BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Kondisi Geologi Lokasi Penelitian 4.1.1 Pengeboran Inti
Quarry A sendiri berada pada daerah tenggara IUP PT ITP, Penentuan titik pemboran geoteknik ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi geologi serta rencana pit limit Quarry A. Pemboran Full Coring dilakukan di 4 titik pengamatan yaitu pada GT-01, GT-02, GT-03 dan GT-04 (Dilihat Pada Tabel 4.1), menunjukan lokasi titik bor pada Quarry A.
Tabel 4.1
Kedalaman dan Koordinat Titik Bor Geotek No Kode
Lubang Bor
Kedalaman Lubang Bor (m)
Koordinat Titik Bor
X Y Z
1 GT-01 240 0212541 9256043 168
2 GT-02 120 0213004 9256213 87
3 GT-03 120 0213006 9255855 78
4 GT-04 200 0212789 9255419 89
Sumber : LAPIITB,2013
4.1.2 Stratigrafi Batuan Pembentuk Lereng
Lokasi penelitian tersusun atas batuan sedimen yang termasuk ke dalam formasi Kaliwangu, berdasarkan hasil pemboran dan hasil deskripsi megaskopis yang telah dilakukan, batuan penyusun di antaranya adalah batulempung, batupasir, batugamping dan carbonaceous.
Berdasarkan logbor (lampiran D) batugamping merupakan batuan yang paling mendominasi di lokasi penelitian. Dan Topsoil dan ada ditiap titik bor geotek tidak terlalu tebal yang paling tebal (<3,5m) hanya pada GT-02 memiliki topsoil setebal 5 meter. Berikut adalah lokasi penampang dan bor geoteknik (Dilihat pada gambar 4.1).
Gambar 4.1 Peta Titik Bor dan Penampang Geoteknik
4.1.3 Faktor Seismic Load
Faktor kegempaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,03 g dimana faktor kegempaan ini adalah faktor kegempaan yang digunakan dalam laporan terdahulu kajian geoteknik yang dilakukan oleh LAPI ITB, dimana seismic load yang digunakan hanya searah horizontal dikarenakan searah vertikal gempa tidak terlalu mempengaruhi.
4.2 Kondisi Hidrologi dan Hidrogeologi 4.2.1 Kondisi Hidrologi
Dari data curah hujan yang didapat selama 10 tahun dari 2005-2014 setiap bulan maka dapat dihitung air limpasan yang mengalir pada daerah penelitian IUP PT ITP dengan 2 bagian sub-DAS didalam IUP dengan koefisien limpasan 0,9 yaitu daerah penambangan dengan kemiringan lereng >15% dan sub-DAS diluar IUP yang merupakan hutan dengan kemiringan >15% dengan koefisien limpasan 0,6. (dapat dilihat pada tabel 4.2).
Tabel 4.2
Data Volume Curah Hujan Pada Catchment Area
Sub DAS Luar IUP Sub DAS Dalam IUP Sub DAS Luar IUP Sub DAS Dalam IUP
Januari 263,4 0,263 98.567,00 820.169,83
Febuari 258,0 0,258 96.556,19 803.438,02
Maret 273,3 0,273 102.299,41 851.227,00
April 165,8 0,166 62.066,25 516.449,36
Mei 118,0 0,118 44.173,12 367.561,78
Juni 100,2 0,100 37.490,85 311.958,97
Juli 53,1 0,053 19.869,91 165.336,27
Agustus 13,1 0,013 4.916,44 40.909,40
September 24,1 0,024 9.016,31 75.024,16
Oktober 64,2 0,064 24.034,43 199.988,94
November 113,9 0,114 42.638,65 354.793,52
Desember 309,8 0,310 115.929,36 964.640,89
Total 1756,9 1,8 657.557,92 5.471.498,16
Rata-rata 270,3 0,270 101.162,76 841.768,95
623.770,00
3.460.234,00 Bulan
Total
(mm) (m) Luas (m2) Volume Air Hujan (m3)
4.2.2 Kondisi Hidrogeologi
Kontruksi sumur untuk uji akuifer dilakukan setelah gambaran kondisi akuifer pada lubang bor diperoleh berdasarkan hasil evaluasi atas core log batuan dan informasi tambahan mengenai kondisi air didalam lubang bor yang terpantau selama pelaksanaan pengeboran dari well-site geologist. Kontruksi sumur dilakukan setelah lubang bor dicuci (flushing) dan logging geofisika selesai dilaksanakan, konstruksi sumur untuk pengujian akuifer secara umum menggunakan filterpack pada annulus sumur, berupa kerikil dan pasir kasar pada bagian screen, yang membatasi top dan bottom akuifer yang diuji.
