• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

8 Tahun 1981 (KUHAP), nomor 3 ayat 3 huruf d, yang berbunyi: “Seseorang yang ditangkap, ditahan, diadili, atau diadili tanpa alasan yang berdasarkan hukum dan/atau karena kesalahan orang atau hukum yang diterapkan. , harus diberikan ganti rugi dan sebagainya.” 33. Ganti rugi atas kerugian akibat penangkapan atau penahanan yang tidak sah atau tidak ditaatinya undang-undang yang berlaku. Ganti rugi jenis ini terjadi karena penangkapan dan penahanan tidak dilakukan sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang.

Bentuk ganti rugi ini dapat timbul karena kesalahan seseorang atau karena penerapan hukum yang tidak tepat. Kompensasi bagi korban kejahatan yang tidak mempunyai yurisdiksi (vict of crime beledidge partif).

Pengajuan Permohonan Ganti Kerugian

Pihak atau para pihak yang mengajukan permohonan ganti rugi disebut sebagai pemohon atau pemohon. Permintaan ganti rugi ini ditujukan kepada aparat penegak hukum yang bertanggung jawab secara hukum atas tindakan yang dijadikan dasar. 14 Tahun 1983 tanggal 8 Desember 1983, hakim tidak dapat melakukan praperadilan, sehingga permintaan ganti rugi dalam perkara praperadilan tidak dapat ditujukan kepadanya.

Tindakan pemaksaan yang tidak termasuk dalam kasus dasar kompensasi adalah penggeledahan dan penyitaan. Terakhir, hanya dengan UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, dimungkinkan untuk mewujudkan wujud perlindungan hak asasi manusia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 95-101 KUHAP tentang kompensasi dan rehabilitasi (sejajar dengan Pasal 9 14 UU 1970) dan Pasal 50 – Pasal 70 KUHAP tentang hak atas bantuan hukum pada semua tahapan pemeriksaan (sejajar dengan Pasal 25, 36, dan 37 UU Nomor 14 Tahun 1970). Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada alinea kedua alinea pertama Pasal 95 diputuskan dalam sidang pendahuluan apabila tersangka atau ahli warisnya tidak mengajukan perkaranya ke pengadilan.

Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat 2 KUHAP diajukan oleh tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kepada hakim yang berwenang mengadili perkara yang bersangkutan (Pasal 95 ayat 3) KUHAP. Prosedur kriminal). Tanusubroto, untuk memeriksa dan memutus perkara mengenai tuntutan ganti rugi, ketua pengadilan dalam Pasal 95 ayat (1) mengangkat sebanyak-banyaknya hakim yang sama yang mengadili perkara pidana yang bersangkutan (Pasal 95 ayat (4) KUHAP ). Sebagaimana diatur dalam Pasal 95 ayat (2) KUHAP, jika dikaitkan dengan Pasal 77 KUHAP, maka perkara tersebut tidak diajukan ke pengadilan, baik karena tidak cukup bukti, maupun karena peristiwa tersebut merupakan suatu peristiwa yang tidak disengaja. tindak pidana Selama tersangka ditangkap, ditahan dan dibawa pergi - perbuatan melawan hukum lainnya, tuntutan ganti rugi dapat diajukan oleh tersangka atau ahli warisnya ke pengadilan dan perkara ini akan diselidiki dan diputuskan menurut acara penyidikan (peninjauan kembali).

Selain itu, Pasal 95 ayat (3) KUHAP jika dihubungkan dengan ayat 1 tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana, sedangkan tersangka atau terdakwa ditangkap atau ditahan dan perbuatan melawan hukum lainnya. , tuntutan ganti rugi, dapat diajukan ke pengadilan oleh tersangka atau terdakwa. Jika tuntutan ganti rugi diajukan oleh pejabat publik, hal ini tidak tepat dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk menghindari segala hambatan yang terkait dengan tuntutan ganti rugi, sudah sepatutnya kita harus bertanggung jawab kepada negara.39

Hak-Hak Tersangka/Terdakwa

Sangat jelas bahwa penjelasan konsep negara hukum erat kaitannya dengan perlindungan hukum dan konsep hak asasi manusia; Padahal hakikat negara hukum adalah jaminan perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia. Oleh karena itu, selain secara tegas dinyatakan dalam UUD 1945 sebagai negara hukum, Indonesia juga merupakan hasil amandemen UUD Kedua Tahun 1945 yang memberikan ketentuan rinci tentang perlindungan hak asasi manusia pada Bab XA. Artinya hak asasi manusia sebagai hak asasi dan sakral yang melekat pada diri setiap manusia sepanjang hidupnya, sebagai anugerah Tuhan melalui seperangkat aturan hukum yang ada, serta memformalkan hak asasi manusia dalam seperangkat aturan hukum yang ada.

