• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum obyek penelitian

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tetang gambaran umum obyek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu”UPAYA MENINGKATKAN KESIAPAN AWAK KAPAL MENGHADAPI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DI KMP. GILI IYANG”.Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini pembaca dapat memahami tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas KMP. Gili Iyang.

KMP.Gili Iyang adalah sebuah kapal ro-ro yang di kelolah oleh PT. ASDP Indonesia Ferry salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkantor di Jalan Kalimas BaruNo. 194 A, Perak Utara, Pabean Cantian, Kota Surabaya, Jawa Timur, 60165. Berikut data-data KMP.Gili Iyang : 1. Call Sign : Juliet Zulu Romeo Charlie (JZRC) 2. Port Of Registry : Surabaya

3. IMO : No.9717565

4. Dead Weight Tonnage (DWT) : 1109 Ton 5. Panjang Kapal : 56.02 Meter 6. Lebar Kapal : 14 Meter

7. Draft : 2.70 Meter

(2)

Dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian taruna yaitu diatas kapalKMP.Gili Iyang, perusahaan PT.ASDP Indonesia Ferry, jenis kapal Ro-ro.

Gambar 4.1. Kapal KMP.Gili Iyang

Sumber : Gambar Kapal KMP. Gili Iyang B. Hasil penelitian

1. Penyajian Data

a. Hasil Observasi Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat Kebakaran di KMP.Gili Iyang

Berikut adalah data jadwal rencana dan pelaksanaan latihan kebakaran di kapal KMP.Gili Iyang selama 1 tahun, terhitung mulai agustus 2018 sampai dengan agustus 2019. Data tersebut diambil dari kapal sebagai data dukung karya tulis ilmiah ini. Sesuai dengan jadwal disebutkan bahwa latihan dilaksanakan dua kali dalam sebulan di minggu kedua dan minggu keempat. Untuk data jadwal utuhnya sudah dilampirkan di halaman belakang karya tulis ilmiah ini.

(3)

Tabel 4.1. Jadwal rencana dan pelaksanaan latihan

NO JENIS KEADAAN DARURAT

BULAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

KECELAKAAN KAPAL :

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 12 1 2 1 2 1 2

1 Kebakaran Per bulan 2x

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Meninggal kan kapal

Per bulan 2x

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Sumber : Buku Pedoman keselamatan (smk) PT.ASDP Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu yang mampu mengintegrasikan aktivitas atau upaya.

Penanggulangan keadaan darurat tersebut secara cepat, tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia.Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan latihan keadaan darurat dikapal.Nakhoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus lakukan pada keadaan darurat yang bermacam- macam, misalnya kebakaran di ruang penumpang, kamar mesin, kamar A.B.K dan ditempat-tempat yang rawan terjadi kebakaran.

Latihan diatas kapal adalah metode yang paling efektif dan merupakan salah satu tugas nakhoda untuk memastikan bahwa pengetahuan dan pengalaman dapat diperoleh dan bisa di praktekkan langsung ketika keadaan darurat kebakaran itu terjadi.

(4)

4.2. Rencana dan realisasi kegiatan latihan kebakaran KMP.Gili Iyang

No Jadwal Rencana Realisasi

Ya Tidak 1.

Dilaksanakan Per bulan 2x

Abk yang melihat kebakaran melapor kepada

petugas jaga.

2. Petugas jaga melapor bahwa terjadi kebakaran kepada nakhoda

3. Nakhoda membunyikan alarm kebakaran

4. Memberitahukan lokasi kebakaran kepada seluruh awak kapal

5. Memerintahkan untuk menanggulangi sesuai

dengan sijil

6. Komunikasi kejadian ke DPA cabang/pusat

7. Jika kerusakan tidak fatal, nakhoda melanjutkan

pelayaran

8. Menghubungi SAR atau pertolongan yang lain

9. Menentukan posisi posisi saat kebakaran di log

book

10. Juru mudi jaga siap di anjungan

11. Markonis menyiapkan peralatan komunikasi

12. Menyiapkan surat-surat kapal

13. Menyiapkan HT untuk regu pengendali kejadian 14. Memberitahu penumpang tentang kebakaran yang

terjadi melalui public addressor

15. Menyiapkan dan menghidupkan pompa pemadam

kebakaran di kamar mesin

16. Menyiapkan dan menghidupkan pompa bilga di

kamar mesin

17. Menyiapkan peralatan breathing apparatus/alat

bantu pernafasan

18. Menyiapkan peralatan p3k

19. Melaksanakann pemadaman sesuai sijil dan

memfokuskan ke titik api

20. Jika terjadi kebakaran di kamar mesin . pintu

darurat segera di tutup

21. Jika di kamar mesin ada instalasi CO2 , pastikan

tidak ada orang di kamar mesin

Sumber : KMP.Gili Iyang

Apabila terjadi kebakaran diatas kapal, maka setiap orang yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan. Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat diatasi dengan alat – alat pemadam portabel dan dipandang perlu untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran

