• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Program Pemberian Beasiswa di Kabupaten Puncak

Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2008, bersama-sama dengan pembentukan 5 kabupaten lainnya di Papua. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto pada tanggal 21 Juni 2008. Kabupaten Puncak adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya. Kemudian menurut UU RI Nomor 7 Tahun 2008, Kabupaten Puncak beribukota di Ilaga terbagi dalam 80 Desa dan terdiri dari 8 distrik, yaitu: (1) Agadugume, (2) Gome, (3) Ilaga, (4) Sinak,(5) Pogoma, (6) Wangbe, (7) Beoga, dan (8) Doufo.

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Puncak Provinsi Papua Sember: Pemda Kabupaten Puncak Provinsi Papua

Atas peraturan daerah khusus Provinsi Papua nomor 3 tahunn 2013 tentang pendidikan bagi komunitas adat terpencil bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan

(2)

16 jaminan konstitusional bahwa setiap warga negara Indonesia berkesempatan untuk memperoleh pendidikan serta mengamanatkan Pemerintah untuk menyelenggarakan satu sistem pendidikan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam kenyataannya, penyelenggaraan pendidikan di Provinsi Papua sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia masih menemui berbagai kendala berupa keterbatasan akses komunikasi, informasi dan transportasi. Hal tersebut membawa konsekuensi perlunya terobosan kebijakan yang kreatif dan bersinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dalam nengatasi berbagai kendala tersebut kearah terwujudnya tujuan pendidikan di Provinsi Papua.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua merupakan instrumen hukum yang sebagian materi muatannya bertujuan mengatasi permasalahan khusus yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Papua. Pasal 56 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 secara jelas memberikan tanggungjawab kepada pemerintah Provinsi Papua dalam hal penyelenggaraan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

Undang-Undang tersebut juga memberikan jaminan dan kesempatan bagi setiap penduduk Provinsi Papua untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dengan melibatkan peran aktif lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha yang memenuhi syarat sesuai peraturan perundang-undangan dalam pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

Di samping kebijakan pendidikan yang bersifat umum bagi setiap penduduk di Provinsi Papua, penyelenggaraan pendidikan di Papua sesuai amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 diselenggarakan berdasarkan

(3)

17 prinsip-prinsip khusus sebagai berikut: pendidikan di Provinsi Papua diselenggarakan bagi penduduk Papua sebagai dasar pembangunan sumber daya manusia, dengan memberikan prioritas kepada orang asli Papua, secara khusus peserta didik di daerah-daerah yang terisolasi, terpencil dan terabaikan, pendidikan di Provinsi Papua diselenggarakan untuk memeratakan dan meningkatkan mutu di setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan dengan memberikan prioritas kepada perbaikan mutu pendidikan dasar, pendidikan di Provinsi Papua diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat adat dan perempuan, pendidikan di Provinsi Papua diselenggarakan selaras dengan beban masyarakat serendah-rendahnya sampai dengan jenjang sekolah menengah, pendidikan di Provinsi Papua menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, lembaga keagamaan dan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten, serta dilaksanakan secara sistemik dan terbuka.

Prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya merupakan penegasan dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagai pedoman dasar dalam pelaksanaan kebijakan afirmasi (affirmative policy) bagi penduduk asli (orang asli) Papua dalam beberapa bidang kehidupan yang penting dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju tercapainya kesejahteraan, termasuk kebijakan bidang pendidikan sebagai prioritas utama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi khusus Papua. Pelaksanaan kebijakan afirmasi di Provinsi Papua sebagai bagian integral dari Indonesia, secara tegas juga memperoleh jaminan konstitusional sebagaimana tertulis dalam ketentuan Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945 mengatur pentingnya pelaksanaan kebijakan afirmasi melalui pernyataan konstitusional yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama, guna mencapai persamaan dan keadilan. Makna dari Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945

(4)

18 menegaskan perlunya kebijakan afirmasi sebagai bentuk tindakan diskriminasi sementara yang bertujuan positif dan diperlukan untuk mengatasi fakta adanya ketidakseimbangan atau ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat, sehingga secara khusus bertujuan untuk mencapai persamaan dan keadilan. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya pelaksanaan kebijakan tersebut harus dihentikan setelah tujuan atau sasaran yang ditargetkan telah tercapai.

