• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

52

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab IV ini peneliti akan memaparkan mengenai masalah yang diteliti, yaitu Strategi Produser pada Program Dodo dan Nisa. Penelitian ini lebih memfokuskan pada strategi program yang dilakukan oleh produser saat melakukan perencanaan program, produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi deskriptif, dan peneliti juga menggunakan teori ekologi media.

Disini peneliti akan menguraikan tentang data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan para informan. Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, dimana informan yang digunakan oleh peneliti merupakan orang-orang yang bersentuhan langsung atau dibutuhkan informasi dan pendapatnya. Lebih jelas lagi, peneliti akan menjelaskan masing-masing informan melalui penjabaran table dibawah ini :

Tabel 4.1

Data Informan Utama

INISIAL INFORMAN USIA JENIS

KELAMIN PEKERJAAN N1

Nurul Muhaemin (Kang Uyung)

23

tahun Laki-Laki Produser Program Dodo dan Nisa

(2)

Kang Uyung (N1) yang mempunyai nama lengkap Nurul Muhaemin yang kini berusia 23 tahun ini sudah cukup lama bergabung sejak tahun 2015 yaitu sekitar 4 tahun menjadi karyawan di PT. Manajemen Qolbu Televisi (MQTV).

Kang Uyung memegang beberapa program acara di MQTV, namun Kang Uyung merupakan satu-satunya produser yang mengelola program Dodo dan Nisa. Peneliti melakukan wawancara dengan Kang Uyung pada tanggal 22 Juli 2019 di studio MQTV.

Tabel 4.2

Data Informan Pendukung

INISIAL INFORMAN USIA JENIS

KELAMIN PEKERJAAN P1

Muhamad Dani Ramdani (Kang Dani)

22

tahun Laki-Laki Produser P2 Ami Damiarti

(Kak Ami ORI)

25

tahun Perempuan

Pendongeng di Program Dodo dan Nisa (Ventriloquist)

Kang Dani (P1) yang mempunyai nama lengkap Muhamad Dani Ramdani yang kini berusia 22 tahun ini sudah cukup lama bergabung menjadi karyawan di PT. Manajemen Qolbu Televisi (MQTV). Kang Dani menjabat sebagai produser dan memegang beberapa program acara di MQTV. Peneliti melakukan wawancara dengan Kang Dani pada tanggal 27 Juli 2019 di studio MQTV.

Kak Ami ORI (P2), atau yang biasa dipanggil Kak Ami ini merupakan seorang pembawa cerita di Program Dodo dan Nisa yang memiliki karakter cukup kuat dan unik (Ventriloquist). Kak Ami memainkan ketiga peran tokoh pada Program Dodo dan Nisa dengan suaranya yang ia ubah menjadi tiga karakter yang

(3)

berbeda. Ia juga yang membuat konsep tema cerita bersama dengan produser dan tim produksi program Dodo dan Nisa. Peneliti melakukan wawancara dengan Kak Ami pada tanggal 29 Juli 2019 di studio MQTV.

4.1 Hasil Penelitian

Dalam hal ini peneliti akan menguraikan tentang data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan dengan produser program Dodo dan Nisa serta dua produser lainnya yang berada di MQTV. Dimana informan yang diambi peneliti merupakan informan yang dianggap relevan dan dapat memenuhi data yang dibutuhkan.

Peneliti melakukan sesi wawancara bersama produser program Dodo dan Nisa, yakni Kang Uyung. Dalam hal ini peneliti mewawancarai informan perihal bagaimana strategi produser yang dilakukan dalam hal perencanaan program, produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program .

Selain itu, peneliti juga melakukan sesi wawancara dengan informan pendukung. Informan pendukung yang diambil oleh peneliti sebanyak dua orang diantaranya, produser dan pembawa cerita Dodo dan Nisa. Data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut secara umum berisikan mengenai penjelasan tentang strategi yang dilakukan produser dalam pengelolaan program.

4.1.1 Strategi Produser dalam Perencanaan Program Dodo dan Nisa

Pada perencanaan program Dodo dan Nisa, produser membuat konsep pada setiap episodenya berdasarkan ide-ide kreatif yang ia kembangkan, menentukan ide kreatif memang tidak mudah namun, produser program harus mampu menciptakan

(4)

ide-ide kreatif agar menarik bagi anak-anak untuk menyaksikan tayangan Dodo dan Nisa.

Peneliti akan mengawali untuk membahas hasil wawancara dan observasi dari aspek ide kreatif dimana ide kreatif merupakan hal utama dalam membuat konsep cerita yang menarik, mengingat tidak begitu mudah dalam membuat konsep cerita yang mampu menarik perhatian khalayak pada usia anak-anak.

Ide kreatif menjadi penunjang dalam pembuatan konsep untuk menonjolkan sesuatu hal yang berbeda pada sebuah program, hal tersebut dapat menjadi suatu keunggulan tersendiri dalam sebuah program. Seperti yang diungkapkan oleh informan N1 saat ditanyai mengenai ide kreatif yang diciptakan pada Program Dodo dan Nisa.

Ide kreatif yang kita ciptakan di program Dodo dan Nisa ini sendiri memang terkadang kita lihat dari referensi-referensi program- program orang lain,cuma memang ide kreatif khususnya di program Dodo dan Nisa ini yang utama yang kita tidak boleh hilangkan adalah nilai dakwahnya seperti halnya contoh kita memberikan nilai edukasi kepada nak-anak ini untuk bias makan sambal duduk, nah itu gimana caranya kita bias memvisualisasikan sebuah dakwah ini kepada anak-anak. Ya memang kita buat sedemikian rupa, se-kreatif mungkin yang memang anak-anak itu bias menerimanya dengan baik. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Hal tersebut juga dibenarkan oleh P2 sebagai salah satu orang yang ikut terlibat dalam menciptakan ide kreatif dan konsep program Dodo dan Nisa.

Menemukan ide kreatif itu ya, lihat referensi-referensi, terus juga sering baca buku, sering nonton film juga. (Hasil Wawancara P2, 29 Juli 2019)

Bagi informan N1, memang tidak mudah menciptakan sebuah ide kreatif yang sangat berbeda dari program-program acara lainnya yang ada di stasiun

(5)

televisi Indonesia. Namun, menciptakan sesuatu yang memiliki kelebihan dari segi manfaat yang baik terhadap penyampaian informasi merupakan salah satu hal yang harus dapat ia lakukan agar program Dodo dan Nisa dapat menjadi program tayangan anak yang baik dan berkualitas dengan tidak melepaskan unsur dakwah yang berkaitan dengan MQTV sendiri merupakan stasiun televisi lokal berlandaskan islami.

Selain itu, mempertimbangkan mengenai kekuatan dan kelemahan pesaing yang memiliki program tayangan anak juga menjadi salah satu faktor yang harus di perhatikan oleh produser dalam mengelola sebuah program untuk dijadikan sebuah indikator pencapaian tujuan yang diinginkan terhadap program yang dikelolanya.

Seperti yang disampaikan oleh informan N1.

Kalau menghadapi kekuatan program-program anak lain diluar sana memang mereka dengan properti yang luar biasa, mereka kaya gitu, mereka sangat oke untuk penampilan. Tapi, disisi lain mereka tidak memperhatikan konten yang memang dengan, satu visi dengan program Dodo dan Nisa ini. Kalau di Dodo dan Nisa ini walaupun memang kekuatan kita melihat kekuatan orang lain sangat banyak ya, tapi, di program Dodo dan Nisa ini sangat kuatnya, diantaranya nilai dakwahnya ini, nilai edukasi untuk masyarakat, nilai islamiah yang ada di program anak Dodo dan Nisa ini. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Berdasarkan pernyataan tersebut, informan memang memperhatikan kekuatan dan kelemahan pesaing pada pengelolaan program Dodo dan Nisa untuk dijadikan sebagai faktor pertimbangan dalam menyusun konsep program yang memiliki keunggulan berbeda dari konten program tayangan anak lainnya.

Hal lain yang menjadi faktor terpenting dalam sebuah program adalah mempertimbangkan dan memperhatikan segala kemungkinan mengenai

(6)

ketersediaan audiens program Dodo dan Nisa. Dengan begitu, produser dapat mengetahui sejauh mana program dapat dipasarkan.

Kalau misalkan mempertimbangkan segala kemungkinan mengenai ketersediaan audiens, memang audiens ini karena kita audiensnya anak-anak TK ataupun untuk kunjungan TK ya memang kita harus

“jemput bola”, dalam artian jemput bola ya kita datengin TK-TK yang ada di Kota Bandung. Untuk itu, ya kita memang harus keluar dari zona nyaman yaitu kia harus jemput bola ke mereka. Untuk strategi sendiri ketika tidak ada audiens kita juga bisa dengan mengundang satu atau dua orang untuk shooting di MQTV. Atau memang kita mengharapkan pemirsa MQTV mengirimkan video yang kita ambil adalah segmen Berani Tampil, nah itu merupakan segmen yang dibuat untuk menjemput bola. Sehingga para audiens mengirimkan videonya ke kita, dan kita akan tampilkan di program Dodo dan Nisa ini pada segmen tersebut. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Menurut pernyataan dari informan, ketersediaan audiens memang harus di pertimbangkan, sejauh mana audiens akan dapat mengenal program Dodo dan Nisa.

Program Dodo dan Nisa memiliki pasar berbeda yaitu dikalangan anak-anak yang tentunya informan sebagai produser merasa harus memiliki cara tersendiri dalam mengendalikan ketersediaan audiens pada pasar yang akan menyaksikan program Dodo dan Nisa di MQTV.

Hal lain yang juga penting dalam sebuah program yaitu mempersiapkan dan menyesuaikan konsep konten dengan kebutuhan khalayak pada era saat ini dengan teknologi yang sudah semakin maju. Sebagaimana yang disampaikan oleh informan N1 sebagai produser program Dodo dan Nisa.

Kalau menyesuaikan kebutuhan masyarakat sendiri memang kita menetapkan konsep dengan rumusnya ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi), dan ketika perkembangan teknologi yang sangat cepat ini memang kita juga harus bergerak dengan cepat. Yang kita harus sesuaikan adalah memang bagaimana sebuah tampilan di Dodo dan Nisa ini membuat orang tidak jenuh. Kita menggunakan greenscreen

(7)

ini kita memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Selain itu, menarik perhatian audiens merupakan tugas dan tanggung jawab dari seorang produser saat mengelola sebuah program. Dalam hal ini, produser program Dodo dan Nisa memiliki strategi dalam menciptakan suatu tayangan yang memungkinkan untuk disukai oleh anak-anak.

Ya cara untuk menciptakan sesuatu hal yang menarik perhatian audiens untuk menyaksikan program Dodo dan Nisa ini, yang pertama kita selalu ada inovasi dalam setiap segmen, inovasi dalam setiap segmen dan setiap episodenya. Yang memang kita khususnya di program Dodo dan Nisa ini kita harus ada evaluasi setiap 3 bulan, dalam artian kita evaluasi mana nih yang memang masyarakat suka. Yang kita lakukan adalah per 3bulan setiap segemen 2 dan 3 memang harus selalu berubah. Segmen pertama kita fokus dalam dongeng, segemen 2 dan 3 kita buat percobaan sains atau membuat kerajinan dari bahan-bahan bekas, dan juga sekarang itu ada segmen berani tampil dengan mengririmkan sebuah hafalan doa-doa atau surat-surat pendek kepada MQTV dan akan ditayangkan di program Dodo dan Nisa. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Menurutnya hal tersebut dapat menarik perhatian masyarakat untuk menyaksikan program Dodo dan Nisa dengan memberikan sebuah inovasi pada segmen dua dan tiga, dimana dalam satu program tidak hanya diisi dengan dongeng namun juga ada segemen menarik yang diharapkan dapat disukai oleh anak-anak.

4.1.2 Strategi Produser dalam Produksi Program Dodo dan Nisa

Pada bagian produksi program yaitu dimana produser melakukan segala keperluan produksi program Dodo dan Nisa. Dimulai dari menentukan tema yang

(8)

akan digunakan pada saat produksi, hingga pada tahap produksi program Dodo dan Nisa berlangsung.

Yang peneliti tanyakan pertama kali mengenai aspek tema dari cerita yang akan di bawakan oleh pendongeng saat produksi program berlangsung. Pada aspek ini lah peneliti mengetahui seperti apa strategi yang digunakan produser dalam membuat tema yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak.

Kalau menentukan tema sendiri berdasarkan kebutuhan anak-anak di usianya, berdasarkan tren juga iya, dan memang kita sendiri juga memilih tema dengan bahasa-bahasa yang ringan. Yang perlu kita garis bawahi adalah ketika melarang anak untuk tidak membuang sampah, kita tidak boleh mmberikan tema dengan “jangan membuang sampah”, ketika da kata ‘jangan” itu bisa menjadi bahasa yang kurang baik bagi anak-anak. Tapi kalau untuk pembahasan tema untuk anak-anak itu harus lebih simple dan memang kita harus memilih bahasanya yang lebih halus. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Hasil wawancara dengan informan N1 mengenai tema cerita didukung oleh pernyataan dari informan P2. Yang mana, tema cerita memang dibuat berdasarkan keduanya, yaitu kebutuhan informasi bagi anak-anak yang juga mengikuti tren agar cerita menjadi semakin menarik untuk disaksikan anak-anak.

Jadi ya gabungan antara keduanya. Mengikuti tren itu ya jadi di masyarakat tuh sekarang lagi ada permasalahan apa ya? Nah itu bisa diangkat, kayak gitu. Terus juga basic saya di TK dulunya, jadi ya bisa juga dari kurikulum anak-anak TK. Contohnya itu misalnya, tentang hal-hal yang ilmiah, seperti apa sih proses pembentukan hujan. Yang diutamakan itu ya, muatan karakternya tuh kuat.

Soalnya kan ini seperti menasehati anak-anak tapi tidak secara langsung, lewat cerita gitu. (Hasil Wawancara P2, 29 Juli 2019)

Produser sendiri memahami betul bahwa dalam menentukan tema pun tidak bisa sembarangan menuliskan kata-katanya. Karena yang menyaksikan tayangan

(9)

ini merupakan anak-anak dibawah usia 12 tahun, mereka harus diberikan penyampaian yang ringan meskipun hanya sebuah tema.

Setelah tema terbentuk, maka selanjutnya pembuatan naskah cerita dapat dilakukan. Pada hal ini, program Dodo dan Nisa memiliki cara pembuatan naskah yang berbeda dari program-program stasiun televisi lainnya.

Kalau naskah cerita yang dibuat secara kontinyu dalam artian berseri ya atau ber-episode gitu, itu kita difokuskan hanya untuk program saat bulan Ramadhan saja. Jadi selama itu berkaitan mengenai Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Naskah dibuat berdasarkan tema yang telah dibentuk saat melakukan produksi, dan dibuat hanya satu kali setiap satu episode akan memulai produksinya.

Nah kalau buat cerita ya, kan buat cerita itu engga mudah ya gitu kayak misalnya hari senin mau shooting, bikin ceritanya Jum’at, atau Sabtu, bisa jadi Minggu baru buat cerita. Jadi ga bikin sampe beberapa episode gitu, dadakan aja sih. (Hasil Wawancara P2, 29 Juli 2019)

Pada naskah program Dodo dan Nisa yang dibuat tentunya terdapat pesan- pesan yang bernilai dakwah dan edukasi untuk menambah wawasan anak-anak yang menyaksikannya. Namun, berkaitan dengan audiens yang menyaksikannya yaitu anak-anak, pesan yang disampaikannya pun tidak bisa sembarangan. Produser mengetahui bahwa penyampaian pesan terhadap anak-anak harus penuh dengan kelembutan agar anak merasa nyaman meski pesan-pesan tersebut berisi larangan.

Strateginya adalah memang menyampaikan pesan kepada anak- anak tuh ya dengan penggunaan bahasa santai atau dengan tidak langsung to the point “kamu itu engga baik!” tapi kita putarkan dulu, beri alasan secara halus dan dibarengi dengan visual adengan yang memberikan contoh secara halus agar mudah di mengerti oleh anak-anak. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

(10)

Sama halnya dengan apa yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan informan P2 dalam mencari tahu kebenaran pernyataan dari informan N1.