(5)

tetap serta peran seluruh awak kapal, maka atas persetujuan nakhoda akan memberitahukan kepada seluruh awak kapal bahwa sedang terjadi kebakaran diatas kapal. Maka dari itu pengetahuan awak kapal mengenai jenis – jenis alat pemadam api sangat dibutuhkan, awak kapal yang tanggap dan sigap akan mampu memadamkan api dengan cepat dan dapat mengurangi resiko kerugian harta,benda bahkan nyawa.

Berikut adalah daftar inventaris alat pemadam api yang ada di kapal KMP.Gili Iyang.

4.3 Tabel inventaris alat pemadam api KMP.Gili Iyang No Jenis Alat Jumlah Lokasi Aset 1. Tabung pemadam kebakaran

Dry Powder 5 Semua ruangan

CO2 9 Kamar Mesin

Foam 20 Semua ruangan

2. Fire alarm 13 Semua ruangan

3. Fire pump 1 Gudang buritan kanan

4. Springkler 43 Semua ruangan

5. Fire detector 35 Semua ruangan

6. Baju pemadam 2 Anjungan

7. Selang pemadam dan hidran 6 Cardeck, tangga kanan/kiri Sumber : KMP.Gili Iyang

b. Hasil Wawancara

Adapun hasil wawancara yang di dapat adalah tentang upaya meningkatkan kesiapan awak kapal menghadapi keadaan darurat kebakaran diatas kapal KMP.Gili Iyang.

(6)

Tabel 4.4. Tabel Wawancara No Pertanyaan

Jawaban

Subjek – 1 Subjek – 2 1 Apakah kesiapan awak

kapal itu menurut anda?

Adalah tindakan dengan sigap yang harus dilakukan bila terjadi keadaan darurat.

Adalah tindakan yang harus dilakukan dengan cepat dan efisisien bila terjadi

keadaan darurat.

2 Apakah di kapal ini sudah menerapakan ISM CODE tentang kesiapan awak kapal menghadapi keadaan darurat ?

Sudah, karena setiap latihan keadaan darurat kita menerapkan sistem menejemen keselamatan (smk) sesuai dengan ISM Code yang berjalan

Sepertinya sudah, karena saya masih belum memahami betul, mungkin setelah ini saya akan membaca bukunya agar lebih paham.

3 Apakah sering dilakukan latihan keadaan darurat di kapal ini ?

Latihan dilaksanakan sebulan dua kali , namun biasanya yang kedua hanya laporan evaluasi saja karena menyesuaikan dengan jumlah personil yang ada diatas kapal.

Namun dalam satu bulan harus melakukan letihan setidaknya satu kali.

Sepengetahuan saya satu kali dalam satu bulan, soalnya saya belum pernah latihan lebih dari satu kali untuk kebakaran itu.

4. Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk melatih kesiapan dan kemampuan awak kapal?

Melakukan latihan keadaan darurat harus dengan sungguh-

sungguh,memberi kan pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab.

Melaksanakan latihan keadaan darurat,

memberikan arahan tentang penggunaan alat pemadam kebakaran.

(7)

5. Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran?

Latihan rutin, perawatan alat keselamatan,tidak membuang puntung rokok sembarangan.

Tidak melakukan tindakan yang menimbulkan api.

6. Apakah di kapal ini pernah terjadi kebakaran?

Tidak pernah Selama saya disini tidak pernah, kebetulan saya juga baru satu tahun di kapal ini.

7. Apakah awak kapal mengetahui jenis alat pemadam kebakaran yang harus digunakan?

Seharusnya sudah tahu , karena sering dijelaskan saat latihan.

Saya tahu, Cuma terkadang suka lupa juga

8. Apakah awak kapal mengetahui teknik/cara pemadaman api yang benar?

Seharusnya mereka tahu karena sering dilakukan latihan.

