• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Syarat sahnya keterangan, keterangan merupakan alat bukti yang terpenting dalam suatu perkara pidana. Syarat-syarat untuk menjadi saksi adalah: 39. Agar suatu keterangan dapat sah sebagai alat bukti dalam suatu perkara, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 42. Kekuatan keterangan ahli bersifat independen, karena tidak mengikat hakim untuk menggunakannya jika bertentangan dengan keyakinannya.

Adapun jenis-jenis surat yang dapat dijadikan alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 187 KUHAP dapat digolongkan sebagai berikut: 45. Untuk menguji alat bukti perlu dilakukan penilaian terhadap kekuatan surat tersebut. bukti itu sendiri.tahu. Pernyataan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai bukti-bukti lain.

Kedudukan Data Elektronik Dalam Proses Pembuktian

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komputer yang muncul di masyarakat, berbagai jenis alat bukti muncul di persidangan yang tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Sampai saat ini alat bukti elektronik berupa data belum diatur secara formal dalam KUHAP, namun Mahkamah Agung dalam suratnya kepada Menteri Kehakiman tertanggal 14 Januari 1988 No. Dalam undang-undang khusus ini, alat bukti elektronik diatur secara hukum dan mempunyai nilai pembuktian.

Dalam sistem hukum terdapat perbedaan mengenai kedudukan data elektronik sebagai alat bukti, yaitu dalam peraturan perundang-undangan yang satu alat bukti elektronik diakui sebagai perpanjangan tangan alat bukti, sedangkan dalam peraturan perundang-undangan lainnya diakui sebagai alat bukti yang berdiri sendiri. 52. Undang-undang ini pada akhirnya mencantumkan informasi elektronik atau dokumen elektronik atau cuplikannya sebagai alat bukti yang sah menurut hukum acara yang berlaku di Indonesia. Menurut Pasal 5 ayat (1) UU ITE, data elektronik merupakan alat bukti yang sah dalam UU Pembuktian di Indonesia.

Jadi, dapat dipahami bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen/data elektronik dapat digunakan sebagai alat bukti mandiri, sebagai alat bukti pengganti dokumen, dan sebagai alat bukti tambahan yang telah tercantum dalam KUHAP. Status kedudukan alat bukti data elektronik selanjutnya dapat dipersempit menjadi 2, yaitu sebagai alat bukti yang berdiri sendiri dan sebagai alat bukti yang tidak berdiri sendiri (pengganti surat dan perluasan alat bukti dalam KUHAP). Mengenai keabsahan suatu informasi elektronik dan/atau data dokumen/barang bukti dapat dilihat syarat sahnya suatu alat bukti untuk dapat diterima.

Dalam pasal tersebut, suatu pembuktian elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem yang diatur dalam UU ITE. Maka suatu data elektronik dapat dikatakan sah untuk digunakan sebagai alat bukti dalam proses pembuktian suatu tindak pidana di pengadilan.

Fungsi data elektronik dalam proses pembuktian perkara pidana

Untuk mewujudkan fungsinya yaitu pencarian dan penemuan kebenaran, diperlukan alat bukti dalam proses pembuktiannya. Alat bukti tersebut nantinya akan digunakan untuk membuktikan bahwa terdakwa melakukan tindak pidana dan oleh karena itu terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Oleh karena itu, hendaknya terdakwa atau kuasa hukumnya sedapat mungkin mengajukan bukti-bukti yang menguntungkan atau meringankan bagi pihaknya.

Selain itu, data elektronik sebagai alat bukti juga berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan hakim terhadap suatu perkara yang sedang ditangani serta berfungsi untuk memberikan keadilan dan kepastian hukum. Fungsi data elektronik yang digunakan sebagai alat bukti jika dikaitkan dengan budaya masyarakat juga mempunyai fungsi antara lain untuk mengurangi tingkat kejahatan yang akan terjadi, dan berfungsi sebagai alat pengawasan. Contoh kasus yang menggunakan data elektronik sebagai alat bukti dalam proses pembuktiannya adalah kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin59.

Kuasa hukum Jessica menyatakan bahwa rekaman CCTV tersebut tidak layak dijadikan alat bukti dalam persidangan karena CCTV di Cafe Olivier tersebut dibuat bukan atas permintaan aparat penegak hukum, hal ini sejalan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (CC) yang berbunyi, bahwa penyadapan terhadap salah satu pihak harus dilakukan oleh aparat penegak hukum. Penyelesaiannya terjadi di tingkat pengadilan negeri, dimana dalam proses pembuktian yang diajukan Kejaksaan Negeri, salah satu alat bukti yang digunakan adalah alat bukti yang berbasis elektronik yaitu CCTV (Closed Circuit Television). Alat bukti elektronik diketahui tidak diatur dalam KUHAP sehingga pengolahannya juga mengundang banyak kelebihan dan kekurangan dari para ahli.

Dari perkara ini diketahui, menurut penilaian majelis hakim, barang bukti CCTV tersebut dapat dijadikan perpanjangan dari Pasal 184 ayat (1). sebagai panduan. Dari sisi efektifitas undang-undang, tampak adanya kendala dalam penggunaan data elektronik sebagai alat bukti dalam prosesnya. Alat bukti data elektronik tidak diatur dalam KUHAP yang selama ini dijadikan bagian utama KUHAP di Indonesia.

Selain itu, permasalahan lain muncul ketika data elektronik digunakan dalam suatu pembuktian. Banyak orang ragu bahwa mereka tidak menghargai data elektronik sebagai bukti.