Kondisi muka air tanah yang ada dilakukan dengan mengukur bekas lubang bor geoteknik di 4 titik dengan kedalaman sesuai dengan kedalaman lubang bor yang ada. Data ini bertujuan untuk mendapatka data Muka Air Tanah yang stagnan sehingga dapat digunakan untuk keadaan kedalaman dari MAT tersebut. (Dilihat pada tabel 4.3).
Tabel 4.3
Data Pengukuran Muka Air Tanah
Sumber :LAPIITB, 2013
9/7/2012 2,24 100 27/8/2012 6,81 60
11/7/2012 31,4 120 29/8/2012 11,2 80
13/7/2012 33,66 140 1/9/2012 12,17 100
13/7/2012 24,92 160 3/9/2012 12,68 120
20/7/2012 50,09 182 5/9/2012 12,68 120
22/7/2012 43,58 200 1/10/2012 1,14 20
2/9/2012 6,09 20 2/10/2012 5,07 40
3/9/2012 6,06 42 3/10/2012 4,46 60
5/9/2012 6 60 3/10/2012 1,11 80
4/9/2012 7,91 80 4/10/2012 28,32 100
1/9/2012 12,15 100 5/10/2012 27,88 140
7/9/2012 8,07 120 5/10/2012 28,32 160
8/9/2012 6,85 120 6/10/2012 27,23 180
7/10/2012 27,28 200
Tanggal Kedalaman MAT (meter)
Kedalaman Lubang Bor
(meter) Lubang
Bor Tanggal Kedalaman MAT
(meter)
Lubang Bor
GT-02 GT-01
GT-03 GT-04
Kedalaman Lubang Bor
(meter)
4.3 Data Geoteknik
Dari data yang diuji berupa sifat fisik batuan (berat jenis) dan sifat mekanik (modulus young, poison ratio, kuat tarik, sudut gesek dalam dan kohesi). Berdasarkan penampang awal yang digunakan dilakukan metode pendekatan pada 2 penampang yaitu section 9 (barat laut dan tenggara) dan section D(barat daya dan timur laut), berikut hasil pengujian sifat fisik dan mekanik dari sample batuan pada lereng Quarry A (Dilihat pada tabel 4.4).
Tabel 4.4
Data Material Properties Untuk Analisis Kemantapan Lereng Keseluruhan Quarry A
Sumber : LAPIITB,2013 Material Pendekatan
Claystone GT01/31,32 0,0206 4125,35 0,26 0,709 27,89 0,132 92,3-93,5 Limestone GT04/19,21 0,0285 356,54 0,23 0,673 36,88 0,233 93,25-96,6 Lime-rich GT03/07,09 0,0286 6471,91 0,23 0,679 35,89 0,236 109,4-112,4 Lime-Marly GT01/42 0,0272 12842,47 0,24 1,579 34,32 0,269 212-213 Clay-rich GT04/16,17 0,0214 571,96 0,29 0,12 29,74 0,151 76,7-77,45
Material Pendekatan
Claystone GT04/04 0,0207 1839,16 0,27 0,708 26,96 0,156 16,03-16,45 Limestone GT04/19,21 0,0285 356,54 0,23 0,673 36,88 0,233 93,25-96,6 Lime-Marly GT01/42 0,0272 12842,47 0,24 1,579 34,32 0,269 212-213 Lime-rich GT03/07,09 0,0286 6471,91 0,23 0,679 35,89 0,236 109,4-112,4 Clay-rich GT04/16,17 0,0214 571,96 0,29 0,12 29,74 0,151 76,7-77,45
Material Pendekatan
Claystone GT01/31,32 0,0206 4125,35 0,26 0,709 27,89 0,132 92,3-93,5 Limestone GT04/19,21 0,0285 356,54 0,23 0,673 36,88 0,233 93,25-96,6 Lime-rich GT03/07,09 0,0286 6471,91 0,23 0,679 35,89 0,236 109,4-112,4 Lime-Marly GT01/42 0,0272 12842,47 0,24 1,579 34,32 0,269 212-213 Clay-rich GT04/16,17 0,0214 571,96 0,29 0,12 29,74 0,151 76,7-77,45