Saya sendiri masih belum paham betul

9. Apakah awak kapal mengetahui tugas-tugas nya saat terjadi keadaan darurat kebakaran diatas kapal?

Seharusnya mereka tahu karena setiap akan melaksanakan latihan, awak kapal diarahkan untuk membaca dan memahami terlebih dahulu tugas dan tanggung

jawabnya masing- masing yang ada di sijil

Saya kira tidak semuanya paham betul tentang tugas dan tanggung

jawabnya, karena saat diberikan arahan juga masih banyak yang ngobrol.

Sumber : Observasi oleh penulis

Penulis melakukan wawancara dengan salah satu perwira yang ada di KMP.Gili Iyang dan juru mudi. Perwira tersebut adalah mualim III yang peran dan tugasnya sebagai pemelihara semua peralatan keselamatan diatas kapal. Narasumber kedua yaitu seorang juru mudi kapal tersebut.

(8)

2. Analisis data

Dari data yang didapatkan penulis di KMP.Gili Iyang dapat di analisa bahwa :

a. Pelaksanaan latihan keadaan darurat kebakaran belum sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan

Di dalam buku pedoman keselamatan (smk) PT.ASDP Indonesia Ferry sudah dilampirkan jadwal latihan penanganan keadaan darurat di kapal sesuai dengan KKL-105.00.01. Di dalam jadwal tersebut dijelaskan bahwa latihan kebakaran dilaksanakan dua kali dalam satu bulan. Dan disepakati latihan dilakukan setiap minggu kedua dan minggu keempat disetiap bulannya. Jika dihitung dari taruni naik ke kapal KMP.Gili Iyang dari tanggal 03 agustus 2018 sampai dengan selesai praktek yaitu tanggal 06 agustus 2019, maka taruni akan melaksanakan latihan kebakaran sebanyak 24 kali karena taruni melaksanakan praktek selama 1 tahun atau 12 bulan. Namun pada kenyataannya latihan hanya dilakukan 15 kali saja, bisa dikatakan setiap bulan hanya dilakukan satu kali latihan dan hanya 3 bulan saja yang dilaksanakan 2 kali.

Di minggu kedua melaksanakan latihan sesuai dengan jadwal, namun diminggu keempat tidak melaksanakan latihan melainkan hanya membuat laporannya saja. Menurut pengamatan taruni selama berada diatas kapal mengapa hal itu bisa terjadi, salah satu penyebabnya adalah kurangnya koordinasi dari perwira kepada awak kapal perihal jadwal pelaksanaan latihan keadaan darurat.

(9)

Jadi ketika kapal sandar, awak kapal yang rumahnya di daerah dekat pelabuhan mereka segera pulang ke rumah masing-masing.

Dan ketika taruni mewawancarai salah seorang perwira mengapa di kapal ini latihan keadaan darurat belum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan dari kantor, jawaban dari perwira tersebut adalah karena banyaknya awak kapal yang rumahnya dekat dengan pelabuhan saat kapal sandar, mereka langsung pulang. Jadi atas persetujuan nakhoda dalam satu bulan harus melaksanakan latihan kebakaran walaupun hanya satu kali dan belum sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh kantor karena menyesuaikan dengan jumlah awak kapal yang berada diatas kapal.

Menurut perwira tersebut latihan tidak mungkin dilaksanakan dengan jumlah awak kapal yang terbatas. Karena tidak mungkin bila satu awak kapal malaksanakan 2 tugas dalam skenario latihan tersebut.

Namun untuk menyiasati kurangnya intensitas latihan keadaan darurat kebakaran di kapal KMP.Gili Iyang, pada saat ada kesempatan, nakhoda selalu mengadakan rapat evaluasi atau safety meeting untuk membahas mengenai kedisiplinan yang harus dimiliki setiap awak kapal termasuk untuk melaksanakan latihan kebakaran, gambaran umum tentang penggunaan alat pemadam kebakaran, serta tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan awak kapal pada saat terjadi keadaan darurat kebakaran diatas kapal.

(10)

b. Realisasi kegiatan latihan kebakaran KMP.Gili Iyang sesuai SOP (Standart Operational Procedure).

Dari data yang diperoleh taruni dari kapal terdapat beberapa poin rencana latihan yang terealisasikan dan ada juga yang tidak dilaksanakan. Seperti abk yang melihat kebakaran melapor kepada petugas jaga, nakhoda membunyikan alarm kebakaran dan orang mesin menyiapkan dan menghidupkan pompa bilga di kamar mesin, dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan arahan dan prosedur yang ada.

