• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kapal MT. SERENA Salah satu armada PT. Rezeki Energi Nautika, jenis Tanker ship (oil) yang mempunyai route tidak tetap atau tramper ship, dimana route pelayaran yang ditempuh tergantung order dari Pertamina dan perusahaan kapal untuk memuat dari suatu pelabuhan dan membongkar muatan di pelabuhan tujuan. Sebagian besar route pelayaran MT. SERENA adalah route dengan jarak pelayaran yang tidak terlalu jauh dan kapal masuk Kupang, Reo, Maumere, Larantuka, Waingapu, Atapupu. Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan dimuat sudah terdapat di dalam Stowage Plan yang dibawa oleh cadet dan chief officer. Setelah selesai melakukan pembongkaran muatan, awak kapal akan melaksanakan Tank cleaning dan free gas untuk mempersiapkan Tanki untuk memuat muatan selanjutnya jika muatan berbeda jenis dari sebelumnya.

Gambar 4.1 Hasil Dokumentasi

(2)

37

SHIP’S PARTICULAR

1. Ship’s name : MT. Serena

2. Nationality : Indonesia

3. Classification : BKI

4. Call Sign : YBLO

5. Port Of Registry : Pontianak

6. Type of Vessel : Oil Tanker

7. Gross Tonnage : 1131 Ton

8. Nett Tonnage : 646 Ton

9. Length Over All : 67,40 M

10. Length Between Perpendicular : 62,97 M 11. Breadth Moulded : 11,00 M

12. Depth : 05,60 M

13. IMO Number : 8842959

14. Cargo Pump : Daico CGL Gear

Type 300 M3x 2 Set No 1,2 Driven 15. Cargo Tank Capacity : 2.378.430 M3

16. Slop Tank Capacity : 93.128 M3

17. Manifold No. : 6”x 2 Lines x Two 8”Stern Disch

18. Speed : 10/12 Knots

19. Tank Coating : Zinc

20. Ship’s Building : Shin YoungShip Building

(3)

38

B. HASIL PENELITIAN

1. PENYAJIAN DATA a. Hasil Observasi

Sesuai dengan masalah yang diangkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian.

Penerapan perlindungan ABK terhadap prinsip memuat pada kegiatan bongkar muat diatas kapal, khususnya disaat kapal sandar. Hal ini dikarenakan jika tidak diterapkan dengan baik akan mengakibatkan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak, sehingga dapat merugikan perusahaan pelayaran tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian penulis selama praktek di atas MT. Serena pada saat kapal berlayar maka perwira dan juru mudi jaga harus selalu waspada dan selalu standby dalam melaksanakan dinas jaga saat bongkar muat. Peristiwa buruk yang terjadi diuraikan sebagai berikut :

1) Miringnya kapal saat proses bongkar pada malam hari.

Pada tanggal 20 Maret 2019 MT. Serena sandar di Terminal Bahan Bakar Mesin Pertamina Bangka, kejadian ini terjadi saat pompa baru distart abk tidak memperhatikan bahwa valve tangki 1P yang akan dibongkar tidak dibuka, abk hanya membuka valve tangki 1S lalu

(4)

39

beberapa menit kemudian kapal mulai miring, perwira dan abk jaga mulai mengecek tangka satu persatu. Akhirnya perwira menemukan masalahnya lalu membuka valve 1P. Beruntung pada kejadian ini kapal tidak miring 90˚.

2) Pengaturan trim yang tidak sesuai dengan stowage plan

Pada tanggal 10 April 2019 sebelum kapal melakukan proses muat pada pelabuhan Terminal Bahan Bakar Mesin Merak Loading Master dan Surveyor naik ke kapal untuk meminta beberapa dokumen termasuk stowage plan, lalu Chief membuat stowage plan yang akan digunakan. Setelah selesai mengurus dokumen chief memberitahukan pada perwira dan abk jaga stowage plan yang digunakan, lalu proses muat dilaksanakan, setelah selesai memuat, muatan tidak sesuai dengan stowage plan, ada muatan yang lebih dan adamuatan yang kurang. Setelah melaksanakan sounding dan perhitungan hasil R1 tidak sesuai dengan rencana, lalu chief menasehati perwira dan abk jaga saat itu agar lebih fokus saat bekerja.

3) Saat memuat hampir over load

Kejadian ini terjadi saat kapal muat di Terminal Bahan Bakar Mesin Lampung, setelah pergantian jam jaga, perwira jaga sebelumnya tidak memberikan informasi tentang muatan yang sedang dimuat, lalu perwira jaga saat itu hanya memeriksa kemiringan kapal, ketika abk memeriksa ke tangki, abk dengan cepat menutup drop line tangki yang akan penuh lalu dipindah ketangki yang lain, setelah itu abk melaporkan hal tersebut ke perwira. Beruntungnya muatan belum

(5)

40 sampai tumpah ke main deck.