Material Pendekatan
Claystone GT04/04 0,0207 1839,16 0,27 0,708 26,96 0,156 16,03-16,45 Limestone GT04/19,21 0,0285 356,54 0,23 0,673 36,88 0,233 93,25-96,6 Lime-Marly GT01/42 0,0272 12842,47 0,24 1,579 34,32 0,269 212-213 Lime-rich GT03/07,09 0,0286 6471,91 0,23 0,679 35,89 0,236 109,4-112,4 Clay-rich GT04/16,17 0,0214 571,96 0,29 0,12 29,74 0,151 76,7-77,45
Pick
∅p (deg)
Cp (Mpa)
Pick
∅p (deg)
Cp (Mpa) Pick
∅p
(deg) Cp (Mpa)
Pick
∅p (deg)
Cp (Mpa)
Kedalaman (m)
Section 9' (Tenggara) Berat Jenis (MN/m3
Young Modulus
(Mpa)
Poison Ratio
Tensile Strength
Kedalaman (m) Berat
Jenis (MN/m3
Young Modulus
(Mpa)
Poison Ratio
Tensile Strength Section 9 (Barat Laut)
Kedalaman (m) Kedalaman
(m)
Section D' (Timur Laut) Berat Jenis (MN/m3
Young Modulus
(Mpa)
Poison Ratio
Tensile Strength Section D (Barat Daya) Berat
Jenis (MN/m3
Young Modulus
(Mpa)
Poison Ratio
Tensile Strength
Dari hasil pemetaan geoteknik yang dilakukan setelah terjadinya kelongsoran maka diambil 5 sampel batuan untuk diuji sifat fisik dan mekaniknya dengan rincian 4 batuan gamping dari masing-masing Quarry yaitu A.B,C dan D serta 1 batuan trass (sifat fisik, uji kuat tekan dan uji kuat geser residual), (Dilihat pada tabel 4.5).
Tabel 4.5
Data Pengujian Tambahan Sifat Fisik dan Mekanik LITHOLOGY SAMPLE
CODE
Sifat Fisik UCS Direct Sheart
(residual) ρn
(gr/cm3)
ρs (gr/cm3)
ρd (gr/cm3)
σc
(MPa) E (MPa) ν ( C )
Mpa ∅ (°) Gamping A ITP 2,46 2,51 2,43 18,12 11.177,47 0,223 0,62 24,69 Gamping B ITP 2,55 2,59 2,52 31,58 12.992,98 0,209 0,68 26,09 Gamping C ITP 2,54 2,60 2,50 30,53 12.811,98 0,221 0,64 25,44 Gamping D ITP 2,32 2,41 2,27 15,29 9.091,05 0,238 0,61 23,06 Trass Trass ITP 2,01 2,15 1,92 4,84 3.006,37 0,248 0,49 21,30
4.4 Prosedur Analisis Lereng
Kegiatan studi geoteknik ini terdapat beberapa hasil yang akan didapat, yaitu berupa pemodelan lereng, analisis kemantapan lereng keseluruhan, analisis balik kelongsoran pada panel A1, A2 dan A3, dan Analisis Perubahan Arah Penambangan A7, A8 dan A9.
4.4.1 Pemodelan Lereng
Pemodelan lereng merupakan representasi alamiah lereng bukaan tambang yang akan dianalisis dengan cara memasukkan faktor-faktor geometri, jenis batuan, tegangan insitu, pembebanan dan kondisi batas, sehingga dapat mewakili dan menggambarkan keadaan lereng suatu bukaan tambang mendekati keadaang sebenarnya di lapangan.
Dalam studi geoteknik ini, pemodelan dan analisis kemantapan lereng akan difokuskan pada lereng Quarry A, menggunakan metode kesetimbangan batas (LEM) dan metode analisis balik (back analysis) dengan asumsi berupa longsoran busur.
Asumsi longsoran busur berdasarkan nilai uji kuat tekan yang umumnya < 1 MPa.