Pada poin yang tidak dapat direalisasikan atau dilaksanakan adalah :

1) komunikasi kejadian ke DPA (Designated Person Ashore) atau orang yang ditunjuk di darat.

Kenapa pada poin ini tidak dilaksanakan, menurut salah satu perwira karena pihak yang di darat atau yang ditunjuk sebagai DPA tersebut sulit dihubungi dan jarang berkunjung ke kapal, jika pihak kapal ingin berkoordinasi mengenai latihan keadaan darurat memang agak sulit, makanya tidak dilakukan di kapal ini.

Seharusnya tidak seperti ini, karena tugas DPA sendiri sudah dijelaskan secara rinci mengenai apa saja yang harus dilakukan. Tugas tersebut dicantumkan didalam buku pedoman keselamatan(smk) poin 7.9.Latihan penanganan keadaan darurat.

(11)

2) Jika kerusakan yang terjadi akibat kebakaran diatas kapal tidak fatal dan masih memungkinkan untuk meneruskan pelayaran, nakhoda segera melanjutkan pelayaran.

Menurut perwira di kapal ini kenapa hal itu tidak dilakukan karena setiap melakukan latihan keadaan darurat kapal dalam posisi sandar, jadi hal itu tidak perlu dilakukan.

3) Menghubungi SAR atau pertolongan yang lain.

Dalam poin ini tidak dilakukan karena menurut perwira tersebut skenario latihan yang dibuat tidak pernah melibatkan SAR didalamnya, karena skenario latihan selalu dibuat api berhasil dipadamkan atau membuat skenario dengan kasus kebakaran kecil yang dapat ditangani sendiri oleh awak kapal.

c. Kesesuaian Inventaris alat pemadam kebakaran KMP.Gili Iyang dengan SOLAS 1974 Chapter II – 2(Construction –Fire Protection, fire detection and fire extinction) Regulation 10 (Fire Fighting)

Tabel 4.5. Standar dan realita inventaris alat pemadam kebakaran sesuai dengan SOLAS

No. Jenis Alat Jumlah sesuai SOLAS Reg.10

Jumlah yang ada diatas kapal 1. Fire pumps (pompa

pemadam)

Kapal dengan GT kurang dari 4000 ton

setidaknya ada 2

Di kapa teruni fire pump hanya ada 1 terdapat di

gudang buritan kanan.

2. Selang pemadam Dikapal

penumpang harus ada setidaknya 1 selang pemadam untuk masing- masing hidran.

Dikapal taruni ada 6 masing- masing disetiap hidran, namun ada 1 selang yang rusak (bocor).

3. Pemadam api Kapal dengan Di kapal taruni

(12)

portabel GT 1000 keatas harus membawa setidaknya 5 alat pemadam api portabel.

terdapat 34 unit pemadam api portabel, dalam kondisi baik.

4. Sprinkler, fire detector detector, fire alarm.

Kapal

penumpang yang mengangkut lebih dari 36 penumpang harus dilengkapi

dengan sprinkler otomatis,deteksi kebakaran dan sistem alarm yang disetujui lainnya.

Dikapal taruni sudah dilengkapi disetiap ruangan.

5. ISC (International Shore Connection)

Di kapal penumpang dengan GT 500 keatas setidaknya 1 ISC tersedia.

Di kapal taruni terdapat 2, di sisi kanan dan kiri cardeck.

6. Pakaian pemadam kebakaran

Kapal harus membawa setidaknya 2 pakaian pemadam kebakaran.

Dikapal taruni terdapat 2 pakaian pemadam

kebakaran yang keduanya disimpan di anjungan.

Sumber : KMP.Gili Iyang

Kelengkapan alat keselamatan diatas kapal sangat penting sebagai alat utama pada saat keadaan darurat terjadi. Jika ada kekurangan atau kerusakan pihak kapal seharusnya segera membuat laporan permintaan atau kerusakan kepada pihak kantor agar segera diproses.

Ada beberapa ketidaksesuaian yang ditemukan pada inentaris alat keselamatan di KMP.Gili Iyang :

(13)

1. Fire Pumps

Didalam SOLAS dijelaskan bahwa dikapal dengan GT kurang dari 4000 ton setidaknya ada 2 fire pump, namun dikapal taruni fire pump hanya terdapat 1 unit saja.