Prospek data elektronik sebagai alat bukti dalam proses pembuktian untuk masa mendatang

Prospek data elektronik sebagai alat bukti dilihat dari substansi hukum

Melihat perkembangan yang terjadi di masyarakat, alat bukti yang diberikan KUHAP masih kurang. Alat bukti elektronik hanya diatur oleh beberapa undang-undang dan undang-undang tersebut tidak dapat digunakan dalam semua kasus. KUHAP yang baru telah mengatur pembuktian dalam proses pembuktian perkara pidana yang terjadi di Indonesia.

Soal pembuktian di Rancangan KUHAP, terjadi perubahan signifikan. menjadikan KUHAP sangat berbeda dengan KUHAP. Yang dimaksud dengan “keterangan saksi” dalam RUU KUHAP juga sama dengan yang termuat dalam penjelasan KUHAP mengenai keterangan saksi, yaitu apa. yang dikemukakan saksi dalam sidang pengadilan yang fokus pada pembuktian. Kesimpulan hakim dalam ketentuan ini didasarkan pada seluruh kesimpulan yang masuk akal yang diambil dari bukti-bukti yang ada.

Dalam RUU KUHAP terlihat bahwa alat bukti elektronik saat ini sah dinyatakan sebagai alat bukti. Dari penjelasan yang diatur dalam Rancangan KUHAP, berarti sudah jelas alat bukti yang terkandung di dalamnya. KUHAP dengan alat bukti yang terdapat dalam RKUHP mempunyai perluasan yaitu perluasan alat bukti elektronik.

Pengaturan mengenai alat bukti data elektronik dalam RUU KUHAP dapat memberikan kepastian mengenai kekuatan dan kepastian kedudukan alat bukti data elektronik yang digunakan sebagai alat bukti dalam proses pembuktian dalam perkara pidana, serta dapat menjawab keraguan yang timbul dalam penggunaan data elektronik. sebagai bukti. Dengan adanya alat bukti data elektronik, penulis yakin bahwa alat bukti elektronik akan sangat membantu hakim dan memudahkan dalam penilaian dan pengambilan keputusan terhadap perkara pidana yang dihasilkan.

Prospek data elektronik sebagai alat bukti dilihat dari struktur hukum

Mengenai hal tersebut menurut penulis dengan adanya tambahan alat bukti yaitu alat bukti elektronik saat ini akan mempunyai peranan yang sangat penting dalam penegakan hukum mengingat perkembangan masyarakat. Dalam KUHAP, penyidik ​​yang terdiri dari anggota polisi bertugas mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang ada untuk mengidentifikasi tersangka. Penulis berpendapat, dalam hal penggunaan alat bukti data elektronik tentu tidak bisa hanya bergantung pada satu penyidik ​​saja, dalam hal ini hanya pihak kepolisian saja, namun juga harus mengikutsertakan pihak lain yang dapat memperoleh data elektronik untuk dijadikan sebagai alat bukti. bukti. di Pengadilan.

Penyidik ​​dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan bukti data elektronik tersebut. Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat dalam penggeledahan dan pengumpulan barang bukti data elektronik berperan sebagai penyidik. Selain penyidik ​​Kepolisian Negara Republik Indonesia, pejabat pemerintah tertentu yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang teknologi informasi diberi wewenang khusus sebagai penyidik ​​berdasarkan KUHAP untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang teknologi informasi dan elektronik. transaksi.

Pengamatan hakim masih berlaku kuat dalam kasus-kasus yang menggunakan data elektronik sebagai alat bukti.69 Dalam menangani alat bukti data elektronik, hakim tidak bisa hanya mengandalkan pengetahuan pribadinya untuk menilai data elektronik. Seorang hakim tetap perlu melibatkan ahli digital, karena alat bukti elektronik (berupa data elektronik seperti rekaman CCTV) sangat mudah dimanipulasi dengan cara menghapus suatu adegan atau melakukan tempering atau menyisipkan video. Dengan dilibatkannya para ahli digital untuk mengungkap keaslian data elektronik tersebut, diharapkan data elektronik yang dijadikan alat bukti benar-benar dapat mengungkap pelaku kejahatan yang terjadi.

Menurut penulis, diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam hal ini aparat penegak hukum di bidang teknologi informasi. Penegakan hukum dengan menggunakan alat bukti data elektronik akan sulit dilaksanakan dengan baik jika sumber daya manusianya tidak memiliki kualitas dan keahlian di bidang teknologi.

Prospek data elektronik sebagai alat bukti dilihat dari budaya hukum

Catatan elektronik banyak digunakan sebagai alat bukti dalam proses pembuktian suatu perkara pidana, namun pemahaman masyarakat terhadap hal tersebut masih diragukan. Kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan catatan elektronik sebagai alat bukti muncul akibat kurangnya pemahaman masyarakat. Selain itu, catatan elektronik tidak diatur secara hukum dalam KUHAP yang merupakan pedoman umum hukum acara pidana, sehingga masyarakat masih menganggap catatan elektronik bukan sebagai alat bukti, juga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam persidangan penyidikan pidana. kasus di pengadilan.

Dalam hal ini, menurut penulis, sangat diperlukan adanya edukasi kepada masyarakat mengenai penggunaan alat elektronik serta edukasi mengenai Rancangan Undang-Undang KUHAP yang telah mengatur tentang alat bukti data elektronik sebagai alat bukti dalam perkara tersebut. proses pemeriksaan perkara pidana di pengadilan. melalui sekolah, universitas, instansi pemerintah dan swasta, fasilitas akses informasi publik atau pendidikan melalui kegiatan sosial yang diselenggarakan untuk masyarakat. Ketentuan KUHAP mengenai alat bukti masih sempit sehingga sulit untuk memasukkan alat bukti di luar KUHAP dalam proses pembuktian di pengadilan, termasuk penggunaan catatan.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undag Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik