BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam menguraikan hasil penelitian, Peneliti menguraikannya sesuai dengan urutan masalah yang telah ditentukan. Sebelum menguraikannya lebih lanjut mengenai hasil penelitian, maka terlebih dahulu akan dibahas kembali jenis tindak tutur
Hasil penelitian di lapangan dalam peristiwa tutur dan tindak tutur yang ada diranah sosial yaitu di pasar Sentral Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Dari pengertian tindak tutur, terdapat tiga jenis tindak tutur yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi memiliki makna makna secara harfiah, seperti yang dimiliki oleh komponen-komponen kalimat itu. Jadi, tindak tutur lokusi ini mengacu pada makna linguistik. Tindak tutur dengan kalimat yang sama mungkin dipahami secara berbeda oleh pendengar akan menangkap makna secara harfiah, seperti yang dimiliki oleh komponen-komponen kalimat itu. Jadi, tindak tutur lokusi ini mengacu pada makna linguistik. Tindak tutur dengan kalimat yang sama mungkin dipahami secara berbeda oleh pendengar ini adalah makna tindak tutur ilokusi.
Sebaliknya, pembicara pun sebenarnya mempunyai harapan bagaimana si pendengar akan menangkap makna sebagaimana yang dimaksudkannya. Makna ini disebut tindak tutur perlokusi.
Penelitian yang telah dilakukan di lapangan yaitu di pasar Sentral Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, dengan melakukan percakapan dengan penjual Pakaian di pasar Sentral Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Penutur mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh penjual dan pembeli menggunakan bahasa Bugis, bahasa Makassar, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa umum, dengan menggunakan bahasa Indonesia komunikasi antara pembeli dan penjual lebih mudah dipahami.
1. Tindak Tutur Lokusi
Tindak tutur lokusi yaitu tindak tutur untuk mengatakan sesuatu dengan mengandung makna dasar atau hanya sekadar memberikan informasi.
Data 1 : memberikan Informasi Pembeli : ada gamis hitam polos ta?
Penjual :aih kosong ye’.
Berdasarkan dialog pada data 1, Pada kalimat tersebut diutarakan semata- mata hanya menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya. Kalimat tersebut hanya berupa informasi yang tidak berdampak apa-apa terhadap mitra tuturnya.
Data 2 : lokusi Introgatif
Pembeli : bisa di beli terpisah ini baju sama celanya ini yang di patung aji?
Penjual : iye bisaji bu.
Pembeli : berapa harganya celananya?
Penjual : Kalau celananya saja Rp.120.000 tapi kalau dengan baju saya kasi jki Rp.190.000
Berdasarkan dialog pada data 2, kalimat yang di utarakan oleh pembeli mengandung maksud menanyakan harga pakaian yang ada di patung jika di beli salah satunya saja. Dengan kata lain, pembeli tersebut bermaksud untuk mengetahui harga satuan dari pakaian yang terdapat pada patung tersebut.
2. Tindak Tutur Ilokusi
Wujud tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh para penjual pembeli di pasar Sentral Pangkajene terdiri atas lima yaitu:
a. Tindak Direktif
Direktif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar atau mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif.
Tindak tutur ilokusi penjual yang berwujud direktif terlihat pada saat menawarkan dagangannya. Dalam hal penjual mengajak para pembeli untuk melihat-lihat barang dagangannya. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalan berikut:
Data 3: mengajak
Penjual : Singgahki Cantik, Cari apaki?
Pembeli : “hanya tersenyum”
Penjual : Masuk meki dulu cantik liat-liat bajunya Pembeli : Iyee
Penggalan dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang sedang berlangsung. Interaksi dibuka oleh penjual dengan tindak direktif yakni Penjual mengajak /meminta langsung pembeli untuk melihat dan memilih dagangannya. Informasi dalam permintaan itu pembeli mengikuti apa yang dikatakan penjual. Pembeli menjawabnya dengan tindak deklaratif secara verbal maupun nonverbal sebagaimana harapan penjual yakni tindak verbal berupa jawaban “iye”
yang dalam bahasa Indonesia dapat berarti “iya” dan nonverbal berupa sikap diam lalu melihat-lihat pakaian atau barang dagangannya.
