• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab iii metode penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bab iii metode penelitian"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

29 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap objek dalam kondisi yang terkendalikan, yang bertujuan mengungkapkan perbandingan efektifitas pembelajaran matematika melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK) pada kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Pattallassang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah gambaran atau rancangan untuk melakukan suatu penelitian dengan variabel-variabel yang akan diuji kebenarannya. Karena tidak semua variabel luar yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen dapat diketahui, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experimen), dengan desain penelitian yang digunakan ialah The Pretest Posttest Control Group Design. Pemilihan desain ini dengan mempertimbangkan bahwa dalam mencegah penelitian yang dilaksanakan diawali dengan pretest sebelum diberikan perlakuan.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

(2)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Metode Kelas Pre-Test Treatment Post-Test

R TKJ 1 O1 X1 O3

TKJ 2 O2 X2 O4

Ket:

R = random sampling

= kelas eksperimen yang diajar dengan model SAVI.

= kelas eksperimen yang diajar dengan model VAK.

O1 = kemampuan awal siswa sebelum di ajar dengan model SAVI O2 = kemampuan awal siswa sebelum di ajar dengan model VAK.

X1 = Perlakuan dengan model SAVI.

X2= Perlakuan dengan model VAK.

X3 = Hasil belajar siswa setelah di ajar dengan model SAVI.

O4 = Hasil belajar siswa setelah di ajar dengan model VAK.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai. Ada dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah model SAVI dan model VAK.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektifitas pembelajaran yang terdiri dari hasil belajar, aktivitas, dan respons.

1. Hasil belajar adalah nilai dari kompetensi yang ingin dicapai yaitu nilai siswa yang diperoleh setelah mengikuti serangkaian pembelajaran yang diukur dengan instrumen tes hasil belajar.

2. Aktivitas adalah skor dari nilai pengamatan frekuensi semua aktivitas yang diukur dengan instrumen aktivitas siswa.

3. Respons adalah skor dari nilai tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diukur dengan instrumen respons.

(3)

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Pattallassang yang berjumlah 52 siswa yang terdiri atas 2 kelas dengan penyebaran hasil belajar yang homogen (tidak ada klasifikasi antara siswa yang memiliki kecerdasan tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan rendah).

Tabel 3.2 Keadaan Siswa Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Pattallassang

Kelas XI Jumlah Siswa

TKJ 1 TKJ 2 Jumlah Populasi

26 26 52 2. Sampel

Sampel diambil secara random. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu kelas TKJ 1 dengan jumlah siswa 26 orang sebagai kelompok eksperimen SAVI dan kelas TKJ 2 dengan jumlah siswa 26 orang sebagai kelompok eksperimen VAK.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan pengumpulan menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Adapun instrumen dalam penelitian ini yaitu:

1. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

(4)

ditentukan (Arikunto, 2008: 15). Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan tes tertulis yaitu tes objektif dalam bentuk uraian (essay test). Soal test diambil dari buku-buku matematika yang tentunya sudah diuji kevaliditasannya.

Tes yang dilakukan terdiri dari dua tes, yaitu:

a. Pre Test

Pretest dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari.

b. Post Test

Posttest dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah dipelajari.

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Komponen-komponen penilaian berkaitan dengan aktivitas siswa perhatian, kedisiplinan, dan keterampilan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan mengikuti jalannya pembelajaran (proses kesiapan).

b. Keterampilan mengungkapkan pendapat.

c. Keterampilan memecahkan masalah yang ada.

d. Keterampilan bekerjasama dengan teman.

e. Keterampilan dalam memberi kesempatan teman untuk aktif.

f. Keterampilan menyelesaikan LKS secara berkelompok.

g. Keterampilan merangkum hasil pembelajaran.

(5)

3. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran bertujuan untuk mengetahui seberapa baik keterlaksanaan model pada saat pembelajaran berlangsung untuk masing-masing model yang diterapkan. Butir-butir instrumen ini mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran masing-masing yang disesuaikan RPP dari kedua model tersebut. Pengamatan dilakukan sejak kegiatan awal hingga kegiatan akhir dan dibantu oleh seorang guru sebagai observer.

Pengkategorian skor keterlaksanaan model pembelajaran terdiri atas 4 kategori yakni (1) tidak terlaksana, (2) kurang terlaksana, (3) cukup terlaksana, (4) terlaksana dengan baik.

Langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan tujuan observasi,

b) Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi, c) Menyusun pedoman observasi,

d) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun aktivitas guru dalam pembelajaran,

e) Melakukan uji pedoman observasi (validasi ahli) untuk melihat kelemahan- kelemahan pedoman observasi,

f) Merevisi pedoman observasi,

g) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung, h) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

(6)

4. Angket Respons Siswa

Angket respons siswa untuk mengetahui tanggapan siswa. Instrumen ini berisi tentang tanggapan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan VAK.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap dimana peneliti terjun langsung untuk mengajar, bekerja sama dengan guru bidang studi matematika untuk kelas yang menjadi sampel yaitu kelas XI TKJ. Banyaknya pertemuan disesuaikan dengan alokasi waktu yang ditetapkan pada sekolah SMK Negeri 1 Pattallassang yaitu 2 jam pelajaran terdiri dari 4 kali pertemuan, adapun prosedur yang ditempuh adalah:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini penulis terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan di lapangan yaitu: menyusun program pengajaran sesuai dengan kurikulum, menyusun instrumen yang disesuaikan dengan materi.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti mengumpulkan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

memberikan tes awal untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa sebelum diberi perlakuan (pre-test), peneliti menerapkan model pembelajaran SAVI dan VAK dalam proses pembelajaran setelah pretest dilakukan, kemudian memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah diberi perlakuan (posttest), selama proses pembelajaran peneliti juga melakukan observasi dan dokumentasi.

(7)

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data tentang hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan instrumen tes.

Yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest dilaksanakan sebelum diterapkan model pembelajaran SAVI maupun VAK sedangkan posttest dilaksanakan setelah diterapkan model pembelajaran SAVI maupun VAK.

2. Data tentang observasi siswa dikumpulkan dengan menggunakan data hasil observasi yang dicatat pada lembar observasi aktivitas siswa.

3. Data keterlaksanaan model pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Data keterlaksanaan model pembelajaran diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran masing-masing yang disesuaikan RPP selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk mengukur, pengamat mengisi lembar keterlaksanaan model pembelajaran dengan member tanda (√) pada kolom yang sesuai matriks uraian aspek yang dinilai. Pengamat diminta untuk menilai dengan menggunakan rentang 1–4, sesuai dengan kategori keterlaksanaan model pembelajaran dalam pengamatan. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

4. Data tentang respons siswa dikumpulkan dengan menggunakan Angket. Yang diberikan setelah proses pembelajaran.

(8)

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan dua macam analisis statistika, yaitu analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran umum data yang diperoleh dari nilai hasil belajar matematika siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran, serta respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan VAK.

a. Keterlaksanaan model pembelajaran

Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan model pembelajaran digunakan analisis rata-rata. Artinya tingkat kemampuan guru dihitung dengan cara menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek yang dinilai. Adapun pengkategorian keterlaksanaan model pembelajaran digunakan kategori pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Konversi Nilai Tingkat Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Interval Skor Kategori

3,00 <x≤4,00 Sangat Baik

2,00 <x≤3,00 Baik

1,00 <x≤2,00 Kurang Baik

x≤1,00 Tidak Baik

Sumber: Nur (2014: 36) Keterangan:

x= rata-rata keterlaksanaan pembelajaran

(9)

35

Kriteria keterlaksanaan model berada pada kategori terlaksana dengan baik.

Rubrik pemberian skor terhadap keterlaksanaan model pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rubrik Pemberian Skor Terhadap Keterlaksanaan Model Pembelajaran

No Skor Kategori

1 1

Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan sangat kurang baik (tidak jelas dan siswa tidak dapat mengikuti dengan baik)

2 2

Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan kurang baik (tidak jelas dan siswa tidak dapat mengikuti dengan baik)

3 3

Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan baik (jelas dan hanya sebagian siswa yang dapat mengikutinya dengan baik)

4 4 Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan baik sekali (jelas dan siswa dapat mengikuti dengan baik) b. Analisis Aktivitas Siswa

Kriteria keefektifan aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah siswa dikatakan aktif apabila persentase frekuensi indikator aktivitas siswa yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan dari pertemuan I sampai dengan pertemuan IV, dan aktivitas siswa yang tidak berkaitan dengan kegitan pembelajaran menurun dari pertemuan I sampai dengan pertemuan IV.

Data aktivitas siswa dianalisis dengan menghitung persentase tiap aktivitas siswa dengan rumus berikut:

Keterangan:

= Aktivitas siswa ke-n.

= Persentase aktivitas siswa

= Banyaknya siswa yang melakukan n aktivitas N = Jumlah siswa secara keseluruhan

(10)

Keefektifan dari aspek aktivitas siswa diukur dengan menggunakan kategori sangat baik sekali, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kriteria keefektifan untuk aspek aktivitas siswa ditentukan dengan menghitung masing- masing skor rata-ratanya.

Adapun penentuan kategori aspek aktivitas siswa berdasarkan kriteria berikut:

Tabel 3.5 Kategori Aspek Aktivitas Siswa

No Skor Rata-Rata Kategori

1 86 – 100 Baik Sekali

2 71 – 85 Baik

3 56 – 70 Cukup

4 41 – 55 Kurang

5 0 – 40 Sangat Kurang

Sumber: Depdikbud (2011)

c. Respons siswa terhadap pembelajaran

Data tentang respons siswa diperoleh dari angket respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dianalisis dengan mencari persentase jawaban siswa untuk tiap-tiap pertanyaan dalam angket.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data respons siswa adalah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase banyaknya siswa yang memberikan respons positif dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respons positif dengan jumlah siswa yang memberikan respons kemudian dikalikan dengan 100%.

(11)

2. Menghitung persentase banyaknya siswa yang memberikan respons negatif dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respons negatif dengan jumlah siswa yang memberikan respons kemudian dikalikan dengsan 100%.

Respons siswa dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskripsi kualitatif dengan rumus persentase sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase respons siswa yang menjawab ya dan tidak = Banyak siswa yang menjawab ya dan tidak

B = Banyak siswa secara keseluruhan

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa siswa memiliki respons positif adalah 75% dari mereka yang memberikan respons positif terhadap sejumlah aspek yang ditanyatakan.

d. Analisis hasil belajar

Analisis deskriptif digunakan untuk menghitung ukuran pemusatan dari data hasil belajar. Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi

pre maks

pre post

S S

S g S

 

Sumber : M. Ruslan Djaya (Muh. Rusli, 2014: 127) Keterangan :

g = gain ternormalisasi

(12)

= Skor pretest

= Skor postest

= Skor maksimal

Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Koefisien Normalisasi Klasifikasi

Rendah

Sedang

Tinggi

Sumber: M. Ruslan Djaya (Muh. Rusli, 2014: 127)

Data Tes Hasil Belajar dianalisis menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata. Data hasil belajar matematika siswa dianalisis secara kuantitatif.

Untuk analisis data secara kuantitatif digunakan deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan karateristik skor siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan model Visual Auditory Kinestetik (VAK). Sebaran skornya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi setelah dikonversi dengan skala lima.

Berdasarkan pedoman tersebut, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika siswa adalah sebagai berikut:

(13)

Tabel 3.7. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Hasil Belajar Kategori

0 – 39 Sangat rendah

40 4 Rendah

55 74 Sedang

75 89 Tinggi

90 – 100 Sangat tinggi

Sumber: Depdiknas (Haidir, 2011: 38)

Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yakni 75.

e. Hipotesis Kerja

Untuk pengujian secara statistika maka dirumuskan hipotesis kerja.

Hipotesis Kerja Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) sebagai berikut:

1. Untuk hipotesis kerja rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih besar dari 74,9 (KKM).

lawan Keterangan:

: Parameter skor rata-rata hasil belajar siswa

: Hasil belajar siswa kurang dari atau sama dengan KKM (74,9) dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

: Hasil belajar siswa lebih dari KKM (74,9) dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

(14)

2. Untuk hipotesis kerja rata-rata gain ternormalisasi (peningkatan nilai) siswa yang diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih besar dari 0,29 (kategori sedang).

lawan Keterangan:

: Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi siswa

: Peningkatan nilai siswa kurang dari atau sama dengan 0,29 (kategori sedang) dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

: Peningkatan nilai siswa lebih dari 0,29 (kategori sedang) dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

3. Untuk hipotesis kerja ketuntasan belajar siswa dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) secara klasikal lebih besar dari 84,9%.

lawan Keterangan:

: Parameter ketuntasan belajar siswa secara klasikal.

: ketuntasan belajar siswa secara klasikal kurang dari atau sama dengan 84,9% dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

(15)

: ketuntasan belajar siswa secara klasikal lebih dari 84,9% dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

Hipotesis Kerja Model Pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK) sebagai berikut:

1. Untuk hipotesis kerja rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK) lebih besar dari 74,9 (KKM).

lawan Keterangan:

: Parameter skor rata-rata hasil belajar siswa

: Hasil belajar siswa kurang dari atau sama dengan KKM (74,9) dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK) : Hasil belajar siswa lebih dari KKM (74,9) dengan menggunakan

model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK)

2. Untuk hipotesis kerja rata-rata gain ternormalisasi (peningkatan nilai) siswa yang diajar dengan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK) lebih besar dari 0,29 (kategori sedang).

lawan Keterangan:

: Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi siswa

(16)

: Peningkatan nilai siswa kurang dari atau sama dengan 0,29 (kategori sedang) dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: Peningkatan nilai siswa lebih dari 0,29 (kategori sedang) dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK) 3. Untuk hipotesis kerja ketuntasan belajar siswa dengan model pembelajaran

Visual Auditory Kinestetik (VAK) secara klasikal lebih besar dari 84,9%.

lawan Keterangan:

: Parameter ketuntasan belajar siswa secara klasikal.