Pastinya dalam membuat cerita yang menarik itu, cerita yang seru dan gampang di mengerti sama anak-anak. Pemilihan bahasanya juga yang ringan gitu, disesuaikan sama anak-anak, jadi pakai bahasa yang sederhana aja kayak gitu. Topik bahasannya juga topik yang bermanfaat bagi anak-anak, tapi di kemas dalam bentuk sesederhana mungkinpenyampaiannya. (Hasil Wawancara P2, 29 Juli 2019)

Berdasarkan hasil dari keduanya, memang benar adanya bahwa penyampaian pesan dalam program Dodo dan Nisa ini dibuat sesederhana mungkin agar pesan-pesannya dapat dipahami dan dimengerti oleh anak-anak.

Dalam proses produksi program Dodo dan Nisa, tim produksi yang dimiliki memang berasal dari anak-anak sekolah kejuruan yang sedang melakukan praktek kerja atau magang di MQTV. Pada hal ini, tim inti produksi program Dodo dan Nisa hanyalah produser yang bersangkutan dan pendongeng cerita Dodo dan Nisa.

Dalam berkoordinasi dengan SDM pun memang tidak mudah, dikarenakan mereka memang belum begitu mumpuni pada bidang kerja masing-masing.

Untuk SDM sendiri alhamdulillah pada program Dodo dan Nisa sudah cukup, memang kendalanya adalah bagaimana kita mendirect anak-anak praktek yang dari SMK ini memahami apa yang kita perintahkan, memahami apa yang kita buat, dan meamhami apa yang akan kita produksi dengan standar televisi. Ya mungkin untuk penggerak boneka bagi anak-anak yang baru memegang boneka memang ada kendala, kendalanya ketika mengingat karakter suara dari masing-masing tokoh boneka. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Tidak hanya mengenai SDM yang menjadi faktor penunjang berlangsungnya proses produksi, kelancaran produksi juga didukung oleh peralatan

(11)

produksi yang sesuai dan tepat. Terlebih lagi teknik yang digunakan untuk produksi program Dodo dan Nisa ini menggunakan teknik greenscreen, dimana hal ini lebih rumit jika terjadi kesalahan.

Pada saat produksi tentunya segala hal yang berwarna hijau juga harus diganti karena akan menggangu pada saat proses editing. Selebihnya, produser memparkannya pada saat wawancara dengan peneliti.

Kalau peralatan sendiri bagi saya ya cukup tidak cukup harus dicukupi. Mungkin untuk teknik di greenscreen harus membutuhkan lampu yang sangat solid, dalam artian harus ada three-point lighting, ini penting dalam produksi menggunakan greenscreen.

Antara background, objek itu kan harus rata tidak boleh ada bayangan. Ya kekurangannya di lighting. Untuk meminimalisisrnya saya jauhkan panggung boneka dari greenscreen agar bayangannya jatuh ke bawah. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Program Dodo dan Nisa ini merupakan program yang di targetkan kepada anak-anak, sehingga program ini harus memiliki kelebihan tersendiri dalam kontennya. Yang memang konten yang ditampilkan pada program ini memiliki nilai-nilai edukasi yang baik dan sangat tepat untuk disaksikan anak-anak saat ini.

Karena memang bagi produser program Dodo dan Nisa, konten merupakan faktor terpenting dalam program ini, karena keberhasilan program dilihat jika kontennya bagus dan menarik. Selain itu juga produser menjelaskan hal penting lainnya saat melakukan wawancara dengan peneliti sebagai berikut.

Faktor terpenting itu, pertama konten ya. Karena memang visi Dodo dan Nisa adalah kontennya meamng harus mengandung dakwah, memiiki nilai edukasi, sehingga masyarakat mendapatkan ilmu dan wawasan baru dari program Dodo dan Nisa. Kedua, secara teknis yang terpenting adalah cahaya, seperti yang saya sampaikan cahaya berkaitan dengan teknik greenscreen. Dalam artian jangan sampai ada bayangan saat produksi karena akan mempengaruhi saat proses editing. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

(12)

4.1.3 Strategi Produser dalam Eksekusi Program Dodo dan Nisa

Eksekusi merupakan bagian dimana sebuah program yang telah melalui tahap produksi akan ditayangkan atau disiarkan di televisi. Dalam penayangannya produser sudah menentukan kategori dari segementasi usia target audiens, tentu produser tahu betul siapa yang akan menyaksikan program Dodo dan Nisa.

Untuk penayangannya, terdapat penempataan jadwal atau waktu jam tayang program Dodo dan Nisa yang sesuai dengan ketersediaan audiens pada waktu tertentu. Produser program Dodo dan Nisa pun memberikan pernyataanya mengenai pejadwalan yang tepat terhadap tayangan tersebut sesuai dengan ketersediaan audiensnya.

Kalau untuk jam tayang sendiri penempatannya seperti apa memang tidak bisa diputuskan oleh satu pihak yaitu produser Dodo dan Nisa saja, dan kita harus berkoordinasi dengan manajer program, yang memang dibidangnya memang khusus untuk menempatkan sebuah posisi jam tayang untuk program anak-anak ini jam berapa. Untuk strateginya, dari saya sebagai produser sendiri memang punya request atau pun masukan untuk program Dodo dan Nisa ini, yang saya harus lihat yaitu, pertama anak-anak itu suka menonton tv kapan? Kedua, program anak-anak di seluruh stasiun televisi ditayangkan jam berapa? Yang memang sekiranya kita harus memberikan tayangan yang mereka tidak tayangkan. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Dalam menentukan jam tayang, produser program Dodo dan Nisa memang tidak hanya melakukannya sendiri melainkan juga berkoordinasi dengan manajer program yang menurutnya lebih tepat dalam penanganan mengenai penempatan jam tayang. Namun, produser Dodo dan Nisa tetap memiliki peran berkaitan dengan strategi dalam membuat perencanaan mengenai jam tayang yang sesuai dengan ketersediaan audiens yang merupakan anak-anak.

(13)

Untuk penayangan juga produser yang berkoordinasi dengan manajer program memiliki strategi terkait jam tayang program Dodo dan Nisa. Namun, berdasarkan pernyataan yang peneliti dapatkan dari informan P1 bahwa jam tayang program Dodo dan Nisa ini sebenarnya kurang tepat.

Menurut saya sih ya kurang tepat. Kurang tepatnya gimana? Jam tayangnya itu ga sesuai dengan jam tersedianya anak-anak. Kalau hari biasa, pagi-pagi kan anak-anak sekolah, meskipun baru PAUD sekalipun juga mereka waktunya berangkat sekolah, terus siapa yang nonton Dodo dan Nisa? Gitu. (Hasil Wawancara P1, 27 Juli 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan N1 dan informan P1, peneliti menemukan perbedaan, dimana P1 menyatakan bahwa jam tayang program Dodo dan Nisa tidak tepat dengan ketersediaan audiens yang mana audiensnya merupakan anak-anak. Namun, pernyataan dari informan N1 memberikan pandangan lain, bahwa strategi penayangan pada jam tersebut sudah tepat.

Dengan mengetahui seberapa besar peluang atas ketersediaan audiens, tentunya program Dodo dan Nisa akan dengan mudah mendapatkan perhatian dari pemasang ikan atau sponsorship.

Untuk menarik minat pemasang iklan sendiri kita mengundang anak-anak TK ini untuk ikut produksi program bersama kita, itu merupakan sebuah amunisi untuk menawarkan kepada pemasang iklan untuk memasarkan produknya di program Dodo dan Nisa.