Ketika hak asasi manusia dan hak asasi manusia dituangkan dalam suatu instrumen hukum, maka keduanya telah menjadi hak yang sah, sehingga setiap orang terutama pemerintah wajib menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak tersebut. Hak-hak tersebut biasa dikenal dengan hak asasi manusia dan dianggap universal atau menurut standar internasional.47. Hak yang diberikan KUHAP kepada tersangka atau terdakwa mulai dari Pasal 50 hingga 68.

Hak tersangka atau terdakwa warga negara asing untuk menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya (Pasal 57 ayat (2). Hak untuk diberitahu oleh keluarganya atau orang lain dalam satu keluarga dengan tersangka yang ditahan atau terdakwa untuk memperoleh bantuan hukum atau jaminan penangguhan hukumannya dan hak untuk berhubungan dengan keluarga (Pasal 59 dan 60) Masih terdapat hak-hak lain tersangka atau terdakwa, misalnya dalam bidang penahanan, penggeledahan, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan hak-hak di atas, jelas bahwa asas dakwaan berlaku baik dalam penyidikan pendahuluan maupun dalam persidangan.

Tinjauan Pustaka Tentang Salah Tangkap 1. Pengertian Penangkapan

Dalam pemeriksaan pendahuluan, asas pemakzulan diterima, yakni adanya jaminan yang luas, khususnya mengenai bantuan hukum.

KUHAP

Menurut KUHAP, setiap surat perintah penangkapan harus dibuat secara rinci, yaitu dengan mencantumkan tanggal dan waktu dikeluarkannya surat perintah penangkapan, atau surat perintah penangkapan harus secara spesifik menyebutkan waktu mulai berlakunya surat perintah penangkapan tersebut. Jika tidak diungkapkan secara rinci, maka ada risiko gugatan pendahuluan dengan alasan penangkapan tersebut tidak sah dan menurut undang-undang, penangkapan tersebut harus dinyatakan tidak wajar (tidak sah).

Syarat-Syarat Penangkapan

Keterangan saksi yang diperlukan adalah keterangan mengenai siapa yang diduga melakukan tindak pidana, kapan terjadinya tindak pidana, dan keterangan lain yang dapat mendukung keyakinan bahwa tindak pidana tersebut nyata. Penyidik ​​dan penyidik ​​dapat mencari rujukan lebih lanjut berdasarkan keterangan saksi-saksi di atas dalam perkara pidana tertentu, bila dipandang perlu. Acuan tersebut dapat berupa dokumen hukum yang baku, berupa peraturan hukum, dan dokumen hukum yang dibuat untuk kepentingan peristiwa hukum perdata atau peristiwa tata usaha negara, termasuk dokumen perizinan, dan lain-lain.

Apabila perkara pidana tidak berkaitan dengan kewenangan suatu badan pemerintah, maka perkara pidana biasanya hanya diatur dalam ketentuan KUHP. Alat bukti ahli merupakan keterangan yang diperlukan untuk memberikan masukan atau petunjuk apakah suatu peristiwa pidana telah terjadi atau tidak, ditinjau dari sudut pandang ilmiah. Maka alat bukti surat adalah alat bukti yang dapat dikatakan lebih tetap, dengan syarat alat bukti surat tersebut merupakan alat bukti yang sah.

Dengan adanya bukti-bukti dokumenter ini maka akan lebih mudah untuk mengungkap peristiwa pidana dan kedudukan hukumnya yang sebenarnya. Bukti dokumenter ini biasanya berkaitan dengan persoalan status penguasaan, status kepemilikan, dan status kekuatan hukum. Perbedaan antara status penguasaan dengan status kepemilikan57 adalah bahwa status penguasaan bukan berarti yang diberi kuasa mempunyai kekuasaan yang mutlak, misalnya penguasaan hanya dalam batas waktu tertentu, penguasaan dalam jumlah tertentu, penguasaan dalam hal tertentu, sedangkan pembuktian kepemilikan. kepemilikan adalah bukti yang memiliki nilai berhak atau berkuasa sampai batas tertentu.