: ketuntasan belajar siswa secara klasikal kurang dari atau sama dengan 84,9% dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: ketuntasan belajar siswa secara klasikal lebih dari 84,9% dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK).

Hipotesis Kerja antara Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan Model Visual Auditory Kinestetik (VAK) sebagai berikut:

1. Untuk hipotesis kerja skor rata-rata posttest siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih tinggi dari pada model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

lawan

(17)

Keterangan:

: Parameter skor rata-rata posttest siswa yang menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) : Parameter skor rata-rata posttest siswa yang menggunakan model

pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: Hasil posttest siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) kurang baik atau sama baik dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: Hasil posttest siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih baik dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

2. Untuk hipotesis kerja peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih tinggi dari pada model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

lawan

Keterangan:

: Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi siswa yang menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI)

: Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi siswa yang menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK).

(18)

: Peningkatan hasil belajar siswa setelah diajar dengan model

pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) kurang baik atau sama baik dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: Peningkatan hasil belajar siswa setelah diajar dengan model

pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih baik dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

3. Untuk hipotesis kerja persentase ketuntasan secara klasikal siswa yang diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) lebih tinggi dari pada model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

lawan Keterangan:

: Parameter ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang diajar

menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI).

: Parameter ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang diajar

menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: ketuntasan belajar siswa secara klasikal setelah diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) kurang baik atau sama baik dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

: Peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal setelah diajar dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization

(19)

Intellectually (SAVI) lebih baik dengan model Visual Auditory Kinestetik (VAK).

2. Analisis Statistika Inferensial

Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.

Analisis statistik inferensial bertujuan untuk melakukan generalisasi yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis berdasarkan suatu data. Karena asumsi kenormalan dan kehomogenitas varians dipenuhi, maka untuk menguji hipotesis dilakukan dengan uji-t. Adapun proses analisis uji hipotesis dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS 16 for windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau 0,05, dengan syarat:

Jika P value ≥ 0,05 maka distribusinya normal Jika Pvalue< 0,05 maka distribusinya tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data sampel mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan taraf signifikan α = 5%.

Jika P value ≥ 0,05 maka kedua variansi sama.

Jika Pvalue< 0,05 maka kedua variansi berbeda.

(20)

3. Kriteria keefektifan

Kriteria keefektifan yang ditentukan dalam penelitian ini terdiri atas tiga jenis yaitu:

1) Hasil belajar matematika siswa a) Secara deskriptif

Hasil belajar matematika siswa dikatakan efektif apabila secara deskriptif memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Skor rata-rata hasil belajar siswa untuk posttest memenuhi KKM (74,9)

 Rata-rata gain ternormalisasi minimal berada pada kategori sedang (0,3)

 Ketuntasan siswa secara klasikal lebih dari 84,9%

b) Secara inferensial

 Skor rata-rata hasil belajar siswa untuk posttest memenuhi KKM (74,9)

 Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu skor rata-rata posttest lebih besar daripada skor rata-rata pretest dan rata-rata gain ternormalisasi melebihi 0,29.

 Ketuntasan siswa secara klasikal lebih dari 84,9%

2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa dikatakan efektif apabila secara deskriptif skor aktivitas siswa minimal berada pada kategori baik atau skor aktivitas siswa lebih dari 70.

3) Respons siswa

Respons siswa dikatakan efektif apabila secara deskriptif persentase respons siswa minimal 75% memberikan respons yang positif.

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALLY) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA PEMBELAJARAN

Penerapan Pendekatan Savi (Somatic Auditory Visualization Intellectually) Dalam Pembelajaran Ipa Materisifat-Sifat Cahayauntuk Meningkatkan Keterampilan Poses Sains

Penerapan Pendekatan Savi (Somatic Auditory Visualization Intellectually) Dalam Pembelajaran Ipa Materisifat-Sifat Cahayauntuk Meningkatkan Keterampilan Poses Sains Siswa..

Penerapan Pendekatan Savi (Somatic Auditory Visualization Intellectually) Dalam Pembelajaran Ipa Materisifat-Sifat Cahayauntuk Meningkatkan Keterampilan Poses Sains Siswa1.

Penerapan Pendekatan Savi (Somatic Auditory Visualization Intellectually) Dalam Pembelajaran Ipa Materisifat-Sifat Cahayauntuk Meningkatkan Keterampilan Poses Sains Siswa..

Karena

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran SAVI (somatic, auditory, visualization, intellectually) terhadap keterampilan

Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa model pembelajaran SAVI Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually siswa Kelas X SMA Negeri 3 Subang