Dalam artian, kita sudah punya massanya, kita sudah punya auidensnya. Ketika mereka memasarkan produk pada program Dodo dan Nisa, kita sudah punya audiens, mereka jadi tau kalau program Dodo dan Nisa punya audiens dan tentunya ada yang lihat produk-produk yang mereka pasarkan. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Menyesuaikan program tayangan Dodo dan Nisa dengan kebutuhan masyarakat merupakan hal yang perlu untuk dilakukan, karena hal tersebut dapat

(14)

membuat masyarakat merasa terpenuhi akan kebutuhan informasinya melalui program Dodo dan Nisa. Dari penjelasan tersebut sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh informan kepada peneliti bahwa,

Untuk menyesuaikan tayangan dengan kebutuhan masyarakat yang dibilang sekarang itu masyarakat milenial ya, anak-anak saat ini di doktrin dengan tayangan-tayangan yang tidak seharusnya mereka tonton. Untuk itu kita harus menginovasi untuk mengupdate program Dodo dan Nisa ini dengan konten-konten yang sekreatif mungkin dengan teknik yang kita lakukan adalah dengan greenscreen ini diharapkan dengan penampilan-penampilan luar biasa, ada grafis-grafis yang kita munculkan biar anak-anak itu tertarik dan tidak bosan saat menonton Dodo dan Nisa. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Dan dalam proses penayangan sangat memungkinkan terjadinya kesalahan atau hambatan. Entah itu kesalahan teknis ataupun kesalahan yang terjadi tanpa disengaja pada saat proses produksi sebelumnya. Namun, disini informan N1 menyatakan bahwa tidak pernah terjadi kesalahan dalam penayangan program Dodo dan Nisa.

Hambatan yang terjadi ketika penayangan sendiri alhamdulillah selama ini memang belum ada. Karena memang ketika kita produksi dari mulai pra-produksi, produksi dan pasca-produksi sudah terschedule semuanya, setelah program sudah jadi kita pun sudah membuat schedule penayangan pada traffic. Jadi untuk kendala ketika terjadi kesalahan penayangan seperti itu beum pernah terjadi. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Setelah proses penayangan program Dodo dan Nisa di televisi dilakukan, tentu program tersebut ada yang menyaksikan dan ada yang tidak. Dalam memperkenalkan program, produser berkoordinasi dengan bagian marketing program untuk memasarkan program Dodo dan Nisa lebih baik lagi.

(15)

Salah satu yang biasa dilakukan oleh produser yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara langusng. Seperti yang disampaikan oleh informan N1 sebagai berikut.

Strategi untuk mengenalkan program Dodo dan Nisa ini kepada masyarakat dengan melakukan roadshow ke sekolah-sekolah, TK- TK yang ada di Bandung memang kita untuk mengenalkan bahwa ini loh Dodo dan Nisa. Strategi lain yang kita lakukan, kita buat social media dengan membuat akun Instagram yang memang kita buat konten-konten di Instagram ini mulai dari doa-doa atau cuplikan-cuplikan yang ada di program Dodo dan Nisa ini. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

4.1.4 Strategi Produser dalam Pengawasan dan Evaluasi Program Dodo dan Nisa

Rating merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengetahui

keberhasilan program, seberapa jauh program dikenal oleh masyarakat. Berkaitan hal ini, MQTV sendiri merupakan stasiun televisi lokal, yang mana biasanya stasiun televisi lokal ini mempertimbangkan beberapa hal dalam menggunakan lembaga survey untuk mengetahui rating pada program-program mereka.

Hal tersebut juga di perkuat dengan jawaban yang diberikan informan berkaitan dengan strategi produser sendiri dalam mengetahui rating program tanpa menggunakan lembaga survey, berikut hasil wawancara peneliti dengan informan.

Kalau untuk rating sendiri, kalau kita menggunakan lembaga survey sekelas televisi nasional sangat sulit ya, dalam artian lembaga survey ini lumayan cukup mahal. Tapi yang kita gunakan untuk meminimalisir budgeting dan pengeluaran yang membengkak, dengan cara melalui segmen dimana anak-anak ataupun orangtua mereka bisa mengirimkan video anaknya mengenai hafalan doa- doa, surat Al-Qur’an, menampilkan lagu anak-anak atau lagu nasyid itu mereka kirim ke email kita Dodo dan Nisa untuk ditayangkan juga di program Dodo dan Nisa, sehingga kita tau feedback dari masyarakat ternyata yang menonton program Dodo dan Nisa banyak. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

(16)

Menyusun anggaran pada sebuah program merupakan hal yang perlu dilakukan dalam mengatur setiap pengeluaran untuk dapat mengarahkan segala bentuk pembiayaan pada saat produksi program Dodo dan Nisa.

Kalau sistem anggaran yang kita buat sendiri memang biasanya untuk perbulannya kebutuhan apa saja yang perlu kita beli, contoh properti. Properti yang kita buat atau kita beli memang jangkanya tidak satu atau dua episode saja, tapi memang kita anggarkan untuk empat episode sekaligus. Karena memang sekelas televisi lokal berbeda dengan televisi nasional, yang dalam artian kita harus bisa seminimal mungkin mengirit tentang budgeting. Makanya untuk program Dodo dan Nisa ini sendiri ketika membuat segemen kreasi dan sebagainya memang kita membuat dengan hal-hal yang simple, dan penonton di rumah juga bisa buat dengan budget yang minim namun dengan hasil yang menarik dan unik. Sistem budgeting ini juga pengelolaan ini juga dilibatkan dengan sponsor, ketika kita keluar dan ke sekolah-sekolah kita harus menggandeng sponsor untuk apa sih? Satu untuk operasional kita, yang kedua untuk membayar talent kita. Nah memang bagaimana caranya ketika sponsor tidak ada, kita harus menarif ke sekolah-sekolah ini karena memang yang kita tawarkan ke sekolah ini juga sekaligus mempromosikan sekolah-sekolah tersebut. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Selain itu, pengawasan pada program tentu dilakukan agar program Dodo dan Nisa dapat terpantau dengan baik. Dari segi keberhasilan konten-konten yang disampaikan, pesan yang diterima dengan baik oleh khalayak, juga guna memastikan bahwa konsep program yang ditayangkan tidak keluar dari jalurnya dan dapat mencapai tujuan program Dodo dan Nisa.

Pengawasan yang dilakukan itu difokuskan pada konten, karena memang penting. Meminimalisir sekecil mungkin kesalahan dan jangan sampai menghilangkan nilai dakwahnya dan ilmu ataupun wawasan kepada penonton program Dodo dan Nisa. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

(17)

Pengawasan dan evaluasi sangat berkaitan, pasalnya ketika pada tahap pengawsan ditemukan hal-hal yang melanggar peraturan, atau hal yang tidak semestinya terjadi maka, evaluasi memang sangat harus dilakukan. Pada program Dodo dan Nisa ini, evaluasi rutin dilakukan guna mengetahui apakah ada kendala saat produksi hingga penayangan program. Hal lain berkaitan evaluasi program peneliti dapatkan dari hasil wawancara bersama informan sebagai berikut.

Untuk evaluasi program itu memang sehabis produksi pun kita melakukan evaluasi bersama tim beserta pendongeng. Kalau untuk evaluasi manajemen untuk melihat progress keberhasilan sebuah program ini kita biasanya per tiga bulan, karena memang per tiga bulan kita laksanakan karena memang program ini selama per tiga bulan udah matang. Dalam artian sponsor ini ada yang tertarik atau tidak? Ada yang masuk tidak? Ada yang keluar atau tidak? Nah ketika sponsor itu makin banyak berarti progress programnya bagus nih, kalau menurun kita merubah jam tayang atau konsep. Dalam konsep kita ubahnya jadi lebih menarik lagi. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Produser juga memberikan tambahan tanggapannya terkait dengan evaluasi program Dodo dan Nisa ketika terdapat penurunan jumlah penonton yang menyaksikan program Dodo dan Nisa.

Ketika adanya penurunan penonton di program Dodo dan Nisa, yang produser lakukan adalah evaluasi program. Tidak hanya saya saja, tapi dengan tim lain, dan pendongeng sama editor juga. Yaitu memberikan masukan, apa yang kurang dan apa yang harus dibenahi. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Selanjutnya yaitu jawaban informan mengenai strateginya sebagai produser program Dodo dan Nisa dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi khalayak yang merupakan anak-anak dengan perkembangan di era modernisasi seperti sekarang ini.

