• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV "

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Berdasarkan hasil observasi peneliti dalam proses pembelajaran materi salat, guru memulai pembelajaran dengan menanyakan bagaimana cara siswa membangun komunikasi dan suasana hati siswa. Hambatan yang cukup besar dalam kemampuan menghafal bacaan sholat, siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menghafal bacaan sholat. Dalam prakteknya, yang dilakukan pada siswa tunagrahita ringan di kelas VII. kelas, sebagian besar siswa dalam kemampuan membaca mereka hanya belajar membaca surat al-Fatihah dan salam.

Berdasarkan observasi dan data yang diperoleh peneliti dalam mengajarkan materi sholat pada anak tunagrahita ringan kelas VII C, minat siswa bervariasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa tunagrahita ringan mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik dari teman maupun lingkungan, selama proses pembelajaran. Murid di kelas VII C adalah murid yang menyandang disabilitas intelektual atau tunagrahita.

Berdasarkan observasi dan data yang diperoleh, kemampuan berdoa dan membaca gerak siswa tunagrahita ringan kelas VII C bervariasi. Kemampuan berdoa setiap siswa berbeda-beda walaupun dalam kategori yang sama yaitu tunagrahita ringan. Terdapat siswa tunagrahita ringan yang mampu mengingat nama-nama shalat dan jumlah rakaat dengan benar dan tepat bahkan dapat menirukan gerakan shalat tanpa bantuan.

Namun ada juga siswa tunagrahita ringan yang bahkan menyebutkan nama-nama salat beserta jumlah rakaat yang tidak mampu dilakukannya, apalagi memerintahkan gerakan salat. Dalam pembelajaran materi sholat guru memberikan standar kemampuan yang berbeda antara siswa tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang, namun tetap pada materi yang sama 19. Dalam pembelajaran materi sholat di kelas tunagrahita siswa sulit fokus mudah berubah tergantung pada situasi dan kondisi.

Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas VII C, ternyata siswa tunagrahita ringan dan sedang digabungkan dalam satu kelas. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Vina selaku wali kelas VII C SLBN 1 Pelaihari, latar belakang keluarga siswa kelas VII C berbeda-beda dengan status sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan pengamatan peneliti, kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam mengamalkan doa berbeda-beda, meskipun keduanya berada dalam kelompok belajar tunagrahita ringan.

Berdasarkan pengamatan peneliti dalam pembelajaran materi solat, siswa tunagrahita ringan pada pertemuan pertama cukup memadai karena hanya membahas teori keutamaan solat dan persepsi materi solat yang sudah dipelajari sebelumnya, kendala waktu muncul pada pertemuan kedua. Pada pertemuan kedua, guru kembali menanyakan kepada siswa tentang materi sholat sebelumnya tentang sholat, sholat wajib apa saja dan ada berapa rakaat. Setelah berlatih bersama, guru mencoba satu per satu untuk mempraktekkan gerakan-gerakan sholat yang telah dipelajari sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa tunagrahita ringan.

Berdasarkan observasi pembelajaran materi sholat kelas VII C, guru PAI sebelum memulai pembelajaran menanyakan kabar siswa dan memprovokasi siswa untuk bercerita tentang dirinya.

Tabel 4.4 Keadaan Peserta Didik SLBN 1 Pelaihari
Tabel 4.4 Keadaan Peserta Didik SLBN 1 Pelaihari

Analisis Data

Kendala Pembelajaran Materi Shalat pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Jenjang SMP di SLBN 1 Pelaihari

Kegiatan pelatihan yang mereka ikuti berupa In House Training (IHT) dan pelatihan pedagogik PAI bagi siswa tunarungu, sedangkan mereka tidak secara khusus mengikuti pelatihan bagi siswa tunagrahita. Oleh karena itu, perbedaan aspek kepribadian, kecerdasan dan biologi dapat menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar.48 Berdasarkan pemaparan data siswa tersebut. Salah satu ciri siswa tunagrahita ringan adalah kemampuan daya ingatnya yang lemah, meskipun termasuk dalam kategori ringan dan dapat menempuh pendidikan akademik di sekolah, namun kemampuan daya ingatnya masih lebih rendah dibandingkan siswa normal lainnya.

Pujiastuti menemukan bahwa kemampuan siswa tunagrahita ringan adalah kemampuan penalaran yang rendah, perhatian dan ingatan yang buruk, sehingga mereka kesulitan dalam melakukan aktivitas yang melibatkan fungsi intelektual dan mental. Siswa tunagrahita tidak dapat berpikir secara abstrak, mereka hanya mampu merangsang bahasa sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Faktor non teknis yang menjadi penghambat belajar siswa adalah minat atau minat belajar.

Siswa tunagrahita ringan juga terkadang cenderung ingin melakukan apa yang disukainya, pada saat pembelajaran materi solat siswa lebih menyukai pembelajaran yang nyata, pada saat pembelajaran materi solat lebih semangat pada saat solat langsung daripada saat materi dijelaskan menggunakan metode ceramah. Berdasarkan pemaparan data di atas, fokus siswa tunagrahita ringan dalam belajar mudah teralihkan oleh lingkungan, apalagi didukung dalam satu kelas yang digabungkan dengan kategori tunagrahita ringan dan sedang. Siswa tunagrahita dibagi menjadi tunagrahita ringan (mampu belajar), sedang (mampu melatih), dan berat (mampu menangani), dengan ketiga kategori tersebut memiliki karakteristik masing-masing berdasarkan kemampuannya.