4) Safety equipment yang tidak memadai

Saat kapal sedang melakukan proses bongkar di pelabuhan Terminal Bahan Bakar Mesin Kupang abk sedang berkeliling untuk mengecek setiap tangka muatan lalu tiba tiba abk tergelincir dan jatuh diakibatkan kualitas safety shoes yang kurang bagus banyak abk kurang nyaman memakai safety shoes tersebut di main deck.

Dari data di atas, taruna dapat menjawab rumusan masalah pertama yaitu jika kita melakukan proses bongkar muat dengan tidak melaksanakannya sesuai dengan prinsip memuat dapat berakibat fatal, berikut akibat jika prinsip bongkar muat tidak dilakukan dengan benar :

1) Terjadinya overflow (meluap)

Overflow adalah suatu keadaan dimana terjadi tumpahan minyak akibat kelebihan muatan pada tangki kapal. Hal ini biasanya disebabkan kesalahan manusia, karena kemungkinan salah pembacaan level tangki atau tinggi muatan yang sebenarnya di dalam tangki lebih tinggi dari pada pembacaan yang ditampilkan oleh cargo level.

2) Terjadinya kemiringan kapal

Hal ini disebabkan jika salah satu tangki mempunyai volume lebih besar ketika proses loading, akibatnya draft kapal akan berat sebelah dan kapal akan miring, seperti penjelasan diatas jika salah satu tangki memiliki berat yang berbeda maka titik G (berat) akan dominan mengikuti volume yang berat tersebut.

(6)

41

3) Pengaruh Permukaan Bebas (Free Surface Effect)

Permukaan bebas terjadi di dalam kapal bila terdapat suatu permukaan cairan yang bergerak dengan bebas, bila kapal mengoleng di laut dan cairan di dalam tangki bergerak-gerak akibatnya titik berat cairan tadi tidak lagi berada di tempatnya semula. Titik G dari cairan tadi kini berada di atas cairan tadi, gejala ini disebut dengan kenaikan semua titik berat, dengan demikian perlu adanya koreksi terhadap nilai GM yang kita perhitungkan dari kenaikan semu titik berat cairan tadi pada saat kapal mengoleng sehingga diperoleh nilai GM yang efektif.

4) Mempengaruhi olah gerak kapal

Seperti penjelasan Rubianto Kapal akan terpental ketika terkena gaya dari luar, jika titik berat kapal terlalu tinggi akibat kelebihan muatan, yang disebabkan titik berat melebihi titik metacenter dan titik apung yang semakin tinggi. Dengan kata lain muatan satu dengan yang lain harus mempunyai berat / volume yang sama agar ketika kapal terkena gaya dari luar, kapal akan mudah dikendalikan keposisi semula.

5) Mempengaruhi kecepatan kapal

Pengaruh kapasitas muatan terhadap kecepatan kapal jika muatan terlalu berlebih dapat mempengaruhi kecepatan kapal jika keadaan kapal trim by head / trim by stern, akibat pengaturan muatan yg salah ketika proses muat.

(7)

42 6) Kapal bersifat kaku

Jika pembagian muatan secara Tegak terkonsentrasi pada bagian bawah, maka kapal akan memiliki nilai GM yang besar, dan akibatnya kapal mempunyai. sifat yang kaku (Stiff).

7) Kapal bersifat langsar

Jika pembagian muatan secara Tegak terkonsentrasi pada bagian atas, maka kapal akan memiliki nilai GM yang kecil, dan akibatnya kapal mempunyai sifat yang langsar (Tender).

8) Kontaminasi muatan

Jika dalam proses bongkar atau muat kran atau salah menekan tombola tau mungkin juga ada tangka yang bocor yang dapat mengakibatkan tercampurnya muatan.

Dari rumusan masalah kedua pengaruh perlindungan ABK terhadap prinsip memuat pada kegiatan bongkar muat di atas kapal MT. SERENA yaitu :

1) Melindungi kapal

Jika ABK melakukan prinsip bongkar muat dengan benar maka mengurangi resiko-resiko seperti kapal terbalik, kapal tenggelam, dan kapal miring

2) Melindungi ABK

Dapat melindungi ABK dari peristiwa-peristiwa yang tidak diingnkan yang dapat menghilangkan nyawa

(8)

43 b. Hasil Wawancara

Dalam melakukan penelitian ini selain dilakukan dengan metode pengamatan secara langsung di lapangan taruna juga melakukan metode denganwawancara kepada perwira deck di atas kapal diantaranya taruna melampirkan hasil wawancara.

