• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Adapun pendapat lain tentang ramuan herba yang melambangkan simbol yang dipercayai oleh orang dahulu seperti informan F2. Pendapat berbeza turut diutarakan oleh informan F3 yang mempunyai cerita tentang ramuan herba yang melambangkan simbol. Pandangan berbeza turut diutarakan oleh informan F4 tentang cara menentukan ramuan herba yang digunakan dalam pemprosesan ubat-ubatan herba godokan.

Penjelasan kedua informan di atas menunjukkan bahwa cara menentukan ramuan jamu godokan ditentukan oleh pemiliknya dengan resep yang sudah ada dan diwariskan. Dari seluruh pemaparan di atas dapat pula digambarkan bahwa wujud nilai-nilai kearifan lokal Jamu Godokan dalam pengelolaannya bersumber dari adanya simbol-simbol herbal seperti pentingnya jamu bagi masyarakat, antara lain lebih sadar akan kesehatan dan kesehatan. kesadaran memilih herbal yang berkhasiat bagi kesehatan. Untuk menjawab peristiwa komunikasi yang terjadi dalam pengelolaan jamu godokan, mereka memberikan penjelasan mengenai peristiwa dalam pengelolaan jamu godokan.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa dalam pengelolaan godokan rempah desa Gringging Kediri terdapat suatu peristiwa atau proses pengolahan rempah godokan. Cara membuat bumbu seperti ini mudah saja ya, Kak. Kalian tinggal menyatukan semua bahan, campurkan lalu jadikan satu dan bungkus seperti ini. Berdasarkan penjelasan informan dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian jamu godokan berisi tentang proses pembuatan jamu.

Selain pengaturan pembuatan jamu godokan, terdapat pula pengaturan komunikasi dalam pengelolaan jamu godokan yaitu penentuan peran

Gambar 4.1  Toko Jamu Semar Waras  Sumber hasil olahan peneliti
Gambar 4.1 Toko Jamu Semar Waras Sumber hasil olahan peneliti

Tahapan - Tahapan Komunikasi Dalam Pengelolaan Jamu Godokan di desa Gringging Kediri

Sebagaimana dikemukakan Adaell Hyme dalam kutipannya, peristiwa tertentu diartikan sebagai keseluruhan rangkaian komponen yang utuh. Pada hakikatnya proses komunikasi seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli yaitu Robert Kreitner, tahapan-tahapan dalam proses komunikasi merupakan suatu rantai yang terdiri dari mata rantai yang dapat diidentifikasi. Setelah mengetahui proses komunikasinya, maka ada pula langkah-langkah untuk dapat berkomunikasi secara efektif antar setiap anggota dalam pengelolaan jamu.

Tahap pertama yaitu setting dan scene, yang dimaksud disini adalah penempatan waktu dan tempat dalam pengelolaan jamu godokan. Seperti jam kerja yang ditentukan oleh pemiliknya dan tempat yang tersedia sebagai tempat pengelolaan jamu godokan. Seperti yang diungkapkan oleh F1 selaku pemilik toko jamu godokan mengenai tujuannya dalam mengelola jamu godokan.

Dari penjelasan informan F1 dan F4 dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan herbal godokan adalah membantu masyarakat dalam penyembuhan penyakit. Kalau sama di toko, bahasanya biasanya kehabisan bumbu, pemasukan dan pengeluaran piro ae. Selain F1 yang menganggap interaksi tersebut lebih pada isu berbagi jamu, informan lain seperti F2 juga mempunyai pendapat tersendiri mengenai interaksi komunikasi dalam pengobatan godokan jamu.

Begitu pula dengan informan F4 yang mempunyai pendapat serupa mengenai interaksi komunikatif dalam pengelolaan jamu godokan. Mereka sepakat bahwa komunikasi yang digunakan bersifat santai, interaktif dan lebih ramah kekeluargaan. Bahasa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang diungkapkan oleh informan F3.

Selain komunikasi dan bahasa yang digunakan, pengelola jamu juga mempunyai saluran atau saluran di istana untuk melakukan komunikasi. Dengan kata lain, informan F1 yang catatannya adalah pemilik menjelaskan bahwa norma yang digunakan adalah kedisiplinan dalam bekerja. Berdasarkan tanggapan informan F1, F2, F3 dan F4 mengenai tahapan-tahapan pengendalian kumbang penggerek tanaman, maka dapat disimpulkan bahwa dari tahapan komunikasi tersebut muncul suatu pola atau bentuk komunikasi.

Gambar 4.2.3 tahapan -tahapan komunikasi dalam pengelolaan  jamu godokan dengan model Dell Hyme
Gambar 4.2.3 tahapan -tahapan komunikasi dalam pengelolaan jamu godokan dengan model Dell Hyme

Pembahasan Penelitian

Nilai-nilai Kearifan Lokal Jamu godokan

Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada simbol-simbol jamu tradisional diyakini memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat Gringgging Kediri, dimana budaya yang dimilikinya merupakan budaya khas Jawa dan banyak makna atau makna pada setiap simbolnya. Simbol budaya yang dimaksud merupakan bahan dasar pembuatan obat herbal yang mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat Gringgging. Kunyit sendiri merupakan bahan baku atau bahan dasar yang sering digunakan sebagai obat herbal.

Selain khasiatnya yang banyak, ternyata kunyit mempunyai simbol atau lambang budaya yang diandalkan oleh masyarakat Jawa khususnya masyarakat Gringging Kediri, yaitu lambang yang diambil dari bentuk dahan yang bercabang membentuk angka tiga yang dipercaya. untuk melambangkan Pandawa ketiga dalam wayang yaitu Arjuna. Kencur juga diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai simbol kehidupan masyarakat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain khasiatnya, kunyit putih juga dipercaya sebagai simbol budaya dalam pengobatan herbal yang melambangkan makna kehidupan bermasyarakat.

Selain empon-empon, godokan juga terdiri dari biji, salah satunya kapulaga. Kapulaga merupakan obat herbal yang mempunyai ciri khas yaitu aromanya yang kuat sehingga dapat mempengaruhi aroma bahan herbal lainnya. Selain mempercayai kesehatan daun pecahan kaca, masyarakat Gringgging juga meyakini daun tersebut memiliki simbol yang memiliki makna.

Selain pecahan kaca, lambang jamu yang terkandung dalam jamu godokan juga berupa alang-alang. Alang-alang merupakan tanaman perdu atau tanaman yang tumbuh liar, bahkan terkadang tidak pernah dianggap ada. Bentuk ini merupakan simbol yang melambangkan bahwa masyarakat hendaknya mempunyai sikap yang tidak sombong seperti alang-alang.

Dari bahan-bahan di atas, Jamu Godokan juga mempunyai bahan baku lainnya, salah satunya adalah daun kayu putih.Dalam budaya Jamu Godokan, daun kayu putih mempunyai simbol penting bagi kehidupan masyarakat yang mempercayai budaya tersebut. Masyarakat Jawa khususnya masyarakat Gringgging Kediri melambangkan daun kayu putih yang merupakan buah cabai rawit yang berukuran kecil melambangkan makna bahwa suatu hal yang kecil dapat bermanfaat dan bermanfaat bagi semua orang. Bahan herbal yang selalu digunakan oleh masyarakat Gringginga dan tokoh terkenal lainnya dalam pengobatan herbal bahkan bahan untuk masakan atau minuman adalah kayu manis.

Perilaku Komunikasi Dalam Tradisi Pengolahan Jamu Tradisonal Prilaku manusia dalam kehidupanya dipengaruhi oleh banyak faktor yang

Simbol dari kayu manis adalah mewakili rasa khas yang dapat dicampurkan ke dalam bahan apa pun. Makna dalam kehidupan masyarakat adalah, sikap manusia yang dapat bergaul dengan semua kalangan melalui sosialisasi. Dapat disimpulkan bahwa kelompok masyarakat Geringing menerapkan simbol-simbol herbal sebagai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat.

Secara terpisah dapat pula disimpulkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal berupa simbol-simbol herbal yang dimiliki masyarakat desa Gringging Kediri berkaitan dengan teori ahli Gerry Philipsen yaitu Teori Kode Ucapan. Untuk melakukan atau melakukan godokan herbal, peneliti menemukan beberapa tahapan yang harus dilakukan. Inilah proses pembuatan godokan herbal dari yang berupa bahan herbal menjadi godokan herbal.

Tahapan yang pertama adalah pencarian bahan baku. Proses ini merupakan proses pencarian bahan baku seperti tumbuhan berkhasiat yang digunakan dalam proses pembuatan jamu. Pencarian bahan baku dilakukan dengan cara melihat langsung ke petani sehingga mereka dapat menemukan bahan baku tersebut. lebih rendah bisa mendapatkan harga. Bahan-bahan herbal yang biasa dicari dan diiris tipis-tipis oleh para petani kemudian dibawa oleh pengelola dan dijemur hingga kering dengan paparan sinar matahari, berdasarkan manfaat sinar matahari dan penggunaan cara-cara kuno, sehingga tidak sampai ke akar-akarnya. meninggalkan budaya. Masyarakat meyakini bahwa sinar matahari selain mempunyai manfaat yang dahsyat, juga mempunyai arti keberkahan atau makna memanfaatkan sinar matahari untuk membawa keberkahan yang baik dalam kehidupan manusia dan dapat menyembuhkan segala penyakit manusia.

Setelah dilakukan pengeringan dan pemisahan simplisia, tahap selanjutnya adalah tahap pencampuran, proses ini merupakan proses penting dalam pengolahan jamu. Dari uraian di atas dapat dijelaskan tentang perilaku komunikasi yang terjadi dalam pengelolaan jamu godokan.

Pola Komunikasi Yang Terjadi Dalam Pengolahan Jamu Tradisional Sebagai Kearifan Lokal

Dari hasil penelitian yang ditemukan peneliti, maka pola komunikasi yang ada dalam tradisi pengelolaan jamu tradisional dapat digambarkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini peneliti melihat adanya komunikasi yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan yang sama tentang pemberian jamu tradisional. Komunikasi yang berlangsung dalam proses dan anggota yang terlibat disesuaikan dengan jam kerja yang ada.

Kemudian waktu dan tempat komunikasi yang berlangsung disesuaikan dengan bagian masing-masing pada jam kerja. Peserta di sini dimaksudkan sebagai analisis kepribadian dan kedudukan atau hubungan sosial yang terlibat dalam pemberian jamu tradisional. Pesertanya ada empat orang, salah satunya merupakan penerus memimpin industri jamu tradisional, satu keluarga dan juga satu orang yang dipercaya memimpin pekerjaan.

Dari hasil observasi peneliti dapat dikatakan bahwa para anggota mempunyai kesamaan penguasaan, pemahaman yang sama mengenai pengelolaan jamu tradisional, hingga menghasilkan apa yang diinginkan. Selain itu, tujuan pengelolaan Jamu Godokan rupanya juga untuk membantu masyarakat dalam menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pengeringan ini dilakukan agar bahan herbal mudah diolah. Selanjutnya adalah proses penyiapan obat herbal tradisional.

Setelah mendidih, kemasan sudah selesai dan siap untuk diperdagangkan. Menariknya, hal ini menciptakan budaya dengan perilaku komunikasi yang khas. Artinya, peristiwa interaksi hanya melibatkan peserta yang menunjukkan minat terhadap topik pengolahan jamu atau ilmu jamu dengan mendengarkan secara seksama dan memperhatikan secara seksama ketika diajari cara pengolahan jamu tradisional. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam perilaku komunikasi terdapat pengaturan komunikasi yang baik dan efektif.

Dengan pemahaman nilai-nilai jamu tradisional sebagai kearifan lokal, peneliti melihat munculnya perilaku komunikasi yang terjadi dalam tradisi pengelolaan jamu tradisional di desa Gringgin Kediri. Setelah dikemas, obat herbal tradisional dijual di toko jamu Semar Waras di desa Gringging, Kediri. Sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Philipsen yaitu teori kode tutur yang mengandung unsur kode tutur yaitu unsur psikologi, sosiologi dan retorika.

Gambar

Gambar 4.1  Toko Jamu Semar Waras  Sumber hasil olahan peneliti
Tabel 4.1.1  Profil Informan  Sumber : Olahan peneliti
Gambar 4.2.1 Simbol – Simbol Budaya Jamu Godokan Yang Di Percaya Di  Desa Gringging Kediri
1.2.2  Gambar Peristiwa Dalam Pengelolaan Jamu Godokan Di  Desa Gringging Kediri
+4

Referensi

Dokumen terkait

sıkma torku 30 Nm Elektriksel bağlantı Konektörler, M12 × 1 Basınç dayanımı 20 bar İşlem bağlantısı G 1/4 inç Özellikler ■Sıvı ortam için akış sensörü ■Kalorimetrik prensip