Batuan sedimen Clay dan Limestone lapisan batubara dianggap mempunyai perilaku
mendekati elasto-plastik, sehingga pemodelan menggunakan limiting equilibrium methods analysis (dengan paket software Slide 6.0 dari RocScience), dipercaya akan memberikan hasil yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan. Analisis kemantapan lereng bertujuan untuk mengetahui stabilitas lereng bukaan tambang yang akan dibentuk sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng diantaranya geometri lereng, kekuatan massa batuan lereng, orientasi diskontinuitas, kondisi air tanah, dan beban luar yang bekerja (statik, dinamik).
Metode kesetimbangan batas (Limiting Equilibrium Methods, LEM) dapat dinyatakan dengan persamaan keseimbangan dari salah satu atau beberapa blok yang diasumsikan tidak terdeformasi dan mengurangi gaya yang tidak diketahui, khususnya gaya geser yang bekerja pada permukaan longsor yang dipilih sebelumnya. Dalam metode ini lereng dibagi menjadi beberapa segmen dengan pusat gaya titik tertentu, kemudian menganalisis gaya yang bekerja pada lereng saat terjadi longsor. Tahapan dalam proses pemodelan metode kesetimbangan batas ini meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan geometri lereng dan input parameter, 2. Memasukkan input parameter,
3. Mengeksekusi model,
4. Menginterpretasi hasil pemodelan.
4.4.2 Analisis Kemantapan Lereng Keseluruhan (Overall Pit Slope)
Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu.
Hasil dari analisis ini adalah rekomendasi tinggi lereng maksimum yang diizinkan dalam sudut tertentu. Analisis kemantapan lereng ini menggunakan acuan input parameter sebagai berikut (Dilihat pada tabel 4.6).
Tabel 4.6
Input Parameter Pada Section A1, A2 dan A3 Section 9' (Tenggara) Berat
Jenis (MN/m3
Pick
Kedalaman
∅p (m) (deg)
Cp (Mpa) Material Pendekatan
Claystone GT04/04 0,0207 26,96 0,156 16,03-16,45 Limestone GT04/19,21 0,0285 36,88 0,233 93,25-96,6 Lime-
Marly GT01/42 0,0272 34,32 0,269 212-213 Lime-rich GT03/07,09 0,0286 35,89 0,236 109,4-112,4 Clay-rich GT04/16,17 0,0214 29,74 0,151 76,7-77,45 Sumber : LAPIITB,2013
4.4.2.1 Analisis Kemantapan Lereng Section A1
Dari simulasi dan analisis stablitas lereng aktual yang sudah dilakukan pada Section A1, diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil analisis terhadap existing quarry MAT 5 (dilihat pada gambar 4.2).
Elevasi lantai tambang : 76 mdpl
Ketinggian lereng : 107 m
Kemiringan lereng : 19o
Faktor keamanan : 1,806
Gambar 4.2
Output Model Section A1 Existing MAT 5
Hasil analisis terhadap existing quarry MAT aktual (dilihat pada gambar 4.3).
Elevasi lantai tambang : 76 mdpl
Ketinggian lereng : 107 m
Kemiringan lereng : 19o
Faktor keamanan : 1,532
Gambar 4.3
Output Model Section A1 Existing MAT Aktual
4.4.2.2 Analisis Kemantapan Lereng Section A2
Dari simulasi dan analisis stablitas lereng aktual yang sudah dilakukan pada Section A2, diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil analisis terhadap existing quarry MAT 5 (dilihat pada gambar 4.4).
Elevasi lantai tambang : 76 mdpl
Ketinggian lereng : 74 m
Kemiringan lereng : 19o
Faktor keamanan : 1,96
Gambar 4.4
Output Model Section A2 Existing MAT 5
Hasil analisis terhadap existing quarry MAT aktual (dilihat pada gambar 4.5).
Elevasi lantai tambang : 76 mdpl
Ketinggian lereng : 74 m
Kemiringan lereng : 19o
Faktor keamanan : 2,243
Gambar 4. 5
Output Section A2 Existing MAT Aktual
4.4.2.3 Analisis Kemantapan Lereng Section A3
Dari simulasi dan analisis stablitas lereng aktual yang sudah dilakukan pada Section A3, diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil analisis terhadap existing quarry MAT 5 (dilihat pada gambar 4.6).