Kebijakan afirmasi tersebut perlu diwujudkan dalam bentuk terobosan kebijakan kreatif yang dibangun dalam konstruksi hukum yang tepat dan diharapkan menjadi sarana yang efektif untuk mengatasi kendala di bidang penyelenggaraan pendidikan yang dialami kabupaten di Provinsi Papua yang memiliki wilayah terpencil dengan kesulitan akses komunikasi, informasi dan transportasi dengan sebagian besar penduduknya adalah orang asli Papua dan memiliki hukum adat sebagai suatu kekuatan yang signifikan.

Kebijakan afirmasi tersebut pada hakekatnya adalah bentuk penjabaran dari amanat Pasal 56 dan Pasal 66 Undang-Undang 21Tahun 2001 melalui pembentukan perangkat hukum yang mengatur cara pelayanan pendidikan yang tepat sasaran bagi masyarakat Papua di wilayah terpencil dan terabaikan.

Dengan penjelasan diatas maka, sejak tahun 2009 pemerintah Kabupaten Puncak melalui Dinas Sosial, mengambil kebijakan berdasarkan perintah dari Pemerintah Propinsi Papua untuk menyelenggarakan program beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa. Beberapa wilayah di Pulau Jawa kemudian dipilih sebagai tujuan bagi para mahasiswa asal Puncak untuk melanjutkan studi, di antaranya adalah Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.

Sumber dana bantuan pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Puncak bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Puncak.

(5)

19 Jenis beasiswa yang diberikan Pemerintah Kabupaten Puncak kepada mahasiswa asal kabupaten puncak adalah bantuan untuk meringankan dalam membayaran biaaya studi persemester, agar mahasiswa asal Kabupaten Puncak yang kuliah di Kota Salatiga tidak mengalami kesulitan dalam pembayaran studi. Dengan penjelasan tersebut maka jenis beasiswa ini bukan beasiswa penuh namun beasiswa yang dibahas dalam penelitian ini adalah bantuan studi atau dana yang sebatas untuk membayar uang kuliah persemester. Artinya dana akan diberikan selama 6 (enam) bulan sekali sesuai nominal yang sudah ditentukan berdasarkan jenjang studi yang ditempuh. Adapun dana yang disediakan oleh pemerintah yaitu dana untuk rumah kontrakan atau kesekretariatan serta dan operasional untuk Ikatan Pelajar dan Mahasiswa asal Kabupaten Puncak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pihak penyelengaradalam mengambil data mahasiswa perangkatan dan proses kontrol yang lebih efektif oleh pemerintah kepada mahasiswa.

Tujuan dari program penyaluran beasiswa bagi mahasiswa asal Kabupaten Puncak adalah untuk memberikan bantuan biaya pendidikan dalam bentuk uang dan fasilitas tempat tinggal kepada mahasiswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kemudian, juga untuk membantu mahasiswa asal Kabupaten Puncak agar tetap melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, serta memberikan dorongan agar mahasiswa asal Kabupaten Puncak dapat lebih berprestasi dalam akademik maupun non akademik.

Sasaran pemberian beasiswa bagi mahasiswa supaya mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi di kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah jenjang diploma, strata 1, strata 2 dan strata 3 (doktoral) yang berasal dari Kabupaten Puncak Provinsi Papua. Dalam penghamatan peneliti mahasiswa asal kabupaten Provinsi papua yang kuliah di kota Salatiga

(6)

20 berdasar Kampus hampir semua dikuliahkan di Universits Kristen Satya Wacana Salatiga, sehingga penulis lebih fokus pada mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga berdasarkan Fakultas.