Sedangkan kapal tempat taruni praktek mempunyai GT.1029 ton yang seharusnya dilengkapi 2 unit fire pump sesuai dengan peraturan tersebut. Dari hal ini sudah membuktikan adanya ketidak sesuaian dan harus segera diberitahukan kepada pihak kantor untuk segera dilengkapi sesuai dengan aturan tersebut.

Karena fungsi fire pump juga sangat dibutuhkan bila kebakaran terjadi, meskipun masih bisa menggunakan pemadam api portabel dan yang lainya. Setidaknya kita bisa mengurangi resiko kerugian dengan alat yang memadai dan kita juga harus mengikuti aturan yang sifatnya mutlak.

2. Selang Pemadam

Didalam SOLAS disebutkan bahwa di kapal penumpang harus ada setidaknya 1 selang kebakaran untuk masing hidran. Di kapal taruni terdapat 6 selang pemadam sesuai dengan jumlah hidran, namun ada 1 dalam kondisi rusak (bocor). Menurut perwira yang ada dikapal taruni sudah dibuatkan laporan permintaan untuk perbaikan/penggantian selang dengan yang baru kepada pihak kantor dan masih menunggu barang dikirim.

(14)

Untuk alat-alat pemadam yang lain sudah sesuai dengan aturan yang ditentukan. Diharapkan dengan kelengkapan berbagai jenis alat pemadam kebakaran dapat menjamin keselamatan pelayaran KMP.Gili Iyang.

d. Kejadian yang terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab awak kapal

Beberapa awak kapal belum memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam latihan keadaan darurat kebakaran. Sehingga ketika latihan berlangsung awak kapal masih bingung dan kurang siap karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukanya saat latihan tersebut. Sehingga menghambat jalannya latihan. Bahkan lebih fatal lagi jika terjadi cidera yang serius pada awak kapal jika tidak tahu prosedur yang benar.

Pada tanggal 14 Agustus 2018 kapal KMP.Gili Iyang sandar di dermaga Pulau Bawean. Pukul 15.30 WIB nakhoda memerintahkan Mualim I untuk memberitahukan kepada seluruh awak kapal untuk segera berkumpul di muster station karena akan di adakan latihan kebakaran . Sebelum latihan dimulai Mualim I meminta tolong kepada Mualim III untuk mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan antara lain baju tahan api, breathing apparatus dan portable fire extinguisher.Tugas saya sebagai kadet yang pada saat itu baru mengikuti latihan untuk pertama kali, saya diberi tugas yaitu membantu mualim III mempersiapkan peralatan tersebut. Saat seluruh awak kapal sudah berkumpul di muster

(15)

station,Nahkoda memberi pengarahan tentang tugas dan tanggung jawab setiap awak kapal bila terjadi keadaan darurat kebakaran.

Namun pada saat diberikan arahan ada beberapa awak kapal yang tidak begitu memperhatikan malah asik berbicara sendiri dengan awak kapal disebelahnya. Akibatnya ketika sedang dilakukan latihan bosun yang seharusnya tugasnya di dalam sijil adalah menyiapkan baju tahan api dan breathing apparatus namun kenyataannya dia malah bingung tidak tahu apa yang harus dia kerjakan saat itu. Sehingga dia bertanya kepada abk yang lain dan yang mengejutkan abk tersebut juga tidak tahu apa tugas yang harus dilakukan bosun. Karena latihan tidak berjalan sesuai rencana Nakhoda menghentikan latihan tersebut dan langsung mengadakan evaluasi dari kejadian hari itu.

Dari kejadian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud dan tujuan diadakannya pengarahan sebelum pelaksanaan latihanyaitu untuk memastikan bahwa seluruh awak kapal mengetahui tugasnya sesuai dengan sijil keadaan darurat, jika ada sebagian atau beberapa anggota tim keadaan darurat yang lupa dan tidak mengetahui apa yang menjadi tugasnya dalam pelaksanaan latihan keadaan darurat tersebut, selanjutnya komandan tim harus membacakan ulang tugas masing-masing anggota tim atau awak kapal. Jadi , seharusnya awak kapal yang diberikan arahan oleh nakhoda harus benar – benar memperhatikan sehingga saat latihan berlangsung awak kapal akan dengan sigap melaksanakan tugasnya

(16)

tanpa harus bertanya kesana kemari dan latihan bisa berjalan dengan normal serta bisa selesai tepat waktu.

e. Hasil wawancara dengan Mualim III dan Juru Mudi

Penulis menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan kebakaran kepada kedua narasumber. Mualim III sebagai narasumber pertama yang tugasnya adalah sebagai perwira alat – alat keselamatan diatas kapal mampu menjelaskan dengan baik.