Berdasarkan pemaparan data di atas, ternyata siswa tunagrahita kelas VII. Kelas C selanjutnya dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap B dan D. Namun, mereka memiliki ruang kelas yang terbatas, sehingga pembelajaran harus dipadukan antara siswa tunagrahita ringan dan sedang dengan LCD yang terbatas yang dapat mendukung pembelajaran materi sholat. Lingkungan sekolah adalah lingkungan tempat siswa belajar, termasuk pengaturan kelas dan hubungan yang harmonis antar warga sekolah.

Berdasarkan pemaparan data tersebut, lingkungan kelas VII kurang kondusif untuk pembelajaran sholat karena siswa tunagrahita ringan dan tunagrahita digabungkan dalam satu kelas. Siswa yang memiliki kemampuan shalat yang baik selain belajar shalat dan kebiasaan shalat di sekolah juga didukung oleh lingkungan keluarga yang membiasakan shalat di rumah, sedangkan siswa tunagrahita ringan di kelas VII C sebagian besar tidak memiliki pembiasaan dan bimbingan. doa tidak memiliki. Di rumah. Berdasarkan pemaparan data di atas, maka materi pembelajaran bab sholat dialokasikan untuk dua kali pertemuan dengan total waktu 140 menit dengan tujuan agar siswa dapat mengamalkan sholat wajib.

Solusi Mengatasi Kendala Pembelajaran Materi Shalat pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Jenjang SMP di SLBN 1 Pelaihari

Solusi mengatasi kendala dalam pembelajaran materi sholat untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di SMP di SLBN 1 Pelaihari. Strategi pembelajaran bagi siswa tunagrahita khususnya dalam hal peningkatan akademik dapat menggunakan program remedial (pengulangan), jika siswa normal hanya membutuhkan waktu satu kali untuk memahami pelajaran maka waktu yang dibutuhkan siswa tunagrahita akan lebih lama dari itu. Berdasarkan pemaparan data di atas, guru PAI selalu mengulang materi doa kepada siswa, mengulang materi tidak hanya pada saat pembelajaran doa atau pada pertemuan berikutnya.

Namun pembelajaran materi sholat juga diberikan oleh guru PAI pada setiap semester, meskipun silabusnya hanya pada semester kedua. Guru harus menjalin komunikasi yang baik dengan siswa 56 Cara guru membangun komunikasi dengan siswa diawali dengan guru menanyakan kabar dan mengajak siswa bercerita tentang dirinya, kemudian guru bereaksi berupa umpan balik atau pujian agar siswa Senang. Dalam gaya komunikasi yang digunakan guru PAI tidak terlalu kaku, namun tetap tegas, sehingga siswa tidak sewenang-wenang dan masih segan terhadap guru.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode pembelajaran adalah strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu metode. 56 Muhaemin dan Yonsen Fitrianto, Pengembangan potensi peserta didik berbasis multiple intelligences (Indramayu: Adanu Abimata books.google.co.id. . pembelajaran mempunyai kedudukan sebagai alat motivasi ekstrinsik, strategi pembelajaran dan alat ke '57. Saat pembelajaran materi sholat kelas VII C pada pertemuan pertama guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab seputar materi sholat.

Sesuai dengan materi sholat KI dan KD agar siswa mengetahui tata cara mengamalkan sholat wajib, maka pada pertemuan kedua guru menggunakan metode demonstrasi sebagai bentuk penerapan sholat dalam kehidupan sehari-hari dimulai dengan siswa memperhatikan alat bantu bergambar gerakan sholat, kemudian guru memperagakan gerakan sholat, sedangkan semua siswa mengikutinya. Setelah gerakan sholat selesai, guru meminta siswa melakukan gerakan sholat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sholat masing-masing siswa. Salah satu kebutuhan yang memang diperlukan namun sering diabaikan adalah menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan siswa, dalam menciptakan lingkungan yang dapat menunjang kegiatan siswa yang sedang belajar sendiri, hal ini dapat dilakukan dengan , membawa mereka ke tempat yang tepat atau menyediakan benda-benda yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.

Berdasarkan pemaparan data di atas, guru pendidikan agama Islam melakukan metode demonstrasi untuk pelaksanaan materi pembelajaran shalat.

Gambar

Tabel 4.2 Keadaan Guru SLBN 1 Pelaihari
Tabel 4.4 Keadaan Peserta Didik SLBN 1 Pelaihari
Tabel 4.5 Peserta Didik Kelas VII C
Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana SLBN 1 Pelaihari
+2

Referensi

Dokumen terkait

And from interviews with directly involved persons (Purposive Sampling), 2 staff members of the Islamic Committee of Narathiwat Province, the researchers analyzed

Objective: This study use to determine the relationship between allergic rhinitis and quality of life among students of the Faculty of Medicine, Universitas Sumatera