Tabel 4.1

Data Keseluruhan Mahasiswa di Salatiga yang Menerima Beasiswa Kabupaten Puncak Provinsi Papua Angkatan Tahun 2013-2016

No Kampus Fakultas/Jurusan S1 S2 Jumlah

1 UKSW FEB/Manajemen 5 1 6

2 UKSW FISKOM/ Sosiologi, Biologi dan Hubungan Internasional

11 11

3 UKSW BIOLOGI/ Kimia 4 4

4 UKSW FKIP/PGSD 2 2

5 UKSW FTI/ Informasi 2 2

6 UKSW FIK/Kesehatan 1 1

7 UKSW Teknologi Informasi 2 2

8 UKSW HUKUM 2 2

9 UKSW FPB/ Argoteknologi 1 1

10 UKSW PERTANIAN/ Agribisnis 1 1

11 UKSW Studi Pembangunan 1 1

Jumlah: 32 2 34

Sumber : Sekretariat Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Puncak Koordinator Wilayah Kota Studi Salatiga. 2017

Tabel 4.1 diatas merupakandatabase mahasiswa yang menerima besiswa dari pemerintah Kabupaten Puncak berdasarkan Fakultas di Kampus Universitas Satya wacana Salatiga. Data ini didapat dari hasil pengumpulan dokumen terkait penelitian melaui koordinator mahasiswa asal Kabupaten Puncak yang kuliah di Kota Salatiga yaitu Yance Murib selaku ketua Korwil.

Kemudian, adapun informasi mahasiswa yang masuk dalam peserta beasiswa sebagaimana yang terangkum dalam tabel 4.2

(7)

21 Tabel 4.2

Data Keseluruhan Mahasiswa Kabupaten yang masih aktif Angkatan Tahun 2013-2016

Program Angkatan Tahun Jumlah Keterangan 2013 2014 2015 2016

S1 14 5 3 - 22 Aktif

S2 1 1 - - 2 Aktif

S3 - - - -

Total 24

Sumber :Sekretariat Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Puncak KoordinatorWilayah Kota Studi Salatiga.

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah peserta beasiswa dari tahun 2013- 2016 mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi karena adanya pengaruh lingkungan kususnya sesama pelajar asal Papua yang senang berkumpul dan saling mempengaruhi atau satu sama lain.

Kemudian, berdasarkan hasil rapat pleno Dinas Sosial Kabupaten Puncak Provinsi Papua menyusun rancangan anggaran dana beasiswa kepada mahasiswa asal Kabupaten Puncak yang menempuh pendidikan di Kota Salatiga, lalu selanjutnya data yang ditetapkan melalui rapat pleno tersebut mengajukan ke Keuangan Kabupaten untuk penganggaran. Berdasarkan pengajuan Dinas Sosial melalui Kepala bidang perlindungan dan jaminan Sosial bagian kemahasiswaan dana dianggarkan oleh Keuangan Kabupaten ke bendahara Dinas Sosoal sesuai sejumlah dana yang diajukan, maka Dinas Sosial melalui Kepala bidang perlindungan dan jaminan Sosial Bagian kemahasiswaan kembali ke rencana selanjutnya yaitu dalam tahap penyaluran beasiswa ke mahasiswa yang sudah ditetapkan sebagai peserta beasiswa sesuai jenjang studinya. Berikut ini merupakan dana yang diterima oleh penerima beasiswa sesuai dengan program.