Mualim mampu mayakinkan bahwa awak kapalnya dapat dengan lancar menjelaskan apa saja yang diketahui tentang kebakaran,alat yang digunakan,serta tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukannya. Karena menurut mualim, setiap sebelum melaksanakan selalu diberikan pengarahan terlebih dahulu.

Menurut pengamatan pennulis juga, mualim tersebut sudah menjalankan tugasnya dengan benar. Ketikaatasan melakukan sesuatu dengan benar maka bawahan pun akan melihat dan akan mengikuti. Sehingga seluruh awak kapal memiliki pengetahuan yang baik seperti yang dimiliki mualimnya.

Namun berbeda dengan jawaban jurumudi, ada beberapa hal yang masih menimbulkan keraguan. Seperti saat ditanya tentang ISM Code, juru mudi tersebut menerangkan bahwa masih belum paham mengenai apa saja yang dijelaskan didalam ISM Code. Bukan hanya tentang ISM Code, juru mudi juga menjelaskan bahwa masih belum bisa membedakan jenis – jenis alat pemadam kebakaran dan teknik penggunaanya meskipun sudah sering

(17)

dijelaskan oleh mualim setiap sebelum diadakan latihan keadaan darurat diatas kapal.

Pengetahuan mengenai tugas dan tanggung jawab juga masih minim dimiliki oleh setiap awak kapal, juru mudi menjelaskan bahwa memang tidak semua awak kapal tidak tahu mengenai tugasnya. Ada beberapa awak kapal yang ketika diberikan pengarahan oleh mualim tidak memperhatikan, mereka asik mengobrol. Mereka menyepelekan dan menganggap bahwa hanya sekedar latihan semata. Dan hasilnya ketika dilakukan latihan mereka bingung apa yang harus dikerjakan, hal tersebut dapat membahayakan bila terjadi kebakaran yang sesungguhnya.

Karena bukannya dapat mengurangi, malah memperbesar kerugian dan membahayakan jiwa yang lain. Apalagi jenis kapal ini juga membawa muatan penumpang, keselamatan penumpang harus diperhatikan dalam setiap pelayaran.

C. Pembahasan

Kebakaran merupakan salah satu ancaman yang berbahaya dan dapat mengakibatkan korban jiwa jika tidak melakukan upaya yang tepat dalam mencegahnya. Hal inilah yang menjadi dasar dibuatnya jadwal latihan dengan intensitas dua kali dalam satu bulan. Kesadaran akan pentingnya pencegahan kebakaran dan penanggulangan dini terhadap bahaya kebakaran, dirasa sangat kurang khususnya untuk awak kapal KMP.Gili Iyang. Sehingga masih seringkali setiap saat diadakan latihan tidak disiplin ketika diberikan pengarahan, mereka mengobrol sendiri

(18)

tanpa mendengarkan arahan yang sedang diberikan nakhoda atau mualimnya. Untuk mencegah terjadinya kebakaran dan mengurangi dampak yang ditimbulkannya, diperlukan tingkat pengetahuan tentang api yang memadai.

Karena itu latihan kebakaran sesuai dengan prosedur sangatlah dibutuhkan. Banyak faktor yang bisa mempercepat terjadinya bahaya kebakaran. Antara lain :

1. Adanya bahan yang mudah terbakar (bahan baku)

2. Adanya bahan yang menunjang kebakaran (oksigen dan Udara) 3. Kanaikan suhu sampai titik menyala atau flash poin.

faktor – faktor tersebut kadang – kadang kurang diperhatikan oleh kebanyakan awak kapal, padahal upaya pencegahan kebakaran lebih mudah dan murah, dibandingkan upaya penanggulangannya.

