Bayu Megaprastio, S.T.
PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA,
PERTANIAN DAN TEKNOLOGI
MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
Penulis
Erni Ummi Hasanah, dkk
© Penerbit Kepel Press Penulis :
Kusmaryati D. Rahayu, Dyah Ayu, Ernawati, Danang Sunyoto, Yanuar Saksono, Fitri Ariyani, Febrianti Sianturi, Rina Ekawati, Sri Suwarni, Sri Hendarto Kunto Hermawan, Rini Raharti, Aditya Kurniawan, Bimo Harnaji, Takariadinda Diana Ethika, Suswoto, Jalu Pangestu, R. Murjiyanto, Yuli Nur Hayati, Wiwin Budi Pratiwi, Lia Lestiani, Hartanti, Heni Anugrah, Danang Wahyudi, Erni Ummi Hasanah, Tsulist Anna Muslihatun, Sunarya Raharja, FR Harjiyatni, Puji Prikhatna, Dyah Rosiana Puspitasari, Yuli Sri Handayani, Endang Sulistyaningsih, Rendradi Suprihandoko,
Marhaenia Woro Srikandi, Nurwiyanta, Kartinah, Danang Wahyudi, Js. Murdomo, Muhamad Nasruddin Manaf, Feri Febria Laksana, Mochamad Syamsiro, Puji Puryani, Frans Teza Akbar, Ummu Hafizah lzhawa, Pantja Siwi V R lngesti, Sudu Anggara Tri Harjanta, Mochamad Syamsiro, Syahril Machmud, Rahma Dini, Risdiyanto, lshviati Joenaini Koenti, Vinny Victoria, Paryadi, Teo Jurumudi, R. Tri Yuli Purwono, Bonaventura Agung Sigit Pambudi, Sukirno, Endang Sulistyaningsih, Erni Ummi Hasanah, Danang Wahyudi, Tsulists Anaa Mushlihatun, Nur Widyawati Rini Raharti, Aditya Kurniawan, Bimo Harnaji
Editor:
Dr. Untoro Budi Surono, S.T., M.Eng.
Bayu Megaprastio, S.T.
Desain Sampul:
Emmanuella Regina Desain Isi:
Resida Simarmata Cetakan Pertama, Februari 2023 Diterbitkan oleh Penerbit Kepel Press
Puri Arsita A-6, Jl. Kalimantan, Ringroad Utara, Yogyakarta email: amara_books@yahoo.com
Telp/faks : 0274-884500; Hp : 081 227 10912 Anggota IKAPI
ISBN: 978-602-356-505-4
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku, tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.
Percetakan Amara Books Isi di luar tanggung jawab percetakan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menerbitkan Book Chapter dengan judul “Perkembangan Bidang Sosial Humaniora, Pertanian dan Teknologi mendukung Sustainable Development Goals”. Konsep Sustainable Development saat ini memiliki fokus pada pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan untuk generasi mendatang. Prinsip Sustainable Development adalah ter penuhinya kebutuhan hidup manusia dengan memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan alam sekitar.
Book chapter ini merupakan kompilasi berbagai tulisan dari para penulis yang ahli dalam Bidang Sosial Humaniora, Pertanian dan Teknologi yang tersusun dalam 26 bab. Buku ini diterbitkan dengan tujuan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Tulisan-tulisan di dalam buku ini diharapkan dapat menambah refe rensi dan wawasan tentang upaya dukungan terhadap tujuan pem bangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
Dalam proses penulisan dan penyusunan book chapter ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kepada semua pihak yang terlibat disampaikan terima kasih. Disadari bahwa dalam penyusunan book chapter ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu jika ada masukan dan saran yang membangun akan diterima sebagai upaya perbaikan dan penyempurnaan book chapter ini.
Ketua LP3M Universitas Janabadra
Dr. Erni Ummi Hasanah, SE.,M.Si
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... iii Daftar Isi ... v Kinerja Pegawai: Stres, Motivasi Dan Evaluasi Kerja
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo)
Kusmaryati D. Rahayu, Dyah Ayu Ernawati ... 1 Peran Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural pada
Efektifitas Organisasi dengan Keterikatan Karyawan sebagai Mediasi
Danang Sunyoto, Yanuar Saksono1, Fitri Ariyani ... 19 Pertumbuhan dan Biomassa Bibit Kelapa Sawit pada
Volume Penyiraman dan Pemberian Urin Kambing
Febrianti Sianturi, Rina Ekawati ... 44 Kajian Yuridis Tentang Perceraian dan Pembagian
Harta Perkawinan Terhadap Putusan Perkara Nomor: 18/
Pdt.G/2022/PN. Smn.
