• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

30

BAB IV

HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan tentang hasil pengujian alat di laboratorium yang berdasarkan pada metode penelitian yang tealah dilakukan. Pengujian pada penelitian ini meliputi pengaruh pergeseran sudut penyalaan pada tiga kondisi yang berbeda. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan osiloskop digital dengan parameter yang sama agar dapat mengetahui sudut penyalaan yang tepat guna mengoptimalkan kinerja SRM.

4.2 Hasil Pengujian Alat

Uji laboratorium dilakukan guna mendukung metode analisa dengan spesifikasi komponen yang ditampilkan pada Tabel-2.

Gambar-4.1 Prototype pengujian laboratorium

(2)

31

Pengujian pada laboratorium ini terdiri dari FPGA yang berfungsi sebagai pengolah sinyal masukan dari rotary encoder, asymmetric converter menggunakan 12 MOSFET sebagai pensaklaran statis dan rotary encoder sebagai pendeteksi posisi

rotor pada stator. Hasil deteksi dari rotary encoder pin A dan pin Z digabungkan dan diolah oleh FPGA untuk menghasilkan pulsa penyalaan yang merepresentasikan posisi rotor terhadap stator. Pulsa tersebut akan digunakan sebagai acuan eksitasi.

Tabel-2 Parameter SRM

Parameter Nilai Satuan

Stator 12 -

Rotor 8 -

Resistansi 3.5 Ohm

Induktansi 1.4 mH

Tegangan 12 volt

4.2.1 Hasil Pengujian Kondisi-I

Hasil pengujian pada Kondisi-I menghasilkan gelombang arus pada setiap fasanya dengan nilai puncak arus berkisar 1 Ampere yang ditunjukan pada Gambar- 4.2 serta menghasilkan kecepatan 2141 RPM yang ditunjukan oleh Gambar-4.3.

(3)

32

(a)

(b)

(c)

Gambar-4.2 Hasil pengujian laboratorium (a) arus fasa A (b) arus fasa B (c) arus fasa C pada Kondisi-I

Gambar-4.3 Hasil pengukuran kecepatan Kondisi-I

4.2.2 Hasil Pengujian Kondisi-II

Hasil pengujian pada Kondisi-II menghasilkan gelombang arus pada setiap fasanya dengan nilai puncak arus berkisar 1 Ampere yang ditunjukan pada Gambar- 4.4 serta menghasilkan kecepatan 2141 RPM yang ditunjukan oleh Gambar-4.5.

(4)

33

(a)

(b)

(c)

Gambar-4.4 Hasil pengujian laboratorium (a) arus fasa A (b) arus fasa B (c) arus fasa C pada Kondisi-II

Gambar-4.5 Hasil pengukuran kecepatan Kondisi-II

4.2.3 Hasil Pengujian Kondisi-III

Hasil pengujian pada Kondisi-II menghasilkan gelombang arus pada setiap fasanya dengan nilai puncak arus berkisar 1 Ampere yang ditunjukan pada Gambar- 4.6 serta menghasilkan kecepatan 2141 RPM yang ditunjukan oleh Gambar-4.7.

(5)

34

(a)

(b)

(c)

Gambar-4.6 Hasil pengujian laboratorium (a) arus fasa A (b) arus fasa B (c) arus fasa C pada Kondisi-III

Gambar-4.7 Hasil pengukuran kecepatan Kondisi-III

4.3 Pembahasan

Dari hasil pengujian laboratorium pada Kondisi-1 menghasilkan kecepatan 2141 RPM seperti yang ditunjukan oleh Gambar-4.3 dengan gelobang arus yang lebih rapat lebih rapat seperti yang tujunkan oleh Gambar-4.2. Hal ini disebabkan

(6)

35

karena penentuan sudut penyalaan digeser hingga mendekati induktansi maksimum. Pada kondisi ini arus pada belitan stator akan naik karena sudut penyalaan berada pada posisi induktansi mulai meningkat, sehingga SRM akan menghasilkan torka positif pada interval ini, hingga sebelum sudut fasa dimatikan sebelum mengalami penurunan induktansi, supaya arus yang tersimpan pada belitan stator tidak memasuki interval torka negatif.

Gambar-4.4 menunjukan gelombang arus hasil pergeseran pulsa penyalaan dengan kecepatan 2068 RPM yang ditunjukan oleh Gambar-4.5. Kondisi-2 meliliki posisi sudut penyalaan yang berada pada induktansi minimum, sehingga arus pada beitan stator akan naik dengan cepat dan tidak menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi dari Kondisi-1.

Kondisi-3 menunjukan hasil gelombang arus yang renggang seperti pada Gambar-4.6 dan menghasilkan kecepatan 1910 RPM yang ditunjukan oleh Gambar-4.7. Hal ini terjadi karena pada saat kondisi ini pulsa penyalaan berada pada induktansi maksimum dan sudut fasa dimatikan pada posisi induktansi menurun sehingga arus yang mengalir pada belitan stator akan hingga memasuki interval induktansi minimum, yang mengakibatkan kecepatan putar SRM cenderung rendah. Hasil pengujian prototype disajikan pada tabel 3.

Tabel-3 Hasil pengujian ketiga kondisi

Kondisi Kecepatan (RPM)

Kondisi I 2141

Kondisi II 2068

Kondisi III 1910

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian turbin Kaplan diperoleh hasil putaran turbin dari sudut sudu rotor 45 0 dan stator 45 0 pada putaran tertinggi 493,6 rpm dengan debit 132 dm 3 /s ketinggian 4

Seluruh saluran yang menggunakan penghantar dari suatu sistem tenaga listrik memiliki parameter yaitu sebagai berikut :resistansi saluran ,induktansi ,kapasitansi

Dari hasil pengujian alat simulasi tersebut diperolah data seperti tabel 4.1 berikut, dengan mengambil sampling pengujian pada tiap tingkatan frekuensi

Kondisi pengecasan atau pengisian baterai memakai panel surya 10 Watt Peak dengan tegangan maksimal 18 Volt regulator pada panel suryanya dan arus dapat berubah-ubah

Setelah melakukan pengujian, selanjutnya hasil uji laboratorium diamati dengan tujuan untuk membandingkan hasil keluaran berupa tegangan masukan, arus dan kecepatan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh grafik hubungan pengembangan tanah dan waktu pada setiap kedalaman elektroda dengan tegangan listrik tetap sebesar

Pada bagian ini pengukuran hasil keluaran berupa satuan liter, dilakukan dengan cara mandiri yang dimonitor langsung menggunakan serial monitor pada program arduino. Gambar

4.2 Pembahasan Tabel 4.4 Hasil Keseluruhan Inputan 13 volt Output 12,5 volt Penyipanan 13,5 volt Daya tahan ± 9 jam Dalam hal ini, akan dibahas hasil dari pengujian rangkaian