(18)

Satu, yang paling penting yaitu inovasi. Ketika semakin perkembangan jaman, semakin kita harus berinovasi. Kita tidak bisa stuck diam di tempat, kita harus keluar dari zona nyaman, kita harus gali potensi kita ya memang yang menjadi patokan itu inovasi tapi tetap tidak menninggalkan nilai dakwah dan nilai edukasi yang ada di program Dodo dan Nisa ini. (Hasil Wawancara N1, 21 Juli 2019)

Disini peneliti dapat menyimpulkan bahwa memang strategi produser pada program Dodo dan Nisa ini sudah termasuk tepat dan baik berdasarkan jawaban dari hasil wawancara bersama informan yang peneliti dapatkan.

Tabel 4.3 Temuan Penelitian

NO PERTANYAAN PENELITIAN URAIAN

1 Strategi Produser pada Perencanaan Program Dodo dan

Nisa

Konsep program : Ide kreatif dan inovasi

Kekuatan dan Kelemahan Pesaing

Ketersediaan audiens anak-anak

Menciptakan kebiasan menonton 2 Strategi Produser pada Produksi

Program Dodo dan Nisa

Ide cerita yang menarik

Penyampaian pesan yang mudah dipahami anak-anak

Kurangnya SDM produksi

Mengajak anak-anak untuk kreatif 3 Strategi Produser pada Eksekusi

Program Dodo dan Nisa

Penjadwalan pogram : Jam tayang program

Strategi penayangan : Menarik audiens dan ketertarikan pemasang iklan 4 Strategi Produser pada

Pengawasan dan Evaluasi Program Dodo dan Nisa

Pengawsan konten program

Pengawasan terhadap anggaran biaya produksi

Keberhasilan program (rating) Sumber : Hasil Olahan Data Peneliti

(19)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang Strategi Produser dalam Mempertahankan Eksistensi Program Tayangan Anak di Televisi Lokal, dimana peneliti memfokuskan pada bagaimana perencanaan program, produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program . pengumpulan data yang dikumpulkan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi literatur, dimana peneliti hanya fokus bertanya kepada informan mengenai permasalahan yang menjadi pertanyaan penelitian. Analisa dalam penelitian ini adalah analisis pada data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan informan.

Berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti mengaitkan hasil temuan penelitian dengan teori ekologi media. Sebagaimana, Dimmick dan Rohtenbuhler (1984) mencoba menganalogikan fenomena kompetisi antar industry media sebagai suatu proses ekologis. Dalam pandangannya kompetisi media dapat digambarkan seperti makhluk-makhluk hidup yang harus mempertahankan hidupnya dalam suatu lingkungan (pasar). Bagaimana ia bertahan adalah bagaimana makhluk media tersebut mampu mencari-mendapatkan dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut.

4.2.1 Analisa Strategi Produser dalam Perencanaan Program Dodo dan Nisa Perencanaan program melibatkan berbagai keputusan tidak saja mengenai program itu sendiri namun juga berbagai aspek yang terlibat seperti nama program, cara penyajian program (kemasan) dan hal-hal yang terkait dengan pelayanan kepada audien dan pemasang iklan. (Morissan, 2011:276)

(20)

Bagian program satasiun televisi harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam merencanakan program yang akan disiarkannya. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum bagian program memutuskan untuk memproduksi, melakukan akuisisi dan kemudian melakukan skeduling terhadap suatu program yaitu: persaingan, ketersediaan audien. (Morissan, 2011:277)

Bagian program harus memiliki misi untuk menciptakan kebiasaan (habit) menoton secara rutin dalam mendorong keberhasilan suatu program. Pengelola program televisi harus mengetahui siapa audien yang menonton televisi pada waktu-waktu tertentu. Hal ini juga penting bagi pemasang iklan. (Morissan, 2008:277-278)

Peneliti membatasi masalah pada tahapan yang dilakukan oleh produser program Dodo dan Nisa dalam perencanaan program yaitu strategi dalam perencanaan konsep program, mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing, memperhatikan ketersediaan audiens, dan menciptakan kebiasaan menonton audiens.

Disini informan semaksimal mungkin mempresentasikan perencanaan dan pengelolaan program yang mencakup konsep, kekuatan dan kelemahan pesaing, ketersediaan audiens, dan kebiasaan menonton audiens untuk mencapai keberhasilan program Dodo dan Nisa.

Dimmick dan Rohtenbuhler menungkapkan bahwa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya media memerlukan sumber penunjang hidup. Pada dasarnya, ada tiga sumber penunjang hidup media yang utama yaitu: types of content (jenis isi media), types of audience (jenis khalayak sasaran), dan capital (modal) dalam (Kriyantono, 2007:272).

(21)

Berdasarkan Dimmick dan Rohtenbuhler mengenai ekologi media, bahwa yang diperlukan oleh sebuah media dalam menunjang kehidupannya yaitu konten, khalayak sasaran, dan modal. Yang pertama yaitu konten, dimana konten merupakan faktor yang terpenting dikarenakan konten mengandung isi pesan.

Dimana pesan-pesan tersebutlah yang menunjukkan seberapa baik kualitas media tersebut. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui program yang ditayangkan di televisi. Untuk menciptakan konten, diperlukan langkah-langkah dalam menyusun konten melalui perencanaan program. Sebagaimana yang dilakukan oleh produser program Dodo dan Nisa dalam mempertahankan eksistensi programnya, ia mengutamakan konten, sasaran khalayak, dan mempertimbangkan anggaran dan pendapatan programnya.

Ide kreatif menjadi penunjang dalam pembuatan konsep untuk menonjolkan sesuatu hal yang berbeda pada sebuah program, hal tersebut dapat menjadi suatu keunggulan tersendiri dalam sebuah program. Untuk dapat mempertahankan sebuah program, ide kreatif merupakan salah satu faktor yang dapat produser ciptakan atau produser aplikasikan pada program dengan begitu, produser di harapkan mampu mengembangkan ide kreatif yang baik.

Menjaga konsep tetap pada semula saat pembuatan program memang tidaklah mudah, pasalnya program terus berjalan seiring berjalannya waktu. Setiap program di stasiun televisi seluruh Indonesia bahkan harus mengalami perubahan atau pun pergantian konsep, hal tersebut dikarenakan pengelola program mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dimana saat ini masyarakat sudah sadar akan perkembangan dan kemajuan teknologi, tentunya televisi tidak mau ditinggalkan oleh pemirsanya begitu saja

(22)

hanya karena tidak mau membuat sebuah inovasi. Olehkarenanya, konten yang disajikan pun dapat berinovasi mengikuti tren atau apapun yang disukai oleh masyarakat. Sebagai produser, hal tersebut tidak begitu mudah untuk dilakukan.

Terutama bagi produser program Dodo dan Nisa, dimana program Dodo dan Nisa ini di produksi dan ditayangkan sendiri oleh MQTV.

Berkaitan MQTV sendiri merupakan televisi lokal yang berlandaskan islami, tentu dalam setiap programnya harus mengandung nilai-nilai islami dan dakwah islam. Tidak banyak juga masyarakat yang menyukai televisi yang berlandaskan islami, dikarenakan isi kontennya yang dianggap terlalu kaku dan tidak fleksibel. Namun, pada program Dodo dan Nisa ini, produser menciptakan konsep yang berbeda.

Dikarenakan target audiens program Dodo dan Nisa yang merupakan anak- anak dibawah usia 12 tahun, tentunya produser membuat konsep dengan penyampaian pesan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan untuk disaksikan oleh anak-anak. Namun, produser tetap mengemasnya dalam bentuk dongeng yang berisikan dakwah islami. Konsep utama tetaplah sebuah cerita mengenai keseharian anak-anak yang diiringi dakwah islami, tetapi pada segmen lain, produser mengubah konsepnya dengan membuat konten yang menyenangkan bagi anak- anak.

Sebagaimana yang disampaikan oleh informan N1, yang dilakukan produser yaitu per tiga bulan setiap segmen dua dan tiga memang harus selalu berubah. Segmen pertama akan selalu di fokuskan dengan konten dongeng, segmen dua dan tiga dibuat percobaan sains atau membuat kerajinan dari bahan-bahan bekas dengan nama segemen Mari Berkreasi, dan juga sekarang itu ada segmen

(23)

Berani Tampil dengan mengajak khalayak untuk mengririmkan sebuah hafalan doa- doa atau surat-surat Al-Qur’an kepada MQTV melalui email dan akan ditayangkan di program Dodo dan Nisa pada segmen Berani Tampil.

Hal tersebut merupakan salah satu strategi produser dalam membuat sebuah inovasi terhadap konsep namun tidak mengubah dasar-dasar ketentuan perusahaan.

Dan tentunya, ketika membentuk konsep program, produser melihat bagaimana kekuatan dan kelemahan pesaing yang ada. Yang mana, produser mencari tahu adakah kesamaan pada pesaing ataukah program Dodo dan Nisa memiliki karakter khusus yang berbeda dari tayangan-tayangan anak lainnya.

Produser sendiri menangani pesaing-pesaingnya dengan cara memperkuat isi konten yang ditayangkan oleh program Dodo dan Nisa. Menurutnya, program tayangan anak yang ada di televisi lain tidak memiliki konten yang begitu baik untuk anak-anak. Karena produser program Dodo dan Nisa memang menyiapkan konten yang tidak hanya menhibur bagi anak-anak, namun memberikan informasi agar menambah wawasan anak dan tentunya mengedukasi bagi anak-anak yang menyaksikan tayangan Dodo dan Nisa.

Selanjutnya, produser juga memperhatikan ketersediaan audiens, yang mana audiens memang tersedia pada waktu manapun, namun produser harus mengetahui ketersediaan audiens dengan target program yang sesuai dan tepat.

Dimana produser harus mampu melihat pasar, siapa yang akan menonton, pada jam berapa mereka menonton. Terutama program Dodo dan Nisa ini merupakan program tayangan anak-anak, maka yang menjadi pasar adalah anak-anak.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh informan kepada peneliti mengenai ketersediaan audiens, bahwa ketersediaan audiens anak-anak ini tidak

(24)

mudah untuk di dapatkan. Maka produser memiliki strategi lain dalam mendapatkan audiens, yaitu dengan cara “menjemput bola”. Yang dimaksudkan yaitu, produser sudah menyiapkan konsep dengan memberikan konten yang sedemikian kreatif dan menarik bagi anak-anak, informatif dan edukatif. Namun, ketika audiens program Dodo dan Nisa masih saja kurang, maka produser melakukan strategi tersebut guna mendapatkan audiens.

Audiens yang belum mengetahui program ini dijemput dengan cara produser, tim produksi serta bagian marketing secara langsung memperkenalkan program ke sekolah-sekolah, bekerjasama dengan pihak sekolah yang mana produser akan mengajukan untuk mengundang anak-anak ke studio sebagai audiens yang menyaksikan dan mengikuti produksi secara langsung dan dengan kesempatan lain pihak sekolah pun dapat mempromosikan sekolahnya melalui tayangan itu.

Atau pun, dengan cara mengundang satu atau dua orang anak-anak untuk mengikuti produksi program Dodo dan Nisa pada bagian segmen berkreasi.

Strategi-strategi yang dilakukan tersebut dengan secara tidak langsung menunjukkan kepada pihak pemasang iklan atau sponsorship bahwa program ini sudah memiliki audiens (pasar), yang tentunya pemasang iklan ataupun pihak sponsorship dapat memasarkan produknya pada program Dodo dan Nisa.

Strategi-strategi yang telah dilakukan oleh produser memang mendapatkan hasil yang baik, karenanya produser mampu mengelola program tersebut hingga saat ini. Produksi program Dodo dan Nisa masih berlangsung hingga sekarang karena upaya dari produser program dalam menentukan strategi yang tepat pada pengelolaan perencanaan program Dodo dan Nisa.

(25)

Berdasarkan apa yang telah peneliti sampaikan diatas, bahwa program harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya, dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebelum menayangkan program pun produser harus mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai kekuatan dan kelemahan pesaing agar dapat merebut pasar (audiens).

Sebagaimana yang terdapat pada asumsi kedua teori ekologi media, bahwa media akan terus berubah seiring dengan pertumbuhan dan dinamisme masyarakat, akan terus berubah seiring dengan kebutuhan masyarakat. Dan sebaliknya, masyarakat pun berubah mengikuti perubahan media.

Berkaitan dengan media sendiri yang merupakan televisi lokal, memang terdapat perbedaan kuantitas dalam hal pencapaian jangkauan siaran. Dikarenakan televisi lokal hanya menyiarkan atau menayangkan dalam cangkupan wilayahnya saja, tidak terlalu luas jangkauannya. Tentunya hal tersebut mengakibatkan tidak begitu banyak audiens yang dapat diraih oleh MQTV melalui program Dodo dan Nisa ini.

Dengan begitu, strategi dalam perencanaan program yang dilakukan produser terhadap program Dodo dan Nisa in merupakan suatu cara yang baik untuk tetap mempertahankan eksistensi program Dodo dan Nisa sebagai program tayangan anak di televisi.

4.2.2 Analisa Strategi Produser dalam Produksi Program Dodo dan Nisa Program hiburan dapat diproduksi sendiri oleh stasiun televisi atau diproduksi pihak lain, misalnya rumah produksi atau production house (PH). Suatu program hiburan dihasilkan melalui proses produksi yang memerlukan banyak

(26)

peralatan, dana, dan tenaga dari berbagai profesi kreatif. Proses produksi itu sendiri terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1) tahap praproduksi atau perencanaan; 2) tahap produksi; dan 3) tahap pascaproduksi. (Morissan, 2011:309)

Peneliti membatasi masalah pada tahapan yang dilakukan oleh produser program Dodo dan Nisa dalam produksi program yaitu strategi dalam proses praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.

Produksi program Dodo dan Nisa dilakukan di studio MQTV sendiri, yang mana tujuan dari pembuatan sendiri ini yaitu untuk menghemat pengeluaran dan sebagai kelebihan tersendiri bahwa program mereka memang di produksi di studi MQTV.

Pada tahap praproduksi yang produser lakukan yaitu menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan produksi mulai dari penentuan tema cerita, properti pendukung cerita hingga peralatan yang dibutuhkan saat produksi. Sebelum dimulai, produser melakukan briefing terhadap tim produksi, yang memang SDM untuk tim produksi di MQTV ini memanfaatkan siswa-siswa sekolah kejuruan yang sedang melakukan praktek kerja.

Penyampaian cerita pada program Dodo dan Nisa ini dibuat dengan sangat menarik, menyenangkan dan mudah untuk dipahami oleh anak-anak. Bahasa yang digunakan juga menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh pemahaman anak- anak. Biasanya untuk sebuah produksi baik drama maupun non drama terdapat tahap pembuatan naskah yang mana naskah tersebut digunakan sebagai bentuk arahan atau gambaran pesan yang akan disampaikan.

Pada pembuatan cerita disini, yang membuat naskah cerita bukanlah dari pihak produser maupun tim produksi program Dodo dan Nisa melainkan yang

(27)

membuat naskahnya yaitu dari pendongeng sendiri. Ide cerita dibentuk bersama berdasarkan tema yang telah ditentukan, namun yang menjabarkan dan membentuk cerita secara keseluruhan yaitu Kak Ami sebagai pendongeng Dodo dan Nisa.

Hal tersebut dikarenakan kurangnya SDM yang ada di MQTV, pasalnya tim inti produksi program Dodo dan Nisa yang benar-benar merupakan staff karyawan MQTV hanyalah produser saja. Selebihnya, bagian kamera, lighting, bahkan penggerak boneka merupakan anak magang yang sedang melakukan praktek kerja.

Namun, pembuatan naskah cerita Dodo dan Nisa tetaplah penting untuk dilakukan maka dari itu, pembuatan naskah menjadi hal yang dilakukan setelah produksi selesai untuk diberikan kepada editor agar mempermudah saat proses editing.

Terkait peralatan produksi, produser menggunakan teknik greenscreen sebagai bagian kreatif yang ada di program Dodo dan Nisa ini. Dengan begitu, latar belakang cerita dapat dibuat sesuai dengan tema cerita saat bagian pascaproduksi oleh editor. Selain itu, peralatan yang digunakan merupakan peralatan standar produksi sebuah program yang meliputi kamera, lighting, dan audio.

Namun, disini produser mengalami sedikit kendala dalam pencahayaan.