Manfaat latihan :

1. Awak kapal akan memahami pentingnya upaya pencegahan kebakaran melebihi upaya penanggulangannya

2. Mengerti bagaimana kebakaran terjadi, penjalarannya, dan bagaimana cara memadamkannya.

3. Memberikan kesadaran tentang pentingnya meningkatkan perilaku keseharian dalam pencegahan kebakaran.

4. Mengenal beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran.

5. Mengantisipasi dan mengurangi kerugian akibat kebakaran, dengan membentuk organisasi peran kebakaran.

(19)

Latihan keadaan darurat kebakaran dapat memberikan suatu reaksi dan aksi yang tepat pada awak kapal untuk sigap jika mendengar bunyi alarm kebakaran dan apabila terjadi kebakaran sewaktu-waktu bisa melakukan tindakan penyelamatan dengan cepat. Penyelamatan disini ada tiga macam yaitu menyelamatkan kapal, menyelamatkan diri dan juga menyelamatkan muatan. Dari ketiga bentuk penyelamatan penulis dapat menguraikan penyelamatan sebagai berikut:

a. Penyelamatan kapal

Kita ketahui bahwa suatu kapal mempunyai harga jual yang sangat tinggi maka dari itu segala bentuk penyelamatan harus dilakukan guna menyelamatkan kapal jika memungkinkan.Termasuk penyelamatan kapal terhadap bahaya kebakaran.Maka dari itu peranan latihan kebakaran dan alat pemadam sangat besar dalam menyelamatkan kapal. Jika crew sudah terbiasa latihan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan sijil kebakaran maka mereka sudah paham betulakan tugasnya. Jadi mereka sudah siap jika terjadi kejadian apapun seperti kebakaran bila terjadi diatas kapal.

b. Menyelamatkan Muatan

Dengan adanya latihan keadaan darurat kebakaran kita dapat segera melakukan tindakan pemadaman dimana kebakaran itu terjadi.Misalnya dilokasi tersebut terjadi kebakaran dan terdapat muatan seperti cargo atau barang-barang maka kita dapat memindahkan barang-barang tersebut jauh dari lokasi kebakaran sambil kita memadamkan kebakaran tersebut.Jika pemadaman sukses

(20)

maka barang yang dipindahkan tadi tidak ikut terbakar.Hal inilah yang mengartikan juga bahwa latihan kebakaran sangatlah mendukung dalam keselamatan, termasuk keselamatan kapal, dan muatan.

c. Menyelamatkan Jiwa Manusia

Latihan tanggap darurat kebakaran selain dapat meyelamatkan kapal, muatan juga dapat menyelamatkan jiwa manusia.Jika latihan dilaksanakan rutin, dan para awak kapal benar-benar memahami tugas dan tanggung jawabnya sesuai sijil kebakaran maka bila ada korban saat terjadi kebakaran bisa ditangani dengan cepat agar jiwa korban bisa diselamatkan.

Bukan hanya latihan kebakaran diatas kapal, koordinasi dengan DPA( Designated Person Ashore) atau sesorang yang sudah ditunjuk oleh kantor untuk bertugas didarat sebagai pengawas kegiatan dan segala keperluan kapal kita juga sangat penting. Karena jika terjadi sesuatu diatas kapal, kita harus segera menghubungi DPA dan mereka akan melaporkan ke kantor pusat untuk menyampaikan apa yang terjadi dikapal kita.

Kelengkapan peralatan pemadam kebakaran juga harus

diperhatikan. Karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan dengan jenis alat pemadam yang sama. Awak kapal kapal akan dengan mudah memadamkan api jika alat yang dubutuhkan tersedia. Jika ada kerusakan atau kekurangan, pihak kapal harus segera melapor ke kantor agar segera dipenuhi apa saja yang kurang atau diperbaiki yang rusak.

Namun tidak sedikit pula yang sudah dilengkapi dengan alat pemadam yang memadai, namun awak kapalnya tidak begitu bisa dalam

(21)

penggunaannya. Disinilah pentingnya pemahaman tentang penggunaan alat pemadam kebakaran. Untuk mempermudah dalam mengingat proses ataupun cara penggunaan Alat Pemadam Api, kita dapat menggunakan singkatan T.A.T.A. yaitu :

1. TARIK Pin Pengaman (Safety Pin) APAR

2. ARAHKAN Nozzle atau pangkal selang ke sumber api (area kebakaran)

3. TEKAN Pemicu untuk menyemprot

4. AYUNKAN ke seluruh sumber api (area kebakaran)

Selain teknik pemadaman api, ada pula hal mendasar yang sering disepelakan oleh awak kapal, yaitu pengetahuan mengenai ISM Code (international management code). Seperti juru mudi dikapal KMP.Gili Iyang yang mengaku bahwa belum sepenuhnya paham mengenai ism code kapalnya sendiri. Dan kebetulan juga juru mudi tersebut masih baru dikapal ini. Familiarisasi mengenai ism code sangat diperlukan mengingat fungsi ism code adalah sebagai standar Internasional manajemen keselamatan dalam pengoperasian kapal serta upaya pencegahan/pengendalian pencemaran lingkungan.