2. ANALISIS DATA

Prinsip memuat untuk ABK sangat diperlukan karena dapat mengurangi resiko yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Pada data diatas sering sekali terjadi Human Error, untuk itu diperlukan pengarahan terlebih dahulu pada perwira dan abk serta cadet jaga

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisa data dengan pohon masalah dan pohon problem solving sebagai berikut :

(9)

44

Gambar 1.2 Pohon Masalah

Potensi kecelakaan ABK

Kurangnya pengetahuan tentang prinsip bongkar muat

Pengoperasian bongkar muat yang tidak sesuai

prosedur

Tidak Familiar dengan jalur

pipa

ABK yang kurang disiplin

(10)

45

Gambar 1.3 Pohon Problem Solving

3. PEMBAHASAN

Oleh karena itu untuk mengantisipasi keadaan yang demikian ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang bersumber dari faktor manusia terhadap keselamatan kerja yang mungkin direalisaikan :

a. Meningkatkan kedisiplinan anak buah kapal dalam mentaati peraturan keselamatan kerja terutama dalam memahami prinsip bongkar muat, dengan cara adanya sistem peringatan bahkan sampai ada pemberhentian, jika hal tersebut betul-betul membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Selain itu faktor kedisiplinan terus berlanjut diperlukan adanya pengawasan.

Nahkoda kapal dapat menunjuk salah satu pewira baik di deck maupun Pengoperasian

alat-alat bongkar muat sesai dengan prosedur

Familiarisasi jalur-jalur pipa

Pengarahan mengenai prinsip bongkar muat

Meminimalisir potensi kecelakaan ABK

(11)

46

mesin untuk menjadi pengawas di departemennya masing-masing. Dalam pengawasan dibutuhkan sikap yang tegas dan tanggung jawab sehingga dapat di teladani dan di jadikan contoh oleh para anak buah kapal dalam mentaati peraturan keselamatan kerja.

b. Pihak perusahaan hendaknya dalam menerima anak buah kapal yang baru agar di seleksi dengan baik dan memperhatikan dokumen atau sertifikat dan pengalaman kerja di kapal. Hal ini dimaksudkan supaya mendapatkan sumber daya manusia yang ada, terampil dan mengerti akan tugasdan tanggung jawab masing-masing.

c. Anak buah kapal baru yang akan memulai pekerjaan di kapal harus ada kerja sama dari anak buah kapal yang lainnya untuk menjelaskan dan familirisasi mengenai segala sesuatunya mengenai kapal tersebut, dan tugas bahaya- bahaya yang akan di hadapinya dalam melakukan pekerjaan, hal ini untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja di kapal. Petunjuk tentang keselamatan kerja harus diberikan dan wajib dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja di kapal.

Berdasarkan fakta yang ditemukan penulis di atas kapal MT. SERENA bahwa perlu Upaya Peningkatan Keselamatan Dikapal Pada Operasi Bongkar Muat.

(12)

47

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pembahasan sebelumnya telah dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada. Dari hasil analisa tersebut diperoleh beberapa pemecahan masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Akibat yang di timbulkan karena tidak sesuai dengan prinsip memuat antara lain :

1. Kerusakan muatan

2. Kerugian yang di alami oleh penyewa jasa 3. Pencemaran lingkungan

4. Kecelakaan kerja

5. Membuang buang waktu / bekerja dua kali.

Bagaimana pengaruh perlindungan ABK terhadap prinsip memuat pada kegiatan bongkar muat diatas kapal adalah :

1. Mengurangi kemungkinan resiko buruk yang terjadi saat proses bongkar atau muat.

2. Menambah ilmu pengetahuan ABK tentang prinsip memuat . 3. Mengurangi kerugian pada pihak perusahaan pelayaran.

dengan adanya prinsip memuat ABK dapat mengurangi resiko yang akan terjadi dan menambah pengalaman para ABK.

(13)

48

B. SARAN

Dari pembahasan sehubungan dengan masalah penelitian tentang pengaruh perlindungan ABK terhadap prinsip memuat pada kegiatan bongkar muat diatas kapal, maka penulis mencoba untuk mengajukanbeberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan guna sebagai usaha peningkatan keselamatan kerja pada saat bongkar muat, yaitu:

1. Untuk perusahaan pelayaran:

a. Memberikan pelatihan khusus kepada awak kapal sebelum naik kapal.

2. Untuk awak kapal :

a. Memberikan familiarisasi atau pengenalan terhadap awak kapal yang baru naik. Familiarisasi dilakukan setiap ada awak kapal yang baru naik sesuai prosedur secara maksimal.

b. Mengadakan safety meeting secara rutin setiap bulan yang membahas tentang masalah keselamatan kerja.

c. Melaksanakan evaluasi setelah selesai bekerja. Selain itu, metode pemutaran video rekaman tentang pekerjaan yang pernah dilakukan juga bisa menjadi alternatif untuk mengurangi kejenuhan awak kapal dan memberi gambaran tentang pengetahuan sekilas tentang pekerjaan apa saja yang sering di lakukan oleh kapal oil tanker.

Apabila saran-saran tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan awak kapal tentang prinsip memuat, sehingga awak kapal mampu menunjukkan performa kerja yang maksimal. Dengan demikian, tingkat keselamatan kerja pada saat bongkar muat akan meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

"Pengaruh Penerapan Green Accounting, Kepemilikan Saham Publik, Publikasi CSR Terhadap Pengungkapan CSR dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel

Simpulan Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan dari rumusan masalah yang pertama adalah bahwa untuk menjadi seorang pemimpin