Data 4 : mengajak
“singgahki cantik, liat-liat bajunya rata Rp.100.000/ 3 lembar.
Tuturan data 4, dari penjual kepada pembeli termasuk tindak tutur direktif
“mengajak”. Hal ini terlihat dari kata “Singgah”, penjual mengajak semua orang untuk mau mendekat kepadanya untuk membeli pakaian yang di jualnya. Dari tuturan tersebut terlihat, penjual sedang membujuk salah satu pembeli yang ingin membeli pakaian.
Dalam data terlihat adanya tindakan yang dilakukan oleh pembeli setelah penjual bertutur yaitu pembeli ingin mendekat dan membeli pakaian pakaian yang di jual tersebut, relita tersebut dikatakan tindak tutur direktif mengajak.
Data 5 : memaksa dan memohon
Penjual : Singgah meki ibu, cari apa meki?
Pembeli : siagana ellinna yae nak ?
Penjual : Rp.240.000 bu, ullema kurang. Siaga yallaungangi bu?
Pembeli : Rp. 200.000 na nak
Penjual : aihh, de’ narapi’I modala na bu. Rp.220.000 pi pasna.
Pembeli : oh wasengi na ullema (kemudian berlalu)
Penjual : bu’ (memburu pembeli yang ingin membeli barang dagangannya tadi).
Tambah meki Rp.10.000 bu supaya narapi toi modalana kasi’.
Pembeli : (menyetujui penawaran penjual tadi)
Dalam penggalan dialog di atas, penjual meminta langsung kepada pembeli untuk memilih dan melihat-lihat barang jualannya. Selain itu, penjual seakan memaksa pembeli untuk membeli baju yang telah ditawar oleh pembeli tadi.
Kemudian memohon agar pembeli menambah Rp.10.000 dari harga penawaran sebelumnya hingga pada akhirnya transaksi jual beli antara penjual dan pembeli terjadi.
b. Ekspresif/evaluatif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berkaitan dengan ekspresi sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur sehubungan dengan keadaan tertentu. Tindak tutur ini dapat berupa tindak tutur untuk meminta maaf, humor, memuji, menyalahkan, berterima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, senang, sedih, marah dan benci.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa tindak ilokusi penjual berwujud ekspresif yang muncul setiap kegiatan dalam interaksi pada saat jual beli, mulai pada konteks menawarkan dagangannya atau mempromosikan barang dagangannya.
Tindak ilokusi penjual yang berwujud ekspresif terlihat pada saat menawarkan barang dagangannya. Dalam hal ini penjual meminta maaf, basa- basi, memuji dan berterima kasih. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalan berikut:
Data 6 : meminta maaf
Pembeli : Tabe ndi’ e, nia’ subangmgi ku balli pakean sikola na tena na sitaba anakku. Kulleji njo ku sambei?
Penjual : oo iyye kulleji, ukurang apa napake anatta?
Pembeli : Ukurang M katte.
Dalam penggalan dialog di atas merupakan pola interaksi antara penjual dan pembeli dalam konteks tuturan ekspresif yang dimana kata“Tabe”
jika di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat berarti meminta maaf. Hal
ini dilakukan oleh pembeli karena ingin menukar pakaian sekolah yang telah ia beli namun tidak cocok dengan ukuran badan anaknya.
c. Deklaratif
Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang menghubungkan isi preposisi dengan realitas yang sebenarnya atau tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya menciptakan hal(status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.
Penggunaan tindak tutur deklaratif ini dilakukan oleh penutur untuk mengubah dunia melalui kata-katanya. Tindak tutur deklaratif dapat dilihat pada tindak melarang, memaafkan, mengizinkan, memutuskan, membatalkan, dan menghukum.
Tindak ilokusi penjual yang berwujud deklaratif terlihat pada saat memperbolehkan pembelinya melihat-lihat barang yang dijual. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalan dialog berikut:
Data 7 mengizinkan/ membolehkan
Penjual : masuk meki cantik liat-liat bajunya.
Pembeli : bisaji di coba dulu ini bajunya?
Penjual : iyee, coba meki nda papaji di coba dulu kalau nda cocokki adaji ukurannya.