(8)

22 Tabel 4.3

Dana Yang Diterima Berdasarkan Program

NO. Program Persemester Pertahun

1. D III dan S1 Rp. 3.600.000,- X 2 Rp. 7.200,000,- 2. S2 Rp. 12.500.000,- X 2 Rp. 25.000.000,- 3. S3 Rp. 15.000.000,- X 2 Rp. 30.000.000,- 4. Akhir Masa Studi Rp. 6.000.000,-

Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Puncak Provinsi Papua

Selain dana untuk biaya kuliah, biaya kontrakan atau tempat tinggal pun ditanggung oleh pemerintah daerah agar mahasiswa tidak memikirkan biaya kost dan tetap berfokus pada kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan dana tambahan yang disediakan oleh Pemerintah daerah, yaitu dana operasional. Dana operasional ini bertujuan untuk memperlancar atau menunjang seluruh aktivitas organisasi Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Puncak (IPMAP) Koordinator Wilayah Kota Studi Salatiga serta mendukung program pemerintah terutama dalam hal pendataan. Dana untuk biaya kontrakan dan biaya operasional dikirim melalui rekening pengurus Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Asala Kabupaten Puncak di Kota Salatiga dan lebih lengkap dibahas pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Frekuensi Biaya Kontrakan dan Operasional

No Jenis Biaya Jumlah Keterangan

1. Biaya Kontrakan Rp. 40.000.000.00,- Setahun sekali 2. Biaya Operasional Rp. 15.000.000.00,- Setahun sekali Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Puncak Provinsi Papua.

(9)

23 Kepala bidang perlindungan dan jaminan Sosial Bagian kemahasiswaan telah melakukan penyaluran mengadakan pengecekan melaui tim yang diutus untuk mengecek keaslian data kepada pihak universitas, sertamemastikan keaktifan mahasiswa baik aktivitas di dalam kampus maupun kebutuhan mahasiswa seperti tempat tinggal dan sebagainya.

Setelah mengecek semua program yang berjalan, maka Dinas Sosial melaui Kepala bidang perlindungan dan jaminan Sosial Bagian kemahasiswaan melakukan evaluasi. Proses evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan atau mengelompokkan semua semua jenis persoalan ke Dinas Sosial Kepala bidang perlindungan dan jaminan Sosial Bagian kemahasiswaan, sehingga kemudian ditindaklanjuti melaui program-program yang efektif dan efisien.

Selanjutnya, pada paskapenempatan ditemukan bahwa terdapat beberapa mahasiswa yang telah lulus dari ikatan besiswa pemerintah namun Pemerintah Kabupaten Puncak belum secara konsisten mendukung para lulusan untuk terjun dalam dunia pekerjaan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupen Puncak memberikan ruang bagipara lulusan untuk dapat mengekspresikan diri dengan cara mengabdi pada Kabupaten Puncak.

4.2. Gambaran Proses Pemberian Beasiswa

Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan, mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Beasiswa juga sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada individu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penghargaan itu dapat berupa akses tertentu pada suatu institusi atau penghargaan berupa bantuan keuangan.

(10)

24 Penelitian ini membahas mengenai sistem pemberian beasiswa pada mahasiswa asal Kabupaten Puncak Provinsi Papua yang menempuh pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di Kota Salatiga. Kepala Dinas Sosial (Okto Alom, S.Sos)menyebut bahwa Pemerintah Kabupaten Puncak memberikan beasiswa kepada mahasiswa asal Kabupaten Puncak sejak 2008 (melanjutkan visi dan sistem yang sama dengan Kabupaten Induk). Namun akhir tahun 2016 sejak terjadi pergantian Kepala Dinas Sosial ditemukan bahwa dalam proses penyaluran beasiswa terjadi pembengkakan data penerima beasiswa dan tingkat kelulusan menjadi tidak signifikan (tidak sesuai dengan harapan penyelenggara), sehingga penelitian ini akan fokus pada sistem pemberian beasiswa mulai dari seleksi, penyaluran dana, motoring serta evaluasi dan paska penempatan.

4.3. Pembahasan 4.3.1. Tahap Seleksi

Kepala Perlindungan dan Jaminan Sosial beserta timnya menyeleksi mahasiswa calon penerima peserta beasiswa melalui persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya oleh pemerintah. Dari total 8 informan (penerima beasiswa) menjawab hal yang sama mengenai proses seleksi bahwa untuk jadi peserta beasiswa harus mereka mengikuti beberapa langkah dan persyaratan yaitu mereka (calon penerima beasiswa) harus mendaftarkan diri dan Ikut kegiatan Progam Wajib KORWIL Kota Studi melaui Malam Keakraban (MAKRAB) ke Koordinator wilayah Ikatan Mahasiswa Asal Kabupaten (KORWIL) Puncak sekaligus melakukan sosialisasi, lalu mengisi formulir yang sudah disediakan oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten Puncak sebagai Penyelenggara Program Beasiswa. Kemudian, diajukan oleh Ketua Korwil dan hasil seleksi biasanya langsung disampaikan pada saat penyaluran dana dengan mempublikasikan peserta yang lolos persyaratan

(11)

25 dan nama-nama peserta yang lolos langsung dimasukan dalam daftar peserta penerima beasiswa, lalu diserahkan kepada ketua koordinator untuk mengkonfirmasi nama-nama yang sudah diusulkan.

Untuk menjadi calon dan peserta penerima beasiswa maka perlu diperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak penyelenggara seperti (1) Penerimaan Beasiswa adalah benar-benar Mahasiswa berasal dari 8 Distrik yaitu: Ilaga, Gome, Sinak, Agadugume, Doufo, Pogoma, Beoga dan Wangbe di Kabupaten Puncak Provinsi Papua, (2) Surat Keterangan Aktif Kuliah, (3) Foto kopi Kartu Tanda Mahasiswa yang masih berlaku, (4) Kartu Hasil Studi (KHS),(5) Kartu Rencana Studi (KRS) dan (6) melampirkan foto kopi nomor rekening.

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam kegiatan seleksi sebagaimana terangkum pada tabel 4.5 mengenai persiapan kriteria, pengajukan nama ke Pemerintah dengan kriteria yang sudah ditentukan, proses seleksi dan mengumumkan hasil seleksi untuk masing-masing angkatan setiap tahun.

(12)

26 Tabel 4.5

Persoalan Seleksi

No Sumber Persoalan

1 Okto Alom,S.Sos (Kepala Dinas Sosial)

Setiap pengajuan data mahasiswa dari koordinator perwakilan mahasiswa ke Dinas Sosial bidang bersangkutan tidak sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan, yaitu salah satu persoalan adalah megirim nama calon peserta banyak yang ditemukan mahasiswa berasal dari Kabupaten lain maka selama ini kami merasa menguntungkan aset daerah lain dan kami selaku penyelengara menjadi korban.

2 Jance Murib Kami mengirim data sesuai permintahan Pemerintah Kabupaten Puncak di Dinas Sosial dan biasanya hanya meminta nama- nama mahasiwa yang berasal dari Kabupaten Puncak yang terdata tanpa ada instruksi untuk mengisi formulir yang berupa kriteria pengusulan beasiswa, sehingga kami selaku koordinator biasanya hanya mengirim data nama-nama mahasiswa yang daftarkan diri bahwa yang bersangkutan berasal dari Kabupaten Puncak serta keterangan yang berasal dari pihak universitas berupa surat bukti aktif kuliah.

3 Otis Tabuni, Novita Yolemal, Repianus Wamang, Alpius Katagame, Iriantinus Murib, Jotena M.

Labene dan Januarius Wakerkwa

Proses seleksi yang tidak transparan dalam proses pengajuan calon penerima beasiswa yang mengakibatkan terjadi keributan antara pihak peserta, ketua koordinator dan tim penyalur.

Sumber: Data Primer (diolah), 2017

Berdasarkan tabel 4.5 tergambar dengan jelas masih terjadinya pro dan kontra antara pihak pemerintah, ketua koordinator mahasiswa dan

(13)

27 peserta penerima beasiswa. Kondisi ini semakin mencuat ketika ada upaya pelemahan berupa adanya upaya dari oknum penyalur untuk mengganti nama para calon penerima beasiswa. Hal ini mendorong agar proses seleksi kedepan dilakukan secara transparan dan akuntabel.

4.3.2. Tahap Penyaluran Dana

Tahap Penyaluran dana, yaitu dana dialokasikan pada setiap kota studi sesuai dengan data yang didapat melalui seleksi. Secara umum, proses pencairan dana atau penyaluran dana harus mengikuti ketentuan pemerintah (Peraturan Menteri Keuangan) yaitu menyalurkan dana kepada mahasiswa setiap bulan atau digabungkan beberapa bulan, maksimal dua belas bulan.

Penyaluran dana dari pemerintah kepada mahasiswa dapat dilakukan melalui rekening kampus atau pembayaran melalui bank. Dana yang sudah dialokasikan tidak diperkenankan untuk kepentingan individu ataupun kelempok tertentu, melainkan dikembalikan pada kas daerah.

Hal ini kemudian dipertegas oleh Demianus Elatotagam (utusan pemerintah di Dinas Sosial Kabupaten Puncak) bahwa proses penyaluran biasanya berawal dari pengajuan data mahasiswa oleh dinas sosial setiap enam bulan, lalu ajukan ke bagian keuangan daerah, kemudian diserahkan kepada dinas sosial bagian bidang kemahasiswaan. Selanjutnya,dana langsung disalurkan ke tim penyaluran untuk disalurkan kepada mahasiswa yang bersangkutan melalui rekening serta dilengkapi dengan surat perintah, lalu surat perintah tersebut ditandatangi oleh ketua koordinator Mahasiswa sebagai bukti telah dilaksanakannya tugas.

Berdasarkan hasil wawancara, maka ditemukan beberapa persoalan dalam sistem penyaluran beasiswa sebagaimana yang dirangkum dalam tabel 4.6 berikut.

(14)

28 Tabel 4.6

Persoalan Penyaluran Dana

No Sumber Persoalan

1 Demianus Elatotagam (Tim penyaluran dana)

Permasalahan yang dihadapi oleh tim penyaluran beasiswa bahwa seringkali ada beberapa mahasiswa yang tidak mendapatkan jatah beasiswa. Hal ini disebabkan oleh adanya miskomunikasih antara atasandengan pihak penyalur.

2 Jance Murib

(Koordinator Mahasiswa)

Ketidaksesuaian data yang dipegang oleh koordinator mahasiswa dengan data yang dimiliki oleh pihak penyalur mengakibatkan ada beberapa penerima beasiswa yang tidak dapat menerima haknya (beasiswa).

Kemudian, terkadang sering terjadi keterlambatan penyaluran dana kepada pihak mahasiswa.

3 Otis Tabuni, Novita Yolemal, Repianus Wamang, Alpius Katagame, Iriantinus Murib, Jotena M.

Labene dan Januarius Wakerkwa

Banyak calon penerima beasiswa yang merasa kecewa karena ada dugaan kecurangan seperti pengusulan data fiktif yang dilakukan oleh pihak penyalur.

Sumber: Data Primer (diolah), 2017

Berdasarkan tabel 4.6 tergambar dengan jelas bahwa sejatinya ada oknum penyalur yang berupaya untuk memanipulasi data penerima beasiswa untuk memperkaya diri sendiri. Hal ini harus menjadi perhatian dari pihak pemerintah Kabupaten Puncak agar tidak menjadi bom waktu konflik di kemudian hari.

4.3.3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Tahap monitoring bertujuan untuk melakukan pengumpulan data atau informasi mengenai pelaksanaan pembayaran beasiswa serta membuat

(15)

29 laporan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan eveluasi. Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan penyampaian saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan keputusan yang berlaku. Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi sangat penting bagi penyelenggara dalam hal ini pemerintah Kabupaten Puncak Provinsi Papua dalam menjaga agar program yang telah diselengarakan tetap berjalan efektif dan efisien.

Hal tersebut dipertegas oleh Demianus Elatotagam yang menyebut bahwa bentuk monitoring biasanya dilakukan saat penyaluran dana dengan memastikan keaktifan kuliah dan prestasi dari mahasiswa penerima beasiswa. Selain itu, koordinator mahasiswa menyerahkan data peserta penerima beasiswa semester berjalan maupun calon peserta beasiswa dilengkapi dengan surat keterangan aktif kuliah, kartu hasil studi, transkrip nilai dan foto kopi kartu tanda mahasiswa yang akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dihadapan atasan.

Selanjutnya tim dari pemerintah mengajukan semua hasil lapangan berupa hasil pengecekan data mahasiswa dari keaktifan dengan data riwayat yang terdaftar di universitas kepada atasan yaitu kepala bidang kemahasiswaan. Jika ditemukan bahwa penerima beasiswa tidak melakukan kewajibannya (kuliah) sebagaimana mahasiswa pada umumnya maka selanjutnya diproses dan dikeluarkan peringatan dan kemudian dicoret dari kepesertaannya sebagai penerima beasiswa. Jika masih dalam kondisi yang masih bisa ditoleransi, maka akan diberi peringatan misalnya melebihi masa studisekitar enam tahun, strata dua mencapai tiga tahun dan strata tiga mencapai tiga tahun. Adapun kendala atau persoalan yang dialami dalam proses monitoringdan evaluasi sebagaimana dirangkum pada tabel 4.7.

(16)

30 Tabel 4.7

Persoalan Motoring dan Evaluasi

No Sumber Jenis Persoalan

1 Okto Alom,

S.Sos(Kepala Dinas Sosial)

Setiap pengajuan data mahasiswa dari koordinator perwakilan mahasiswa ke Dinas Sosial bidang yang bersangkutan menunjukkan adanya ketidaktransparanan dalam pengajuan anggaran ke pihak bagian keuangan. Karena selama tahun 2017 ini jumlah peserta beasiswa terus menigkat hingga mencapai 800 mahasiswa se nusantara yang salah satunya adalah Kota Salatiga. Fakta menunjukkan terdapat laporan bahwa banyak mahasiswa yang tidak aktif kuliah .

2 Deanus Elatotagam (Tim penyaluran dana)

Ditemukan banyak data fiktif, di mana terdapat mahasiswa yang tidak terdaftar sebagai anggota atau mahasiswa. Misalnya di UKSW.

3 Jance Murib (Ketua Koordinator

Mahasiswa)

Tidak sinkronnya data dari masing-masing pihak yang membuat kesulitan dalam poroses monitoring dan evaluasi.

4 Otis Tabuni, Novita Yolemal, Repianus Wamang, Alpius Katagame, Iriantinus Murib, Jotena M.

Labene dan Januarius Wakerkwa

Kurang bertanggung jawabnya para penerima beasiswa mengakibatkan banyak data fiktif.

Sumber: Data Primer (diolah), 2017

Berdasarkan tabel 4.7 tergambar dengan jelas bahwa sejatinya ada oknum mahasiswa calon penerima beasiswa yang tidak bertanggung jawab atas dana yang telah disalurkan oleh pemerintah. Hal ini harus menjadi perhatian dari pihak pemerintah Kabupaten Puncak agar memberikan sanksi yang jelas dan konsisten terhadap pelanggaran atas penggunaan bantuan biaya studi (beasiswa). Masalahnya adalah tidak adanya sanksi yang jelas bagi oknum mahasiswa yang melanggar kesepakatan.

(17)

31

4.3.4. Tahap Paska Penempatan

Tahap terakhir adalah tahap paska penempatan. Selain Memberikan bantuan akhir studi ada dua pilihan yaitu mahasiswa yang ingin melanjutkan ke jenjang berikut dan tidak melanjutkan. Oleh karena itu, bagi yang ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi mengarahkan mahasiswa tersebut mengajukan bukti surat tanda lulus seleksi universitas ke pemerintah selaku penyelengara untuk melanjutkan beasiswa sesuai jenjang yang diminati seperti S2 dan S3. Kemudian, bagi mahasiswa yang telah lulus namun tidak melanjutkan studi, maka diwajibkankembali ke Kabupaten Puncak unutuk mengabdi kepada masyarakat. Jika mahasiswa tersebut ingin mengabdikan dirinya untuk kembali ke Pemerintah Kabupaten Puncak, maka akan diprioritaskan untuk masuk menjadi pegawai honor (pegawai wiyata) sesuai jurusannya. Berikut ini merupakan kendala yang dialami dalam proses paska penempatan sebagaimana dirangkum dalamtabel 4.8.

(18)

32 Tabel 4.8

Persoalan Paska Penempatan

No Sumber Jenis Persoalan

1 Mahasiswa yang melanjutkan ke jenjang S2

Selain Memberikan bantuan akhir studi ada dua pilihan yaitu mahasiswa yang ingin melanjutkan ke jenjang berikut dan tidak melanjutkan.

Bagimahasiswa yang ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi maka mahasiswa tersebut mengajukan bukti surat tanda lulus seleksi universitas ke Pemerintah selaku penyelengara supaya dilanjutkan beasiswanya dan bagi mahasiswa yang tidak melanjutkan studi akan diberikan kebebasan untuk mencari pekerjaan.

2 Mahasiswa yang siap terjun ke dunia kerja

Salah satu alumni UKSW (Januarius Wakerkwa)yang telah lulus S1 dari fakultas Biologi dan menyelesaikan Magister di studi pembangunan pada tahun 2016 mengatakan bahwa untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya selalu didukung oleh pemerintah, tetapi untuk mencari atau mendapat pekerjaan tidak ada dukungan dari pihak pemerintah.

Sumber: Data Primer (diolah), 2017.

Berdasarkan tabel 4.8 tergambar dengan jelas bahwasetelah menyelesaikan studi maka pada umumnya pemerintah tidak membantu atau mengarahkan para lulusan untuk mengabdi di Kabupaten Puncak. Hal ini membuat para lulusan harus berjuang sendiri untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pihak pemerintah telah lalai dalam melakukan proses paska penempatan bagi para lulusan.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari hasil tersebut penulis menganalisis jika sebagian besar remaja di desa Kuin-kecil memiliki gadget (handphone), dilihat dari mereka yang menjawab selalu..

Di SMA IT Al-Madaniyah Samuda Kabupaten Kotawaringin Timur kebanyakan peserta didiknya sudah mulai mengikuti organisasi dari Sekolah Dasar (SD) atau SMP, jadi peserta didik

“Jadi sebelum kegiatan belajar mengajar ada pembuatan RPP. RPP tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran, sebagai langkah awal perencanaan sebelum

Juwandha dari kelompok 2 ikut bicara kalau serius terus malahan ngantuk pak…kan pelajaran hari ini ada permainannya, kata mereka berdua kepada guru setelah ditegur. Guru pun

menjawab bahwa mereka tetap akan menggunakan produk susu pertumbuhan yang sama untuk tingkat lanjutan berikutnya dan 24 % sisanya mengatakan tidak Secara umum dapat kita lihat

Untuk menjawab perumusan masalah yaitu apakah komitmen perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi corporate social responsibility (CSR) pada bank

Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju beranggapan bahwa harga ponsel Huawei murah sehingga bisa dibeli dalam jumlah banyak membuat mereka tertarik untuk

Namun setelah bertukar tempat mereka jadi mengerti bahwa “3 lebihnya ” diartikan dengan penjumlahan (+). Pertemuan ini membahas materi menjelaskan pengertian variabel,