Sri Suwarni, Sri Hendarto Kunto Hermawan ... 61 Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Di Komisi Informasi Daerah DIY Di Masa Pandemi Covid-19
Takariadinda Diana Ethika, Suswoto, Jalu Pangestu ... 86
Kriteria Usaha Mikro Dan Kecil Sebagai Batasan Dalam Pendirian PT Perorangan
R. Murjiyanto, Yuli Nur Hayati ... 105 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Selama
Masa Pandemi Covid di Kota Yogyakarta
Wiwin Budi Pratiwi, Lia Lestiani ... 123 Penyelesaian Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak
Pidana Kekerasan Seksual (Studi Kasus di Klaten)
Hartanti, Heni Anugrah ... 139 Pengaruh Kualitas Layanan
Dan Citra Perusahaan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Mediasi Kepuasan Pelanggan
Danang Wahyudi, Erni Ummi Hasanah,
Tsulist Anna Muslihatun ... 153 Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat
Limbah Domestik Di Sungai Winongo Kota Yogyakarta
Sunarya Raharja, FR Harjiyatni1, Puji Prikhatna ... 172 Roving Ambassador dalam Perspektif Hukum Diplomatik
Konsuler
Dyah Rosiana Puspitasari ... 185 Kajian Yuridis Sosiologis Terhadap Pernikahan Usia Dini
Di Masa Pandemi Covid-19
Yuli Sri Handayani, Endang Sulistyaningsih ... 206 Faktor Faktor Penyebab Terpidana Korupsi Tidak
Membayar Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi di Kota Yogyakarta
Rendradi Suprihandoko, Marhaenia Woro Srikandi ... 216
Daftar Isi | vii
Analisis Produktivitas Mesin Cetak Offset Pada Perusahaan Percetakan Buku Di Yogyakarta
Nurwiyanta, Kartinah, Danang Wahyudi ... 230 Pelaksanaan Rehabilitasi Medis bagi Penyalahguna
Narkotika Dalam Masa Pandemi Covid 19 di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II Yogyakarta
Js. Murdomo ... 243 Monolayer Silicene Apakah Stabil? :
Simulasi Menggunakan First-Principles
Muhamad Nasruddin Manaf, Feri Febria Laksana,
Mochamad Syamsiro ... 266 Kajian Yuridis Penempatan Klausula Baku dan Perlindungan Hukum terhadap Debetur pada Pinjaman Online
Puji Puryani, Frans Teza Akbar ... 279 Pengaruh Pemberian Tetes Tebu Pada Tanaman Tebu
Keprasan (Ratoon Cane) sebagai Pupuk Organik
Ummu Hafizah Izhawa dan Pantja Siwi V R Ingesti ... 299 Analisis Kinerja Prototipe Mesin Pembangkit Listrik
Piko Hidro Terapung 12 Sudu
Anggara Tri Harjanta, Mochamad Syamsiro,
Syahril Machmud ... 317 Karakteristik Parkir Sepeda Motor di Pasar Tradisional
dan Pengembangan Desain Parkir menurut Perspektif Pengunjung
Rahma Dini, Risdiyanto ... 334 Komparasi Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Terhadap Gugatan Keputusan Fiktif Negatif, Permohonan Terhadap Keputusan Fiktif Positif Dan Perubahannya Pasca Undang-Undang Cipta Kerja
Ishviati Joenaini Koenti, Vinny Victoria Tanawani ... 348
Peranan Mediator dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Sleman
Paryadi, Teo Jurumudi ... 369 Kajian Yuridis Tentang Perjanjian Tindakan Bedah Plastik
Estetik Pada Layanan Klinik Bedah Plastik
R. Tri Yuli Purwono, Bonaventura Agung Sigit Pambudi ... 382 Analisis Yuridis Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah
Tentang Garis Sempadan Di Kabupaten Kebumen
Sukirno, Endang Sulistyaningsih ... 397 Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap
Produktivitas Ekonomi 13 Provinsi di Indonesia Timur Erni Ummi Hasanah, Danang Wahyudi, Tsulists Anaa
Mushlihatun, Nur Widyawati ... 419 Kajian Pengembangan Potensi Desa Berbasis Prukades
untuk Mendukung Kemandirian Ekonomi Desa di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten
Rini Raharti, Aditya Kurniawan, Bimo Harnaji ... 437
216
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB TERPIDANA KORUPSI TIDAK MEMBAYAR UANG PENGGANTI
DALAM PERKARA KORUPSI DI KOTA YOGYAKARTA
Rendradi Suprihandoko1, Marhaenia Woro Srikandi1
1 Ilmu Hukum,Fakultas Hukum, Universitas janabadra, Yogyakarta,rendradi64@gmail.com
ABSTRACT
The background for writing this article is the condition where the problem of corruption in Indonesia is getting worse which can result in damaging the joints of economic development. This can be seen from the results of research where convicts do not necessarily return the money they corrupted even though the inkracht van gewijsde has been sentenced. Therefore the problem is formulated as follows: 1].
