fungsi struktur bangunan lain yang termasuk dalam kategori risiko IV. Parameter percepatan spektral desain periode pendek, SDS, dan parameter respons percepatan desain spektral periode 1 detik SD1 ditentukan oleh persamaan berikut.

SDS = parameter respon spektral percepatan desain untuk periode pendek SD1 = parameter respon spektral percepatan desain untuk periode 1 detik. Berdasarkan SNI 1726:2019, struktur harus ditetapkan memiliki kategori desain seismik yang ditentukan dari kategori risiko dan parameter respons spektral percepatan desain, SDS dan SD1. Jika struktur berada pada daerah dimana 𝑆1 sama dengan atau lebih besar dari 0,6 g, maka 𝐶𝑠 harus lebih besar dari persamaan 2.10.

Koefisien T merupakan perkiraan periode fundamental yang dapat diperoleh dari Persamaan 2.14 untuk nilai minimum dan Persamaan 2.15 untuk nilai maksimum. Sistem rangka penahan momen dimana rangka tersebut memikul 100% gaya gempa yang diperlukan dan tidak dikelilingi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari deformasi ketika terkena gaya gempa. Deviasi antara level yang dirancang (∆) ditentukan pada tabel 2.10, yang nilainya harus lebih kecil atau sama dengan deviasi antara level yang diizinkan (∆a).

Gambar 2. 9  Peta percepatan batuan dasar periode panjang (S s )
Gambar 2. 9 Peta percepatan batuan dasar periode panjang (S s )

Analisa Pushover

Hasil yang diperoleh dari analisis gaya dorong ini adalah kurva kinerja nilai gaya geser dasar untuk menghasilkan perpindahan lantai atap dengan menggunakan pendekatan statis nonlinier. Bentuk kurva penahan beban ini merupakan gambaran perilaku struktur berupa gerakan lateral terhadap suatu beban (permintaan) tertentu. Analisis ini dilakukan dengan memberikan beban lateral dorong pada struktur setiap lantai secara bertahap (bertahap) hingga tercapai nilai gaya lateral maksimum atau pola keruntuhan yang ditentukan.

Kinerja Struktur Akibat Gempa

Life Safety (LS) yaitu struktur bangunan harus mampu menahan gempa sedang tanpa kerusakan struktur, sekalipun terjadi kerusakan pada elemen non-struktural. Collapse Prevention (CP), artinya struktur harus mampu menahan gempa besar tanpa terjadi keruntuhan struktur meskipun rusak berat, artinya kerusakan struktur dapat terjadi namun harus dihindari adanya korban jiwa. Metodologi yang didasarkan pada desain seismik berbasis kinerja ini merupakan kriteria desain dan evaluasi yang mengungkapkan objektivitas kegunaan struktur.

Hal ini memungkinkan ditentukannya tingkat kinerja struktur yang berbeda-beda (beberapa tingkat target kinerja), dimana tingkat kinerja (kinerja) struktur bangunan merupakan pilihan yang dapat direncanakan pada tahap awal dengan prakondisi yang berbeda-beda. Syarat ini bersifat fleksibel karena merupakan kesepakatan antara pemilik bangunan dan perencana. Tujuan utama dari desain seismik berbasis kinerja adalah untuk menciptakan bangunan tahan gempa yang umur layanannya dapat diprediksi.

Perancangan seismik berbasis kinerja mempunyai dua unsur utama dalam perencanaannya, yaitu kapasitas struktur (capacity) dan beban (demand).

Gambar 2. 12 Tipikal Kurva Kapasitas Pada Berbagai Tingkat Kinerja Struktur  Sumber : (ATC-40,1996: 6-6)
Gambar 2. 12 Tipikal Kurva Kapasitas Pada Berbagai Tingkat Kinerja Struktur Sumber : (ATC-40,1996: 6-6)

Perfomance Point

Menurut ATC, tingkat kinerja struktur suatu bangunan dapat ditentukan melalui batas rasio penyimpangan yang ditunjukkan pada Tabel 2.12, dimana simpangan total maksimum (maximum total deviasi) adalah simpangan antar lantai (deviasi antar tingkat) pada perpindahan lantai. titik kinerja (titik kerja) atau nilai penyimpangan maksimum pada atap, bila titik kinerja dibagi dengan tinggi total bangunan ke atap.

Gambar 2.15 Performance Point Sumber: ATC-40, 1996
Gambar 2.15 Performance Point Sumber: ATC-40, 1996

Sendi Plastis

Daktilitas

Daktilitas parsial merupakan derajat daktilitas keseluruhan suatu struktur bangunan dengan nilai faktor daktilitas antara 1,0 untuk struktur bangunan elastis penuh dan 5,3 untuk struktur bangunan daktail penuh.

Penelitian Terdahulu

Gambar

Tabel 2.1 Ketidakberaturan horizontal pada struktur berdasarkan SNI 1726:2019.
Tabel 2.1: Lanjutan.
Tabel 2.1 : Lanjutan
Gambar 2.4 Jenis pelat penahan gaya gravitasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

54 Theory and test peak acceleration at 30mm diameter cylinder 예상대로 큰 차이를 보이는 실험 값과 이론 값을 관찰할 수 있다.. 이제, 해당 결과와 관련된 고찰을