Elevasi lantai tambang : 76 mdpl
Ketinggian lereng : 53 m
Kemiringan lereng : 14o
Faktor keamanan : 3,08
Gambar 4.6
Output Model Section A3 Existing MAT 5
Hasil analisis terhadap existing quarry MAT aktual (dilihat pada gambar 4.7).
Elevasi lantai tambang : 76 mdpl
Ketinggian lereng : 53 m
Kemiringan lereng : 14o
Faktor keamanan : 3,35
Gambar 4.7
Output Model Section A3 Existing MAT Aktual
Berdasarkan hasil analisis kemantapan lereng yang dilakukan di atas pada section A1 s.d A3 dengan 3 kondisi MAT 5, MAT 3 dan aktual didapatkan hasil rekapitulasi (dapat dilihat pada tabel 4.7).
Tabel 4.7
Rekapitulasi FK Lereng Existing Section A1,A2 dan A3 Section Tinggi
Lereng
Sudut
Lereng MAT 5 MAT 3 MAT Aktual
A1 107 m 19 1,532 1,82 1,829
A2 76 m 19 1,96 2,23 2,243
A3 53 m 14 3,08 3,232 3,35
4.4.3 Analisis Balik Kelongsoran Section A1, A2 dan A3
Analisis kelongsoran pada Section A1 sampai section A3 ini menggunakan metode analisis balik. Pada pemodelan lereng dengan analisis balik ini menggunakan input parameter lama berdasarkan data terdahulu.
Pemodelan dan analisis kelongsoran Section A1, A2 dan A3 ini dilakukan pada Section A1 karena dianggap cukup untuk mewakili permasalahan kelongsoran di permukaan Section A1, A2 dan A3. Analisis kelongsoran ini dapat diuraikan dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut.
Pertama, melakukan rekonstruksi geometri lereng ke kondisi sebelum terjadinya longsor (lereng desain) yang selanjutnya dilakukan analisis balik (back analysis) dengan input parameter lama. Melakukan analisis balik dengan input parameter bobot isi, kohesi dan sudut gesek dalam. Kemudian mensimulasikannya sebanyak 1000 kali dengan interval kohesi dan sudut gesek dalam, seperti tabel berikut ini (dilihat pada tabel 4.8).
Tabel 4.8
Interval Kohesi dan Sudut Gesek Dalam Untuk Back Analysis
Material
Kohesi (Kpa) Standar Deviasi Kohesi
Sudut Gesek Dalam (0)
Standar Deviasi Sudut Gesek Dalam Rel
Min
Rel Max
Rel Min
Rel Max
Limestone 120 240 50,4 17 38 9
ALC Limestone Rich 128 245 49 16,5 37 8,7
Marly Limestone 147 280 55,2 16 36 8,5
ALC Claystone Rich 78 175 40,1 9,5 28 7,6
Clay 70 170 41,2 8 31 8
Hasil akhir dari analisis balik ini mendapatkan nilai FK = 0,975 mendekati angka 1, dengan kemungkinan kelongsoran 52,8% (dilihat pada Gambar 4.8)
Gambar 4.8
Hasil Model Analisis Balik Lereng Section A1
Hasil analisis balik Section A1 menghasilkan 2 grafik, yaitu grafik hubungan kohesi dengan faktor keamanan dan grafik hubungan sudut gesek dalam dengan faktor keamanan, seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 4.9
Grafik Hubungan Kohesi dan FK (Limestone)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0004x + 0,9291, sehingga dapat disimpulkan bahwa kohesi claystone untuk mencapai FK ~ 1 adalah 155 kPa. (dilihat pada gambar 4.9).
Gambar 4.10
Grafik Hubungan Sudut Gesek Dalam Dengan FK (Limestone)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = -0,0006x + 0,9502, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut gesek dalam claystone untuk mencapai FK
~ 1 adalah 22o. (dilihat pada gambar 4.10).
Gambar 4.11
Grafik Hubungan Kohesi dengan Fk (Lime-rich)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0001x + 0,9178, sehingga dapat disimpulkan bahwa kohesi claystone untuk mencapai FK ~ 1 adalah 163 kPa. (dilihat pada gambar 4.11).