What is the regulation and implementation of additional crimes in Law Number 31 of 1999 in conjunction with Law Number 20 of 2001 concerning Corruption Eradication Crimes regarding the recovery of state financial losses in the city of Yogyakarta? 2]. What are the factors causing corruption convicts not to pay replacement money in corruption cases in the city of Yogyakarta?This research is to answer the questions above, by using a normative juridical approach and analytical descriptive analysis, it is hoped that it will be able to find the answer. The findings of the Yogyakarta District Attorney, during the 2015 - 2020 period, Rp. 1,967,113,249, -, the obstacles faced by law enforcement agencies include that the whereabouts of the convict are unknown, the convict does not have assets or does not have assets to pay compensation for money that has been corrupted.The legal basis for returning state funds from corruption cases is regulated in Article 18 of Law No. 31 of 1999 in conjunction with Law No. 21 of 2001 of the PTPK Law. Factors causing corruptors not to return the money they corrupted are because they do not have sufficient assets,
or there is carelessness in making decisions at the cassation level and because the whereabouts of corruptors is unclear.
Keywords: Corruption Law; Corruption; State losses; Return of state money.
ABSTRAK
Latar belakang penulisan artikel ini adalah kondisi dimana masalah korupsi di Indonesia semakin parah yang dapat mengakibatkan rusaknya sendi-sendi pembangunan ekonomi.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian dimana terpidana tidak serta merta mengembalikan uang hasil korupsinya meskipun inkracht van gewijsde telah divonis. Oleh karena itu masalah dirumuskan sebagai berikut: 1]. Bagaimana pengaturan dan pelaksanaan pidana tambahan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi tentang pemulihan kerugian keuangan negara di Kota Yogyakarta?
2]. Apa saja faktor yang menyebabkan terpidana korupsi tidak membayar uang pengganti dalam kasus korupsi di kota Yogyakarta? Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan di atas, dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan analisis deskriptif analitis, diharapkan dapat Temukan jawabannya. Temuan Kejaksaan Negeri Yogyakarta, selama periode 2015 - 2020, Rp. 1.967.113.249,-, kendala yang dihadapi aparat penegak hukum antara lain terpidana tidak diketahui keberadaannya, terpidana tidak memiliki aset atau tidak memiliki aset untuk membayar ganti rugi atas uang yang telah dikorupsi. Dasar hukum pengembalian uang negara dari perkara korupsi diatur dalam Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 juncto UU No. 21 Tahun 2001 UU PTPK. Faktor penyebab koruptor tidak mengembalikan uang hasil korupsinya adalah karena tidak memiliki harta yang cukup, atau ada kecerobohan dalam mengambil keputusan di tingkat kasasi dan karena keberadaan koruptor tidak jelas.
Kata kunci: UU Tipikor; Korupsi; Kerugian negara;
Pengembalian uang negara.
218 | PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA, PERTANIAN DAN TEKNOLOGI MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
PENDAHULUAN
Salah satu dampak yang timbul karena tindak pidana korupsi adalah Negara dirugikan secara ekonomi,mengingat dana dana yang dikorupsi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [selanjutnya ditulis APBN] atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah [Selanjutnya ditulis APBD], yaitu melalui suatu kegiatan resmi di Kementrian atau Lembaga Negara,Pemda Propropinsi, Pemda Kabupaten kota atau di Lembaga lembaga yang sesuai ketentuan bisa menerima dana APBN dan atau APBD.
Hasil penelitian Political and Economic Risk Consultancy (PERC) dalam kurun waktu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, peringkat korupsi Indonesia meningkat dari skor 7,98 tahun 2008, skor 8,32 tahun 2009 dan naik menjadi skor 9,07 dari nilai 10 tahun 2010 dibanding dengan 16 negara Asia Pasifik lainnya. Posisi ke-3 di tahun 2008 dan posisi pertama pada tahun 2009 dan 2010. Selain itu, menurut penelitian tersebut masalah korupsi juga terkait erat dengan birokrasi. Hal ini berarti birokrasi Indonesia dinilai ter- buruk. Implementasi good governance masih perlu diusahakan, di- se babkan oleh akuntabilitas yang belum berjalan sepenuhnya [1].
Berkenaan dengan Pengembalian Uang negara yang dikorupsi, Indonesian Corruption Watch melaporkan bahwa pada tahun 2020, dari total kerugian negara mencapai Rp. 56, 7 Triliun, sementara uang pengganti yang kembali ke kas negara hanya sekitar Rp.
8,9 triliun, berarti hanya sekitar 12 - 13 % dari total uang negara yang dikorupsi. Hal itu berasal dari kasus korupsi ditahun 2020 dengan pelaku nya sebanyak 1298 koruptor, dengan rincian 321 dari oknum ASN, Pihak swasta 286 kasus, dan perangkat desa 330 kasus [2].
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan skala lebih kecil di tingkat Lokal kota Yogyakarta dengan tetap fokus melihat dan mengamati mengenai faktor faktor yang menjadi penyebab pelaksanaan
pengembalian uang negara dari kasus kasus korupsi yang terjadi itu kurang optimal. Dengan mengambil sampling di tingkat lokal inilah harapannya bisa sebagai gambaran kondisi di tingkat nasional. Selanjutnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1). Bagaimana pengaturan dan pelaksanaan pidana tambahan dalam UU Nomor 31 tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi mengenai pengem- balian kerugian keuangan negara di kota yogyakarta? 2). Apa Faktor faktor penyebab terpidana korupsi tidak membayar uang pengganti dalam perkara korupsi di kota yogyakarta ?
Secara teoriritis berkenaan dengan sanksi pidana dikenal Teori Pemidanaan yaitu 1) Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen (pembalasan).Teori ini mengajarkan dasar dari pada pemidanaan harus dicari pada kejahatan itu sendiri untuk menunjukan ke- jahatan itu sebagai dasar hubungan yang dianggap sebagai pembalasan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, oleh karena kejahatan itu maka menimbulkan penderitaan bagi korban.
Teori absolute, dalam penjatuhan pidana memiliki dua sudut yaitu : a) Dijatuhkan pada pelaku tindak pidana (sudut subjektif dari pembalasan); b) Dijatuhkan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam di kalangan masyarakat (sudut objektif dari pembalasan). 2) Teori Relative atau Doel Theorieen (maksud dan tujuan).Dalam teori ini yang dianggap sebagai dasar hukum dari pemidanaan adalah bukan pembalasan, akan tetapi tujuan dari pidana itu. Jadi teori ini menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan pemidanaan itu, artinya teori ini mencari manfaat dari pada pemidanaan.
Teori ini dikenal juga dengan nama teori nisbi yang men- jadikan dasar penjatuhan hukuman pada maksud dan tujuan hukuman sehingga ditemukan manfaat dari suatu penghukuman.
Teori ini berprinsip guna penyelenggaraan tertib masyarakat yang bertujuan membentuk suatu prevensi kejahatan [3].
220 | PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA, PERTANIAN DAN TEKNOLOGI MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
Andi Hamzah menegaskan, bahwa “Teori ini dibedakan men jadi prevensi umum dan prevensi khusus. Prevensi umum, menghendaki agar orang-orang pada umumnya tidak melakukan tindak pidana. Sedangkan prevensi khusus, tujuan pemidanaan ditujukan kepada pribadi pelaku tindak pidana agar tidak lagi mengulagi perbuatan yang dilakukannya.” Feurbach sebagai salah satu filsuf penganut teori ini berpendapat, bahwa:“Pencegahan tidak usah dilakukan dengan siksaan tetapi cukup dengan mem- berikan peraturan yang sedemikian rupa sehingga bila orang setelah membaca akan membatalkan niat jahatnya [4].
Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat melalui teori ini, maka pidana memiliki tiga macam sifat yaitu : a) Bersifat menakut- nakuti;b)Bersifatmemperbaiki; dan c) Bersifat membinasakan. 3) Teori Gabungan atau Verenengings Theorieen.Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, akan tetapi di samping itu diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan dari pada hukum. Dimana Satochid Kartanegara menyatakan :“Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnya yang kurang dapat memuaskan menjawab mengenai hakikat dari tujuan pemidanaan.