Menurutnya, untuk produksi dengan menggunakan teknik greenscreen ini perlu pencahayaan yang kuat sehingga tidak timbul bayangan yang akan mengganggu pada saat proses editing. Dikarenakan pada proses editing, seorang editor akan mengubah latar hijau itu menjadi sebuah animasi grafis, tentunya akan sangat menganggu dan menjadi kurang bagus saat ditayangkan di televisi.

Sistem pendanaan yang dilakukan pada program Dodo dan Nisa ini produser membuat dengan seminimal mungkin pengeluaran yang ada. Seperti

(28)

pembuatan atau yang beli memang jangkanya tidak satu atau dua episode saja, tapi memang di anggarkan untuk empat episode sekaligus.

Sebagaimana yang disampaikan informan kepada peneliti mengenai anggaran untuk produksi program Dodo dan Nisa karena memang sekelas televisi lokal berbeda dengan televisi nasional, yang dalam artian produser harus bisa mencari cara bagaimana seminimal mungkin mengirit tentang budgeting. Makanya untuk program Dodo dan Nisa ini dibuat segmen kreasi dan sebagainya memang kita membuat dengan hal-hal yang simple, dan penonton di rumah juga bisa buat dengan budget yang minim namun dengan hasil yang menarik dan unik.

Seperti itulah cara yang dilakukan oleh produser dalam menghemat pengeluaran sekaligus mengajarkan kepada anak-anak untuk memanfatatkan barang bekas yang dapat di daur ulang atau dijadikan barang baru yang dapat berguna bagi mereka. Dengan membuat mainan ataupun kreasi bermafaat lainnya.

4.2.3 Analisa Strategi Produser dalam Eksekusi Program Dodo dan Nisa Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Manajer program melakukan koordinasi dengan bagian traffic dalam menentukan jadwal penayangan dan berkonsultasi dengan manajer promosi dalam mempersiapkan promo bagi program yang bersangkutan. Menentukan jadwal penayangan suatu acara ditentukan atas dasar perilaku audien, yaitu rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan untuk menonton televisi atau mendengarkan radio pada jam tertentu. (Morissan, 2011:342-343)

(29)

Peneliti membatasi masalah pada tahapan yang dilakukan oleh produser program Dodo dan Nisa dalam eksekusi program yaitu strategi dalam penayangan program dan penjadwalan program Dodo dan Nisa. Pengelola program idealnya akan berupaya agar audien dapat terus menerus menonton acara yang disiarkan oleh media penyiaran bersangkutan. (Morissan, 2011:345)

Tahap eksekusi program meliputi penjadwalan program, dimana produser memberikan rancangan penjadwalan program Dodo Nisa kepada manajer program untuk dikaji kembali dan mencari tahu apakah jadwal tayang tersebut sudah tepat atau belum. Pasalnya, pada proses ini manajer program lah yang lebih memahami bagaimana penempatan jadwal siaran yang tepat bagi sebuah program.

Bagaimana ia bertahan adalah bagaimana makhluk media tersebut mampu mencari-mendapatkan dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut. Persoalannya adalah jika sumber makanan yang ada di lingkungan tersebut terbatas, sementara makhluk hidup yang menggantungkan dirinya kepada sumber tersebut semakin banyak maka faktor kompetisi tidak terelakkan (Prasetiya, 2011:5)

Dalam penempatan jadwal program juga menentukan seberapa banyak audiens dapat diraih pada jam tersebut. Mengingat, program Dodo dan Nisa tentunya memiliki program saingan yang ditayangkan pda jam yang sama, tentunya produser serta manajer program harus memiliki strategi yang tepat untuk mendapatkan bahkan merebut audiens untuk menyaksikan tayangan Dodo dan Nisa.

Berdasarkan apa yang telah ditentukan, strategi penayangan yang diterapkan pada program Dodo dan Nisa yaitu, program ditayangkan pada pukul 07.30 hingga 08.00 pagi. Produser dan manajer program mengambil jam tayang

(30)

tersebut dengan alasan ketersediaan audiens pada jam tersebut memenuhi kriteria program.

Berbeda halnya dengan pendapat dari informan P1 mengenai penjadwalan program Dodo dan Nisa ini. Menurutnya jam tayang tersebut kurang tepat mengingat pada pagi hari kebanyakan orang sedang memulai aktifitas hariannya.

Yang sekolah, waktunya untuk berangkat sekolah dan yang kerja pun merupakan waktunya untuk pergi bekerja. Meskipun program ini ditargetkan untuk anak-anak, tetap saja waktunya dirasa kurang sesuai.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat sama dengan informan P1 bahwa penayangan program Dodo dan Nisa pada pagi hari memang dirasa kurang sesuai, terlebih lagi hari yang digunakan merupakan hari biasa dimana masyarakat sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing terutama anak-anak yang hendak berangkat ataupun sudah berangkat sekolah.

Jadwal tersebut dirasa cukup mengganggu bagi anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Pasalnya, anak-anak seringkali menjadi lebih fokus pada tayangan yang sedang mereka saksikan dibandingkan segera bergegas untuk berangkat sekolah. Ada baiknya jam tayang tersebut diubah menjadi lebih pagi lagi atau menjadi sore hari ketika anak-anak sudah pulang sekolah.

4.2.4 Analisa Strategi Produser dalam Pengawasan dan Evaluasi Program Dodo dan Nisa

Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran, departemen, dan karyawan. Kegiatan evalusi secara periodik terhadap masing-

(31)

masing individu dan departemen memungkinkan manajer umum membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. (Morissan, 2011:354)

Tingkat penjualan iklan stasiun penyiaran juga dapat diukur. Suatu analisis dapat mengungkapkan bahwa target pendapatan yang diproyeksikan sebelumnya adalah tidak realistis dan karenanya penyesuaian perlu dilakukan. (Morissan, 2011:355)

Peneliti membatasi masalah pada tahapan yang dilakukan oleh produser program Dodo dan Nisa dalam pengawasan dan evaluasi program yaitu strategi dalam mengawasi isi konten program, memastikan biaya program tidak melebihi anggaran, pengawasan terhadap hasil berupa (rating) program Dodo dan Nisa.

Pada tahapan ini memang bukan produser yang secara langsung menangani bagian pengawasan dan evaluasi. Namun, produser memiliki andil dalam melakukan pengawasan terhadap program yang ia kelola. Dengan kata lain, produser memiliki kewajiban untuk menjaga batasan-batasan program dengan ketentetuan MQTV, mengelola program dengan membuat pengeluaran program seminimal mungkin, serta mengawasi konten dan keberhasilan program Dodo dan Nisa.

Mengenai pengawasan program terhadap ketentuan perusahaan memang sudah dilakukan dengan baik oleh produser program Dodo dan Nisa, dimana ia tetap mematuhi isi konten yang sudah ditetapkan yaitu mengandung nilai dakwah islami. Serta pengeluaran yang ada pada saat produksi program Dodo dan Nisa sudah dikontrol dengan baik, produser memiliki cara tersendiri dalam meminimalisir budget program saat produksi, yaitu pada saat pembuatan atau pembelian properti pendukung produksi.

(32)

Ia meminimalisirnya dengan cara membuat properti menggunakan bahan- bahan yang ramah lingkungan dan mudah di dapatkan. Sehingga, dengan secara tidak langsung tayangan Dodo dan Nisa mengajarkan kepada anak-anak untuk kreatif dan mampu memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang lebih menarik dan berguna lagi.

Mengenai pengawasan keberhasilan program, di MQTV sendiri tidak menggunakan lembaga survey untuk mendapatkan hasil rating tersebut.

Dikarenakan MQTV merupakan televisi lokal, dan menurut mereka menggunakan lembaga survey untuk mendapatkan rating cukup memakan biaya yang tidak sedikit. Sehingga produser program Dodo dan Nisa khusunya, memiliki strategi tersendiri untuk mengetahui seberapa banyak khalayak yang menyaksikan program tayangan Dodo dan Nisa (rating).

Sebagaimana yang disampaikan produser pada saat wawancara dengan peneliti bahwa cara yang ia gunakan yaitu dengan mendapatkan feedback. Yaitu, dengan melalui segmen dimana anak-anak ataupun orangtua mereka bisa mengirimkan video anaknya mengenai hafalan doa-doa, surat Al-Qur’an, menampilkan lagu anak-anak atau lagu nasyid yang kemudian mereka kirimkan ke email Dodo dan Nisa untuk ditayangkan juga di program Dodo dan Nisa, sehingga

produser mengetahui seberapa banyak feedback dari masyarakat yang menonton program Dodo dan Nisa.