Gambar 4.12
Grafik Hubungan Sudut Gesek Dalam dengan Fk (Lime-rich)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0038x + 0,8542, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut gesek dalam claystone untuk mencapai FK
~ 1 adalah 21,5o. (dilihat pada gambar 4.12).
Gambar 4.13
Grafik Hubungan Kohesi dengan Fk (Lime-marly)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,00006x + 0,9252, sehingga dapat disimpulkan bahwa kohesi claystone untuk mencapai FK ~ 1 adalah 192 kPa. (dilihat pada gambar 4.13).
Gambar 4.14
Grafik Hubungan Sudut Gesek Dalam dengan FK (Lime-maly)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = -0,0008x + 0,954, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut gesek dalam claystone untuk mencapai FK
~ 1 adalah 21. (dilihat pada gambar 4.14).
Gambar 4.15
Grafik Hubungan Kohesi dengan FK (Clay-rich)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0018x + 0,7311, sehingga dapat disimpulkan bahwa kohesi claystone untuk mencapai FK ~ 1 adalah 113 kPa. (dilihat pada gambar 4.15).
Gambar 4.16
Grafik Hubungan Sudut Gesek Dalam dengan FK (Clay-rich)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0005x + 0,9272, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut gesek dalam claystone untuk mencapai FK
~ 1 adalah 16,5o. (dilihat pada gambar 4.16).
Gambar 4.17
Grafik Hubungan Kohesi dengan Fk (Claystone)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0003x + 0,9639, sehingga dapat disimpulkan bahwa kohesi claystone untuk mencapai FK ~ 1 adalah 109 kPa. (dilihat pada gambar 4.17).
Gambar 4.18
Grafik Hubungan Sudut Gesek Dalam dengan FK (Claystone)
Dari grafik di atas didapatkan persamaan linear y = 0,0217x + 0,6161, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut gesek dalam claystone untuk mencapai FK
~ 1 adalah 13,5. (dilihat pada gambar 4.18).
Berikut merupakan parameter hasil analisis balik yang disajikan dalam bentuk tabel seperti pada (dilihat pada gambar 4.9).
Tabel 4.9 Hasil Analisis Balik
Material ∅p (deg) Cp (Mpa)
HG Limestone 155 22
ALC Limestone
Rich 163 21,5
Marly Limestone 192 21 ALC Claystone
Rich 113 16,5
Clay 109 17,5
Melakukan analisis stabilitas lereng menggunakan parameter kohesi dan sudut gesek dalam hasil analisis balik. Hasil analisis balik stabilitas lereng Section A1 yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Pertama, menganalisis kembali lereng desain Section A1 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.19).
a. Ketinggian lereng : 107 m b. Kemiringan lereng : 19o c. Faktor keamanan : 0,975
Gambar 4.19
Hasil Analisis Balik Section A1
2. Kedua, menganalisis kembali lereng desain Section A2 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.20).
a. Ketinggian lereng : 76 m b. Kemiringan lereng : 19o c. Faktor keamanan : 1,216
Gambar 4.20
Hasil Analisis Balik Section A2
3. Ketiga, menganalisis kembali lereng desain Section A3 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.21).
a. Ketinggian lereng : 53 m b. Kemiringan lereng : 14o c. Faktor keamanan : 1,893
Gambar 4.21
Hasil Analisis Balik Section A3
Hasil analisis balik tersebut didapat nilai FK yang lebih kecil, sehingga harus dilakukan desain kembali (redesign) dengan menggunakan geometri baru Dikarenakan Section A3 lebih dari 1,25 maka A3 tidak akan dilakukan redesign tetapi dilakukan optimasi dengan membuat lebih dalam dan lebih curam. Berikut merupakan hasil simulasi dan analisis stabilitas redesign lereng yang diperoleh.