Nakhoda bertanggung jawab untuk membuat sistem tersebut berlaku di atas kapal. Ia harus membantu memberi dorongan / motivasi kepada awak kapal untuk melaksanakan sistem tersebut dan memberi mereka instruksi-instruksi yang diperlukan. Nakhoda adalah pemegang kekuasaan tertinggi di atas kapal dan bila ada awak kapal yang tidak

(22)

memahami apa itu ism code maka akan menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan pemahaman tentang fungsi dan tujuan diberlakukannya ism code diatas kapal.

Pemahaman tentang tindakan sesuai prosedur darurat kebakaran kepada awak kapal sangat penting karena fungsi dari itu sendiri adalah untuk pengoperasian kapal yang aman dan selamat. Nakhoda sebagai pemimpin diatas kapal berkewajiban untuk selalu memotivasi awak kapalnya untuk menjalankan kebijaksanaan perusahaan tentang keselamatan sesuai dengan aturan yang telah berlaku.Disamping itu diatas kapal dapat dipraktekkan secara langsung apa yang didiskusikan sehingga sangat efisien dan dapat dikoreksi kekuranganya. Peran Nakhoda sebagai pemimpin di atas kapal harus tegas dan mampu memberikan manajemen kerja yang baik diatas kapal.

Nakhoda mempunyai peran aktif dalam melaksanakan safety meeting agar awak kapal benar-benar memahami maksud dan tujuan dari tindakan sesuai prosedur darurat kebakaran itu sendiri dan memahami betul tugas dan tanggung jawabnya saat menghadapi keadaan darurat seperti kebakaran sesuai dengan sijil kebakaran. Jika safety meeting terlaksana secara rutin, maka awak kapal benar-benar memahami tugas dan tanggung jawabnya dan akan selalu siap dan waspada dalam menghadapi keadaan darurat apapun yang terjadi dikapal seperti kebakaran.

(23)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa strategi meningkatkan kesiapan awak kapal dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran adalah dengan latihan sesuai jadwal yang telah direncanakan dan berdasarkan SOP yang sudah ditetapkan. Komitmen dari nakhoda sebagai pemegang kekuasaan tertinggi diatas kapal yang mampu memberi komando kepada seluruh awak kapal menjadi penentu berjalannya SOP perusahaan diatas kapal.

Jika latihan dilakukan secara rutin maka awak kapal akan terbiasa dengan hal-hal yang berhubungan mengenai pemadaman kebakaran, mereka tidak akan kaget saat menghadapi kebakaran yang sesungguhnya. Dan kebakaran pun dapat dipadamkan dengan cepat dan efisien serta tidak menimbulkan korban jiwa.

Sehingga ketika perlengkapan kebakaran tersedia dengan baik, awak kapal yang berkompeten, kedisiplinan diatas kapal dapat berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan kapal akan selalu dalam keadaan aman setiap melakukan pelayaran.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian, penulis menemukan beberapa kekurangan – kekurangan yang perlu untuk ditingkatkan lagi, sehingga penulis berusaha untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat

(24)

bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun saran-saran sebagai berikut :

1. Awak kapal harus lebih disiplin lagi, terutama saat latihan keadaan darurat kebakaran. Jika ada yang dirasa bingung dan masih belum paham harus aktif bertanya kepada mualim atau sesama awak kapal yang lain.

2. Kepada perusahaan diharapkan secara rutin melakukan kegiatan audit ke kapal, agar mengetahui apakah ada kekurangan dan kerusakan terhadap kelengkapan inventaris alat keselamatan kapal untuk segera diperbaiki dan bila perlu diganti.

Semoga saran di atas dapat diterapkan di kapal dan mampu meningkatkan kesiapan awak kapal dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil penelitian ini, dalam melaksanakan praktek berlayar, Kurangnya kemampuan awak kapal dalam menghadapi keadaan darurat diatas kapal sangat kurang, dapat terlihat jelas dari