Dengan adanya alat bukti berupa surat-menyurat atau dokumen-dokumen, maka seorang penyidik ​​harus dapat memahami secara benar ketentuan-ketentuan tata usaha dan tata usaha yang mengarah pada diterbitkannya mekanisme dan pengawasan terhadap izin-izin yang diterbitkan oleh badan eksekutif 58.

Pengertian Salah Tangkap

Dengan adanya alat bukti berupa surat menyurat atau dokumen maka seorang penyidik ​​harus mampu memahami secara benar ketentuan-ketentuan tata usaha dan tata usaha yang mengarah pada diterbitkannya mekanisme dan pengawasan terhadap izin-izin yang diterbitkan oleh badan eksekutif.58. persona) adalah kesalahan orang yang bersangkutan atau kesalahan orang tersebut. Kesalahan ini dapat terjadi pada saat penangkapan, penahanan atau penuntutan atau pada saat pemeriksaan oleh hakim di pengadilan sampai perkaranya diputus. Pemahaman tersebut tersirat dalam Pasal 95 KUHAP yang membahas tentang ganti kerugian terhadap orang yang ditangkap, ditahan, diadili, dan diadili tanpa adanya pembenaran berdasarkan hukum atau kesalahan yang menyangkut orang tersebut.

Menurut M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa kesalahan dalam penangkapan seseorang disebut dengan diskualifikasi pribadi, yang artinya orang yang ditangkap atau ditahan itu melakukan kesalahan, sedangkan orang yang ditangkap itu menerangkan bahwa bukan dia yang hendak ditangkap. atau ditahan. 89 KP/PID/2008 ada ungkapan lain mengenai penangkapan orang dan tuduhan palsu yang disebut kesalahan subjektif.59. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan korban adalah orang yang mengalami penderitaan jasmani, rohani, dan/atau kerugian finansial akibat suatu tindak pidana.

Pengertian korban juga dikemukakan oleh Theo van Boven yang mengatakan bahwa korban adalah seseorang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menderita kerugian, baik luka fisik maupun mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi, atau perampasan hak yang sebenarnya. hak-hak dasar. , entah karena tindakan (by action). ) atau karena kelalaian (karena kelalaian).

Tinjauan Pustaka Tentang Hak Asasi Manusia 1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Kewajiban fundamental manusia adalah serangkaian kewajiban yang jika tidak dipenuhi, tidak akan memungkinkan penerapan dan pemeliharaan hak asasi manusia.62. Tanpa kendali penuh atas aspek ini, maka revisi dan rekonstruksi hak asasi manusia akan mengalami kendala mendasar, yakni keringnya nafas sejarah dan lemahnya dukungan teoritis kontekstual terhadap hak asasi manusia. Artinya, pembangunan HAM akan berbenturan dengan aspek terdalamnya, yaitu masyarakat itu sendiri.64.

Oleh karena itu, wajar jika negara sebagai hasil kesepakatan mayoritas masyarakat menjamin perlindungan hak asasi individu warga negaranya. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial dan kebangsaan. Hak asasi manusia tidak bisa dilanggar, tidak ada seorang pun yang berhak membatasi atau melanggar hak orang lain.

Pembahasan mengenai keberadaan hak asasi manusia tidak lepas dari pengakuan akan keberadaan hukum alam yang menjadi cikal bakal lahirnya hak asasi manusia (HAM). Menurut Mohammad Fauzy68 hakikat pelanggaran HAM bukan sekedar pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang ada, melainkan degradasi kemanusiaan atau penurunan harkat dan martabat manusia hingga setingkat dengan binatang. Oleh karena itu, pelanggaran hak asasi manusia tidak identik dengan pelanggaran hukum pidana, dan lebih jauh lagi, dalam setiap pelanggaran hak asasi manusia terdapat unsur perencanaan, yang dilakukan secara sistematis dengan cara tertentu, yang lebih bersifat kolektif, baik itu pelanggaran hak asasi manusia. berdasarkan agama, suku atau ras tertentu.

Dengan demikian, pelanggaran hak asasi manusia adalah perbuatan pelanggaran kemanusiaan, baik yang dilakukan oleh individu, lembaga negara, atau lembaga lain, terhadap hak asasi manusia orang lain tanpa dasar atau dasar hukum atau landasan rasional yang mendasarinya.

Referensi

Dokumen terkait

The simulation process included the following stages: 1 modeling the transfer and dispersion of hazardous substances in the atmospheric surface layer and simulating the probable