Berdasarkan data 5 diatas, tampak penggunaan tindak deklaratif penjual kepada pembeli, yakni penjual menggunakan kata “iye” yang dalam bahasa Indonesia berarti iya. Hal ini menunjukkan bahwa penjual mengizinkan
atau membolehkan pembeli tersebut untuk mencoba baju yang dimaksudkan pada dialog tersebut.
Data 8 memberi nama
Pembeli : Berapa harganya ini celana ta?
Penjual : ohh celana kelelawar Rp.110.000 cantik. Bisaji kurang.
Penggalan dialog pada data 8 diatas merupakan wujud tindak deklaratif penjual kepada pembeli, yakni pemberian nama kelelawar pada celana yang dimaksud oleh pembeli. Makna kata Kelelawar pada celana ini bukan menandakan bahwa celana tersebut terbuat dari Kelelawar melainkan bentuk dari celana tersebut yang menyerupai sayap kelelawar yang lebar.
d. Komisif
Tindak tutur komisif yaitu wujud tindak tutur yang melibatkan pembicara pada beberapa tindakan dengan mengandung pertanyaan, menjanjikan, bersumpah, menawarkan , memanjatkan doa dan memohon.
Data 9 menawarkan
Penjual :“singgahki liat gamisnya sayang, model baru rata Rp.60.000 banyak pilihan warnanya juga”
Berdasarkan penggalan dialog pada data 9 di atas wujud tindak komisif dalam hal ini menawarkan terdapat pada penggalan kata “model baru dan banyak pilihan warna”. pada tuturan tersebut tampak penjual sedang menawarkan barang dagangannya kepada pembeli yang sedang berjalan
melintasi kios tersebut dengan maksud agar pembeli tertarik dan membeli barang dagangannya.
e. Representatif/ Asertif
Representatif merupakan tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Yang termasuk jenis tindak tutur jenis ini adalah tuturan menyatakan, menuntut, melaporkan, memberikan kesaksian, dan berspekulasi. Tindak ilokusi pembeli yang berwujud representative terlihat pada saat menawar atau bertanya kepada penjualnya. Dalam hal ini, penjual menunjukkan salah satu barang dagangannya kepada pembeli. Penggunaan tindak tutur itu tampak pada penggalan kata berikut:
Data 10 : menunjukkan
Pembeli : Berapa harganya ini baju tidurta ?
Penjual : kalau ini harga pasnya Rp.50.000 sayang Pembeli : ooo… tapi kalau itu yang digantung iya mbak?
Penjual : kalau yang itu Rp.70.000 dengan celanya mbak, bagus juga kainnya.
Berdasarkan penggalan dialog data 10 di atas, pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung, penjual menunjukkan barang dagangannya kepada pembeli bahwa baju yang terdapat pada gantungan tersebut harganya Rp.70.000 dalam hal ini, kalimat “kalau yang itu sayang”
yang menekankan bahwa itu adalah kata menunjuk. Kemudian terdapat pula kalimat yang menyatakan bahwa penjual memuji kualitas barang dagangannya.
3. Tindak tutur Perlokusi
Wujud perlokusi adalah hasil atau efek ujaran terhadap pendengarnya, baik yang nyata maupun yang diharapkan. Sebuah tuturan yang disampaikan penutur pada dasarnya sering menimbulkan pengaruh pada pendengarnya.
Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang sering mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.
Data 11 :
Pembeli : Berapa harganya ini gamis ta mba?
Penjual : Rp.350.000 bu, bisaji kurang sedikit.
Pembeli : Rp. 250.000 mi di’
Penjual :aih biar modalnya itu nda sampe bu, cari mki di toko lain. Tidak dapatki itu harga segitu.
Dialog pada data 11 diatas menunjukkan wujud tindak tutur perlokusi karena tuturan yang di lontarkan oleh penjual tersebut cenderung agak kasar sehingga membuat pembeli merasa kecewa kemudian memilih untul pergi meninggalkan kios tersebut.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini objek yang dikaji adalah tindak tutur yang digunakan pada transaksi jual beli di Pasar Sentral Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat tiga jenis tindak tutur yang terdapat dalam transaksi jual beli yang berlangsung di Pasar Sentral Pangkep
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yakni tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.