Evaluasi dilakukan ketika terdapat suatu kendala atau hambatan pada program Dodo dan Nisa dan ketika produksi selesai dilakukan. Evaluasi yang dilakukan ketika produksi telah selesai, produser mengumpulkan semua kru dan pembawa cerita untuk mengetahui adakah kesulitan yang terjadi pada saat produksi

(33)

berlangsung, atau mungkin ada masukan untuk produksi yang akan dilakukan di waktu mendatang.

Untuk evaluasi lainnya, seperti evaluasi manajemen untuk melihat progress keberhasilan sebuah program. Evaluasi ini dilakukan per tiga bulan, karena berdasarkan apa yang informan sampaikan bahwa setiap per tiga bulan dilaksanakan karena memang program ini selama per tiga bulan sudah matang.

Dalam setiap waktu tiga bulan produser melihat kembali adakah sponsor yang tertarik pada program Dodo dan Nisa atau tidak, apakah ada sponsor yang keluar atau justru ada sponsor baru yang akan mensponsori program ini.

Ketika hasil yang didapatkan produser yaitu sponsor menjadi semakin banyak berarti progress program Dodo dan Nisa bagus dan mengalami kemajuan.

Dan jikalau mengalami penurunan jumlah penonton seehingga mempengaruhi dan mengurangi pendapatan dari sponsorship maka produser melakukan evaluasi untuk berdiskusi kembali merubah jam tayang atau konsep. Namun, dalam hal konsep produser hanya akan megubahnya menjadi lebih menarik lagi.

(34)

Bagan 4.1

Kerangka Hasil Penelitian

STRATEGI PRODUSER DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI PROGRAM TAYANGAN ANAK DI TELEVISI LOKAL

STUDI DESKRIPTIF

PERENCANAAN PROGRAM

PRODUKSI PROGRAM

EKSEKUSI PROGRAM

PENGAWASAN DAN EVALUASI PROGRAM

Konsep yang kreatif dan inovatif

Menangani persaingan dengan menonjolkan keunikan konten

Menciptakan kebiasaan menonton bagi anak-anak

Ide cerita yang menarik

Penyampaian pesan yang mudah dipahami anak-anak

Kurangnya SDM produksi

Pembuatan properti yang juga mengedukasi anak untuk kreatif

Penjadwalan pogram : Jam tayang program yang tidak begitu menguntungkan

Strategi penayangan : Cukup berhasil menarik audiens namun kurang dalam menciptakan ketertarikan pemasang iklan

Pengawsan konten program dengan tepat

Produser mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin

Mengetahui keberhasilan program (rating) dengan feedback

TEORI EKOLOGI MEDIA

Sumber : Hasil olahan Data Peneliti

(35)

Berdasarkan kerangka hasil penelitian diatas, peneliti menjelaskan bahwa strategi produser dalam mempertahankan eksistensi program tayangan anak yang dijadikan sebagai fokus penelitian, dimana dari fokus tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan produser pada pengelolaan program Dodo dan Nisa sebagai program tayangan anak. Yang mana pada pengelolaan program terdiri dari empat bagian yaitu, perencanaan program, produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program.

Peneliti menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan para informan yaitu, pada perencanaan program produser mengkonsepkan program semenarik mungkin bagi anak-anak, dengan mengikuti kebutuhan pasar produser membuat konsep yang inovatif dari bulan ke bulan demi memenuhi kebutuhan informasi, edukasi dan hiburan bagi khalayak.

Selain itu, untuk mempertahankan eksistensi sebuah program, produser program Dodo dan Nisa juga mencari tahu mengenai kekuatan dan kelemahan pesaing, dengan tujuan hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pembuatan konsep program. Yang mana, konsep yang berbeda tentu akan memberikan kesan yang menarik bagi khalayak. Hal tersebut juga tentu dapat menarik perhatian audiens dan menyaksikan program Dodo dan Nisa, dikarenakan program ini dirasa telah memberikan tayangan yang sesuai dengan kebutuhan audiens dan sesuai dengan kategori usia yang ditargetkan.

Dengan begitu, ketersediaan audiens dapat diketahui dan proudser dapat mengetahui bagaimana untuk mendapatkan audiens lebih baik lagi. Bahkan produser memiliki cara tersendiri untuk menarik perhatian audiens agar menonton tayangan Dodo dan Nisa.

(36)

Produksi yang dilakukan produser sudah sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan perushaan dan standar produksi. Olehkarenanya, hasil produksi yang didapat selalu memuaskan dan sesuai dengan apa yang direncanakan pada saat pra- produksi. Hingga pada proses editing pun tidak mengalami kendala yang cukup riskan jika program Dodo dan Nisa ditayangkan.

Penayangan yang dilakukan memang kurang nyaman untuk disaksikan oleh anak-anak yang sudah bersekolah namun, pada jadwal jam tayang tersebut masih memungkinkan program Dodo dan Nisa mendapatkan audiens. Dikarenakan, dengan segmentasi anak-anak cakupannya cukup luas, meski sebagian anak-anak sudah berangkat sekolah namun, anak-anak yang masih pra-sekolah pun masih dapat menyaksikannya sebelum berangkat sekolah.

Pengawasan dan evaluasi program Dodo dan Nisa dilakukan dengan tahapan yang sesuai dengan P3SPS, dan program yang dikelola oleh informan sebagai produser ini selalu mentaati ketentuan-ketentuan perusahaan. Konsep yang dibuat meski berinovasi namun tetap mengandung nilai-nilai dakwah islami, yang mana hal tersebut menjadi hal unggulan program Dodo dan Nisa ini.

Menurut apa yang ada pada teori ekologi media bahwa, sebagai institusi bisnis, media massa sangat membutuhkan sarana penunjang kehidupannya.

Kebutuhan dapat dipenuhi melalui penjualan produk periklanan dan berbagai pemasukan ekonomis lainnya. Disi lain, media massa menjalin hubungan dengan khalayak yang menguntungkan dikedua belah pihak. Jalinan hubungan ekologis tersebut media massa senantiasa terus berbuat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayak, sehingga khalayak juga mengkonsumsi produk media massa, mengakibatkan eksistensi media massa terpelihara.

(37)

Mengingat, MQTV sendiri merupakan televisi lokal berlandaskan Islami, maka hal tersebut menjadi suatu tantangan yang tidak mudah bagi media massa itu sendiri dalam membuat masyarakat tertarik untuk menyaksikan program-program tayangan yang disajikan oleh MQTV. Oleh karenanya, bagi peneliti, strategi yang digunakan oleh produser program Dodo dan Nisa dimulai dari perencanaan program, produksi program, eksekusi program hingga pengawasan dan evaluasi program sejauh ini berhasil membuat audiens tertarik dan menyaksikan tayangan Dodo dan Nisa.

Selain itu juga program ini cukup mampu menarik minat para pemasang iklan, yang mana hal tersebut dapat membantu dalam memberikan pendapatan lebih pada program tersebut sehingga program Dodo dan Nisa hingga kini masih di produksi dan terus berjalan. Tentunya, program Dodo dan Nisa juga hingga saat ini masih dapat disaksikan di televisi pada stasiun MQTV yang merupakan televisi lokal di Bandung.

Oleh karenanya, berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah peneliti paparkan sebelumnya di atas, dapat di simpulkan bahwa produser program Dodo dan Nisa dapat mempertahankan eksistensi program tayangan anak tersebut dengan menggunakan strategi-strategi yang produser tersebut lakukan. Sejauh strategi tersebut dapat memberikan hasil yang baik, maka eksistensi program tayangan anak yang berkualitas ini akan tetap dapat ditemukan pada televisi lokal tersebut.

Gambar

Tabel 4.3  Temuan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Then, positive discourse analysis purposes by Martin (2004) and contextual analysis were used to describe how the social change represented in both

Our macroeconomic policy needs to encompass and provide solutions on how best we coordinate to synergize our policies on structural reforms in the real sector to develop new sources of