1. Pertama, menganalisis kembali lereng desain Section A1 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.22).
a. Ketinggian lereng : 106 m b. Kemiringan lereng : 13o c. Faktor keamanan : 1,266
Gambar 4.22
Rekomendasi Geometri Section A1
2. Kedua, menganalisis kembali lereng desain Section A2 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.23).
a. Ketinggian lereng : 74 m b. Kemiringan lereng : 18o c. Faktor keamanan : 1,263
Gambar 4.23
Rekomendasi Geometri Section A2
3. Ketiga, menganalisis kembali lereng desain Section A3 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.4).
a. Ketinggian lereng : 65 m b. Kemiringan lereng : 22o c. Faktor keamanan : 1,303
Gambar 4.24
Rekomendasi Geometri Section A3
Dari hasil redesign yang dilakukan berdasarkan input parameter hasil analisi balik didapatkan data optimasi lereng dengan penurunan OAS (Overall Angle Slope) pada section A1, A2 dan A3 hingga memiliki nilai FK yang aman (dapat dilihat pada tabel 4.10).
Tabel 4.10
Rekapitulasi FK Optimasi Hasil Redesign Section Sudut Tinggi
(m) FK PK (%)
A1
19 106 0,975 51
18 102 1,066 36,3
17 106 1,092 30,4
16 106 1,134 25,7
15 106 1,165 23,9
14 106 1,202 20,5
13 106 1,262 14,8
12 106 1,359 8,4
A2
19 74 1,216 8
18 74 1,263 6
17 76 1,31 4,3
16 76 1,356 2
A3
23 65 1,247 7,7
22 65 1,303 4,7
21 65 1,343 4,6
20 65 1,373 4,4
19 65 1,399 3,3
18 65 1,435 2,4
17 65 1,472 1,9
16 65 1,506 1,4
15 65 1,549 1,2
14 53,5 1,893 0
Keterangan : Rekomendasi
4.4.4 Analisis Perubahan Arah Penambangan Section A7, A8 dan A9
Analisis untuk perubahan arah penambangan dimaksudkan untuk mengambil bahan galian yang tidak terambil pada section A1 s.d A3 maka dilakukan perubahan pada Section A7 s.d A9 dengan jarak 100 m.
Dengan menggunakan geometri lereng aktual dan input parameter menggunakan hasil dari back analysis, MAT jenuh, dengan beberapa simulasi yang dilakukan maka direkomendasikan untuk perubahan arah penambangan pada section A7,A8 dan A9 digunakan rekomendasi pit limit sebagai berikut (dilihat pada tabel 4.11).
Tabel 4.11
Rekomendasi Geometri Pit Limit Perubahan Arah Penambangan
Berikut merupakan hasil simulasi dan analisis stabilitas lereng yang diperoleh.
1. Pertama, menganalisis kembali lereng desain section A7 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.25).
a. Ketinggian lereng : 80 m b. Kemiringan lereng : 24o c. Faktor keamanan : 1,257
FK PK (%) FK PK (%) FK PK (%)
65 20 1,424 0,6 1,603 0,5 1,396 0,8
67,5 20 1,393 1,2 1,569 0,6 1,392 1
70 20 1,341 2,5 1,546 0,6 1,384 1,6
72,5 20 1,284 4,7 1,462 1,1 1,374 2,1
75 20 1,238 9,8 1,4 1,6 1,365 2,3
77,5 20 1,190 13,2 1,343 2,6 1,358 2,8
80 14 1,257 16,6 1,4 1,3 1,78 0,2
80 15 1,230 18,6 1,379 1,9 1,689 0,3
80 16 1,205 20,3 1,353 2,4 1,608 0,5
80 17 1,185 22,8 1,335 2,6 1,533 0,8
80 18 1,176 23,5 1,315 3 1,467 1,3
80 19 1,158 24,5 1,307 3,5 1,408 2
80 20 1,139 25,9 1,294 3,9 1,347 3,3
Keterangan : Rekomendasi
A9
Ketinggian Sudut A7 A8
Gambar 4.25
Rekomendasi Geometri Section A7
2. Pertama, menganalisis kembali lereng desain Section A8 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.26).
a. Ketinggian lereng : 80 m b. Kemiringan lereng : 14o c. Faktor keamanan : 1,4
Gambar 4.26
Rekomendasi Geometri Section A8
3. Pertama, menganalisis kembali lereng desain Section A9 menggunakan parameter hasil analisis balik, (dilihat pada gambar 4.27).
a. Ketinggian lereng : 80 m b. Kemiringan lereng : 14o c. Faktor keamanan : 1,78
Gambar 4.27
Rekomendasi Geometri Section A9