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau sik- saan, akan tetapi di samping itu diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan dari pada hukum.”Teori ini me- rupakan suatu bentuk kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan sudut pembalasan dan pertahanan tertib hukum masyarakat yang tidak dapat diabaikan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penekanan atau sudut dominan dalam peleburan kedua teori tersebut ke dalam bentuk teori gabungan, teori ini dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu : teori gabungan yang menitikberatkan unsur pembalasan, teori gabungan yang menitikberatkan pertahanan tertib masyarakat, dan teori gabungan
yang memposisikan seimbang antara pembalasan dan pertahanan tertib masyarakat [5].
Adapun Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah 1].
Untuk mengetahui pengaturan dan pelaksanaan pidana tambahan dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi di kota yogyakarta?
2].Untuk mengetahui Faktor faktor penyebab terpidana korupsi tidak membayar uang pengganti dalam perkara korupsi di kota yogyakarta ?
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pende- katan yuridis normatif. Lokasi Penelitian dilakukan di Kejaksaan Kota Yogyakarta.
Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan secara langsung ke lapangan untuk memper- oleh keterangan yang relevan dengan objek penelitian melalui wawancara mendalam (Indepth Interview). Pedoman wawancara (Interview guide) dibuat sebelum terjun ke lapangan yang digu- nakan sebagai pengarah pada saat wawancara. Adapun responden yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kajari Kota.
Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan studi pustaka, yang meliputi buku-buku, jurnal, peraturan perundang-undangan, dan hasil penelitian yang relevan.
Analisis Data : Data yang telah tekumpul selanjutnya dianaisis secara kualitatif melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Reduksi Data : Reduksi data meliputi proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformsi data mentah yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan
222 | PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA, PERTANIAN DAN TEKNOLOGI MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
maupun hasil wawancara yang ada. Dalam tahap ini, data disederhanakan, mana yang dipakai dan mana yang tidak dipakai.
Data yang dipakai kemudian disusun untuk selanjutnya disajikan melalui tahap berikutnya.
Penyajian Data : Data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk data kuantitatif dan teks narasi. Dari penyajian data tersebut selanjutnya diintepretasikan dan selanjutnya ditarik kesimpulan
Penarikan Kesimpulan : Berdasarkan tahap-tahap tersebut, setelah data diperoleh dari lapangan, baik melalui observasi, wawan cara, maupun dari studi kepustakaan kemudian direduksi dengan mendasarkan pada upaya untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang diajukan. Data yang sudah direduksi sesuai dengan pokok masalah dan dibantu dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku selanjutnya direkonstruksi
HASIL
Berikut disampaikan data tabel untuk mendukung dan memberikan gambaran mengenai pengembalian uang pengganti :
Tabel 1. Data Pengembalian Uang Negara Tahun 2015-2020
No No.Tgl.Amar Putusan
PN/PT/MA Juml.Uang Pengganti Keterangan 11 MA.RI:659KPID.SUS/2015; 22-04-
2015 Rp.106.696.209,00 Membayar UP
22 PN,No:14/Pid.Sus-TPK/2015PN Yyk[8-12-2015]
Rp.112.491.096, Membayar UP
33 PN.No:01/Pid.Sus-TPK/2016 PN Yyk[6-06-2016]
Rp.0,- 1 th penj pengganti
UP/ Tidak membayar UP 44 MA.RI:2270K/PID.SUS/2016; tgl.7-
02-2017 Rp.Rp.8.737.165,-- Membayar UP-
55 MA.RI:210K/Pid.Sus/2017/2017; tgl
31-5-2017 Rp.142.576.400,- Tidak membayar
UP- 66 MA.RI.No:2660K/Pid.Sus/2015, tgl
31 -05-2016 Rp.13.800.000,- Membayar UP
77 MA.RI.No:2660K/Pid.Sus/2015, tgl
31 -05-2016 Rp.13.800.000,- Membayar UP
88 MA.RI.No:1872K/Pid.Sus/2017, tgl
21 -11-2017 Rp.101.997.353,- Membayar UP
99 MA.RI.No:1871K/Pid.Sus/2017, tgl
21 -11-2017 Rp.98.800.000,- Membayar UP
110 MA.RI.No:1873K/Pid.Sus/2017, tgl
21 -11-2017 Rp.0,- Tidak Membayar/
Mengganti dengan penjara
111 MA.RI.No:1874K/Pid.Sus/2017,
tgl20-11-2017 Rp.0,- Tidak Membayar
UP 112 MA.RI.No:1859K/Pid.Sus/2017, tgl
20 -11-2017 Rp.0,- Tidak Membayar
UP 113 MA.RI.No:91K/Pid.Sus/2017, tgl 19
-08-2017 Rp.0,- Tidak Membayar
UP 1
Jumlah Total PUP Rp.349.625.614,-00
Keterangan: Tabel 1 ini menyajikan data kasus korupsi yang sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap yang menjelaskan mengenai apakah terpidana sudah membayar uang pengganti atau tidak membayar karena suatu kondisi dan memilih menjalani pidana pengganti.
Tabel 2. Penerapan Undang Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Terpidana DAKWAAN PUTUSAN INKRACH UANG PENGGANTI HD Primair:Psl 2[1] jo psl 18
UU 31/99 JO UU 20/2001 jo psl 55[1] ke-1 KUHP.
Subsidair: Psl 3 jo psl 18 UU 31/99 jo UU 20/2001 jo psl 55 [1] ke-1 KUHP
14/Pid.Sus-TPK/2015 PN Yyk
[8-12-2015]
Penjara : 4 Tahun Denda:Rp.200 Jt sub 1 bln.
UP: Rp.112.491.096,- sub 3 bln.
DWI MAR Primair:Psl 2[1] jo psl 18 UU 31/99 JO UU 20/2001 jo psl 55[1] ke-1 KUHP.
Subsidair: Psl 3 jo psl 18 UU 31/99 jo UU 20/2001 jo psl 55 [1] ke-1 KUHP
5/Pid.Sus-TPK/2016 PN Yyk
[20-06-2016]
Subsidair Penjara 1 tahun dan Denda Rp.50 jt sub 1 bln
UP: Rp.8.737.165.000,- sub 2 bln
224 | PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA, PERTANIAN DAN TEKNOLOGI MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
HEN TAH Primair:Psl 2[1] jo psl 18 UU 31/99 JO UU 20/2001 jo psl 55[1] ke-1 KUHP.
Subsidair: Psl 3 jo psl 18 UU 31/99 jo UU 20/2001 jo psl 55 [1] ke-1 KUHP
19/Pid.Sus-TPK/2016 PN Yyk
[6-04-2016]
Subsidair
Penjara: 2 Tahun dan Denda Rp.50 jt sub 3 bln
UP: Rp.101.997.3523,64,- sub 9 bln
SUG SAN Primair:Psl 2[1] jo psl 18 UU 31/99 JO UU 20/2001 jo psl 55[1] ke-1 KUHP.
Subsidair: Psl 3 jo psl 18 UU 31/99 jo UU 20/2001 jo psl 55 [1] ke-1 KUHP
21/Pid.Sus-TPK/2016 PN Yyk
[6-04-2017]
Subsidair
8/Pid.Sus-TPK/2017 PN Yyk
[14-06-2017]
Menguatkan putusan PN No.21/Pid.Sus- TPK/2016 PN Yyk [6-04-2017]
Putusan Kasasi : Menolak permohonan Kasasi PU.
UP: rP.98.799.987,11 sub 6 bln
SGW Primair:Psl 2[1] jo psl 18 UU 31/99 JO UU 20/2001 jo psl 64 [1] KUHP.
Subsidair: Psl 3 jo psl 18 UU 31/99 jo UU 20/2001 jo psl 64 [1] KUHP
Lebih Subsidair:
Psl 8 jo psl 18 UU 31/99 JO UU 20/2001 jo psl 64 [1] KUHP.
01/Pid.Sus-TPK/2016 PN Yyk
[6-06-2016]
Primair
Penjara: 4 Tahun, Denda Rp.200 Jt sub 1 bln
UP: Rp.737.952.932,00 sub 1 tahun.
Keterangan: Tabel 2 ini menyajikan data mengenai penerapan pasal dalam undang undang korupsi dan putusan hakim yang sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap.
Dalam tabel ini juga memuat mengenai jumlah uang pengganti yang harus dikembalikan oleh terpidana ke kas negara sesuai prosedur dan mekanisme yang berlaku.
Selanjutnya data lainnya hasil penelitian yang penulis temukan adalah berupa Produk Hukum di Kejaksaan Agung Republik Indonesia ,yaitu Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Jaksa Agung Nomor Per-027/A/JA/10/2014 Tentang Pedoman Pemilhan Aset. Adapun pertimbangan filosofis perlu dihadirkan peraturan ini adalah agar seluruh tahapan pemulihan aset yang terdir dari kegiatan penelusuran, pengamanan, pemeliharaan, perampasan
dan pengembalian aset dapat berjalan dengan tertib, efektif, efisien, transparan dan akuntabel, serta terintegrasi dalam suatu sistem pemulihan aset nasional terpadu, diperlukan pedoman sebagai acuan secara menyeluruh dari setiap tahapan pemulihan aset tersebut. Pedoman Pemulihan Aset yang merupakan bagi- an tak terpisahkan dari Peraturan Kejaksaan Agung ini ter- tuang dalam Lampiran Peraturan dimaksud, yang berisi Bab I Pendahuluan, Bab II Penelusuran Aset, Bab III Pengamana Aset, Bab IV Pemeliharaan Aset, Bab V Perampasan Aset, Bab VI Pengembalian Aset, Bab VII Pemusnahan Dan Penghapusan Aset, Bab VIII Sumber Daya Manusia Pemulihan Aset. Bab IX Penutup.
Didalam Bab V sub bab B diatur mengenai Perampasan aset yang dijadikan kompensasi pembayaran uang pengganti/denda/ganti kerugian/kompensasi lainnya. Dalam perkara pidana korupsi yang sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap atau Inkracht van Bewijsde dan ada sanksi untuk mengembalikan uang yang dikorupsinya, maka wajib untuk membayarnuang penggantinya.
Jika tidak mampu membayarnya Kejaksaan selaku eksekutor wenang untuk melakukan perampasan terhadap aset terpidana/
keluarga terpidana sesuai ketentuan yang berlaku.
PEMBAHASAN
1) Pengaturan dan Pelaksanaan Pidana Tambahan menurut Undang Undang Tindak Pidana Korupsi.
Sebelum disampaikan ketentuan mengenai pengembalian kerugian keuangan negara, terlebih dahulu di paparkan Norma dan sanksi pidana dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU PTPK. Ditegaskan dalam pasal 2 [1]. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonoian negara, dipidana dengan pidana seumur hidupatau
226 | PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA, PERTANIAN DAN TEKNOLOGI MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
pidana penjara paling singkat 4[empat] tahun dan paling lama 20[dua puluh] tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,- [dua ratus juta rupiah] dan paling banyak 1.000.000.000,-[ satu milyar rupiah. Unsur unsur pokok dalam Pasal 2 adalah Setiap orang atau Korporasi, Melawan Hukum; Memperkaya ddiri sendiri,orang lain atau suatu Korporasi, Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Pasal 3 UU PTPK menegaskan bahwa Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana pen- jara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,- (lima puluh juta) dan paling banyak Rp.1,000,000,000,- ( Satu Milyar).
Selanjutnya Pidana tambahan dirumuskan dalam Pasal 18 (1) huruf b UU PTPK yang menegaskan bahwa Selain pidana tambahan seperti dimaksud Kitab Undang Undang Hukum Pidana [selanjutnya ditulis KUHP] ,sebagai pidana tambahan adalah Pembayaran Uang Pengganti yang jumlahnya sebanyak banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.Pasal 18 [2] : jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat [1] huruf b paling lama dalam waktu 1 [satu] tahun sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta benda- nya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.
Pasal 18 [3] : Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukup untuk membayar uang pengganti sebagai- mana dimaksud ayat [1] huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang undang
ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
Adapun pelaksanaan pengembalian kerugian keuangan ne- gara dalam perkara korupsi di Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut: 1] Terpidana atau keluarga terpidana membayar Uang Pengganti ke Kepala seksi Pidana khusus Kejaksaan Negeri atau ke petugas bagian eksekusi; 2]Kepala Seksi Pidana Khusus atau petugas menyerahkan Uang Pengganti tersebut dalam angka 1 tersebu.t ke Bendahara Penerima; 3] Bendahara Peneerima me- nyetorkan ke Kas Negara melalui Bank Rakyat Indonesia [ Bank BRI], Dengan demikian hal itu pelaksanaannya sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam UU PTPK dan Peraturan Kejaksaan Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 tentang Pedoman Pemulihan Aset. Didalam Tabel 1 berupa data PUP tahun 2015-2020,menunjukan bahwa di Kota Yogyakarta terdapat 13 perkara korupsi yang sudah inkracht dimana terpidana harus menjalani hukuman berupa pidana penjara dan denda sekaligus wajib membayar Uang Pengganti [selanjutnya ditulis UP]. Sebenarnya sesuai Putusan Hakim jumlah UP nya adalah Rp.
1.967.113.249,-00, akan tetapi pada tahap eksekusi hanya sebesar Rp.349.625.614.00,-. Hal ini disebabkan ada beberapa Narapidana yang merasa tidak mampu membayar UP dan menggantinya dengan [subsidair] menjalani penjara. Misalnya dalam perkara Nomor: 01/Pid.Sus-TPK/2016 PN Yyk dengan terpidana SGW yang terkena sanksi membayar UP sebesar Rp.737.952.932,-00, akan tetapi tidak mampu membayar dan memilih penjara sebagai penggantinya.[lihat Tabel 2}. Ini berarti Tujuan penghukuman dalam teori pemidanaan tercapai agar koruptor menjadi jera [Deterrent effec]. Selain itu penerapan pasal didalam UU PTPK sudah sesuai pasal 2 atau pasal 3 dan pasal 18 ayat 1 b dan pasal 18 ayat 3.
228 | PERKEMBANGAN BIDANG SOSIAL HUMANIORA, PERTANIAN DAN TEKNOLOGI MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
2) Faktor faktor Penyebab Terpidana Korupsi Tidak mengembalian uang negara.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Lilik Andriyanto, SH.,MH Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejak- saan Negeri Yogyakarta, bahwa kendala yang dihadapi Kejaksaan Negeri Yogyakarta dalam pelaksanaan eksekusi Uang Pengganti adalah Terdapat kesalahan Vonis atau putusan hakim Pengadilan Tingkat Kasasi [bagi perkara yang inkracht nya di Mahkamah Agung],yaitu hukuman tambahan berupa pembayaran uang pengganti tidak mencamtumkan frasa subsidair pidana kurungan sehingga pada saat terpidana tidak mampu membayar uang pengganti pihak Kejaksaan Negeri tidak dapat melaksanakan atau mengeksekusi pidana kurungan badan [sebagai pengganti tidak terbayarnya uang pengganti tersebut]. Kendala lainnya adalah Terpidana tidak memiliki aset yang mencukupi atau tidak ditemukannya aset milik terpidana untuk kepentingan kewajiban pembayaran uang pengganti. Selanjutnya Kendala berupa fakta bahwa Terpidana tidak diketahui keberadaanya, karena proses hukum yang lama sehingga sebelum eksekusi Terpidana sudah berpindah domicili,sehingga mempersulit kerja aparat hukum.
SIMPULAN
Pengaturan mengenai pengembalian kerugian keuangan negara karena suatu perkara korupsi sudah diatur dan ditentukan dalam Pasal 18 ayat 1 huruf b dan Pasal 18 ayat 2 dan 3 Undang Undang Nomor 31 Tahun 19999 jo Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan pengaturan tehnisnya berdasarkan Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Jaksa Agung Nomor Per-027/A/JA/10/2014 Tentang Pe doman Pemulihan Aset. Adapun pelaksanaan pengembalian
kerugian negara dalam perkara korupsi di kota yogyakarta sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Kendala yang dihadapi Kejaksaan sebagai eksekutor dalam pengembalian Uang Pengganti adalah a] terdapat kesalahan Putus- an Hakim Kasasi yaitu dengan tidak mencantumkan frasa atau kata Subsidair pidana kurungan,sehingga saat terpidana tidak mampu membayar uang pengganti pihak kejaksaan negeri tidak dapat mengeksekusi pidana kurungan terhadap terpidana korupsi, b]Terpidana tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar Uang Pengganti dan c]Terpidana sudah pindah domisili dan sulit dilacak keberadaannya, hal ini disebabkan karena rentang waktu penyelesaian perkara korupsinya terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA
[1] L. Nofianti, “PROFESSIONALISME APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE,” Al-Iqtishad, vol.
9, 2013.
[2] K. Ramadhana, “Data ICW 2020: Kerugian Negara Rp 56,7 Triliun, Uang Pengganti dari Koruptor Cuma Rp 8,9 Triliun,” Democary News, Jakarta, 2020. [Online]. Available:
https://www.democrazy.id/2021/03/Data-ICW-2020- Kerugian-Negara-Rp-567-Triliun-Uang-Pengganti-dari- Koruptor-Cuma-Rp-89-Triliun.html
[3] A. Chazawi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemi- danaan dan Batas Berlakunya Hukum-Hukum Pidana. PT Raja Grafindo Persada, 2002.
[4] D. Prakoso, Hukum Penintensier. Yogyakarta: Liberty, 2010.
[5] S. Kartanegara, Hukum Pidana: Kumpulan kuliah Prof Satochid Kartanegara dan pendapat para ahli hukum. Yayasan Obor Indonesia.