BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sesuai dengan judul yang diangkat yakni “Penerapan Pencegahan Pencemaran Laut Oleh Sampah Di Atas Kapal Sesuai Marine Pollution 73/78 Annex V” maka sebagai deskripsi data akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini Penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama Penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat Penulis mengadakan penelitian:
Name Of Ship’s : MT. Bull Sulawesi
Nationality : Indonesia
Port Of Registry : Jakarta
Call Sign : JZYR
IMO Number 9180920
Type Of Ship : Oil Tanker
Builder Of Ship : DALIAN NEW SHIPYARD HEAVY INDUSTRY CO.LTD.
Year Built : 16 November 1999
Owner : PT. NUSA BHAKTI JAYARAYA
Gross Tonnage (GRT) : 61.764 MT Net Tonnage (NRT) : 32.515 MT
L O A : 244,60 METERS
L B P : 233,0 METERS
MAIN ENGINE TYPE : DMD Sulzer 7RTA62U, MCR-21, 140 BHP, 15.540 KW @113 RPM
SPEED (MAXIMUM) : 15,7 Knot
CREWS : 28 Person including master
Gambar 4. 1. Kapal MT Bull Sulawesi saat docking
Kapal MT Bull Sulawesi mempunyai trayek atau route yang tetap, dimana route yang ditempuh telah terjadwal dan tetap (tidak berubah-ubah) baik dalam hal keberangkatan maupun kedatangan di pelabuhan, jika ada perubahan route itu karena adanya mutasi perpindahan Nakhoda (Master), dan sesuai kebijakan Kantor Pusat di Jakarta.
B. HASIL PENELITIAN
Adapun temuan yang menyebabkan pencemaran oleh sampah di atas kapal berdasarkan wawancara yang dilakukan Penulis saat penelitian, sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas.
Pelaksanaan kegiatan pengelolahan sampah melibatkan seluruh kru kapal deck department dan engine department. Kegiatan tersebut sebenarnya berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan hanya saja ada beberapa faktor yang tidak sempurna terlaksana. Hal inilah yang menyebabkan Penulis mengatakan jika awak kapal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran di laut.
1. Penyajian Data
Sampah saat ini menjadi permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, khususnya di laut. Untuk mencegah dan mengurangi hal tersebut, di atas kapal MT Bull Sulawesi dimana Penulis melakukan observasi telah menyediakan fasilitas-fasilitas untuk melakukan pengolahan sampah yang baik dan benar sehingga dapat mengurangi penyebaran limbah sampah di laut. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya:
1. Tempat Sampah
Tempat sampah yang ada di kapal di bagi menjadi 2 yaitu berupa bak sampah dan tong sampah yang akan Penulis uraikan di bawah ini:
a. Bak sampah merupakan tempat sampah yang berbentuk persegi panjang berukuran 15 x 5 x 20 cm yang telah disediakan di tiap- tiap cabin ABK, bridge, cargo control room, engine control room dan tempat-tempat strategis lainnya di dalam akomodasi untuk memudahkan para ABK membuang sampah. Tempat sampah tersebut terbagi menjadi 2 yaitu untuk sampah plastik dengan bak berwarna merah dan sampah non-plastik dengan bak sampah berwarna kuning.
Gambar 4. 2. Tempat sampah pada tiap - tiap cabin ABK
b. Tong sampah terletak di luar akomodasi, terbuat dari drum kosong yang dimanfaatkan dan dimodifikasi sehingga menjadi tempat penampungan sampah yang di kumpulkan dari bak sampah dalam
akomodasi dan kemudian di sortir untuk dimasukkan ke dalam tiap-tiap tong sampah sesuai dengan jenis sampah pada aturan MARPOL 73/78 Annex V. Hal ini juga bertujuan untuk memudahkan mengolah sampah pada tahap selanjutnya. Tong sampah yang ada di atas kapal MT. Bull Sulawesi dibedakan dengan warna yang berbeda diantaranya:
1. Merah, untuk sampah kategori A yaitu plastik.
2. Biru, untuk sampah kategori B yaitu food wastes.
3. Kuning, untuk sampah kategori C yaitu domestics wastes.
4. Hitam, untuk sampah kategori D yaitu cooking oil.
5. Abu – abu, untuk sampah kategori E yaitu incinerator ashes.
6. Hijau, untuk sampah kategori F yaitu operational wastes.
Gambar 4. 3. Tong sampah di atas kapal MT Bull Sulawesi
2. Incinerator
Incinerator merupakan alat pembakar sampah yang dioperasikan dengan menggunakan teknologi pembakaran pada suhu tertentu, sehingga sampah dapat terbakar habis. Prosesnya disebut insinerasi. Fungsi dari incinerator adalah mengubah sampah menjadi abu (incinerator ashes), gas sisa hasil pembakaran, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Sampah – sampah yang telah disortir sesuai dengan jenisnya pada tong sampah di atas selanjutnya dibakar didalam incinerator. Incinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%.
Insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.
Gambar 4. 4. Incinerator di atas kapal MT Bull Sulawesi
3. Compactor
Compactor merupakan alat untuk memadatkan sampah seperti kertas, kardus, kaleng atau plastik bekas yang siap di kirim ke pabrik pengolahan daur ulang yang ada di darat. Di atas kapal keberadaan compactor ini sangat penting, mengingat sampah - sampah tersebut sangat besar volumenya. Sampah - sampah yang tidak dapat di bakar di incinerator seperti kaleng dan gelas kaca dipadatkan/ dihancurkan di dalam mesin compactor ini. Hasil pemadatan dari mesin tersebut dapat mengurangi volume sampah sehingga saat pengiriman akan memudahkan baik dari segi ongkos maupun teknis pengiriman.
Fasilitas – fasilitas tersebut sangat membantu dalam menangani masalah sampah dan pengolahannya di atas kapal. Tetapi pengolahan sampah tidak akan berjalan dengan baik jika ABK tidak dibekali pengetahuan tentang MARPOL 73/78 Annex V dan tidak adanya sanksi tegas terhadap para ABK yang ketahuan melanggar aturan.
Kejadian pertama yang Penulis temukan yaitu pada saat pembuangan sampah makanan dari Galley. Pembuangan sampah makanan sudah sesuai dengan aturan MARPOL Annex V yaitu di luar special area berjarak tidak kurang dari 3 mil laut dari daratan terdekat dan pembuangan dilakukan pada saat kapal sedang berlayar dan di special area membuang sampah makanan dilakukan sejauh mungkin dari daratan terdekat tidak kurang dari 12 mil laut dan pembuangan dilakukan pada saat kapal sedang berlayar. Tetapi terkadang pembuangan sampah ini masih tidak
sepenuhnya sesuai dengan aturan yang ada karena masih tercampur dengan adanya tisu-tisu bekas yang tidak disortir terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.
Kejadian kedua yang Penulis temukan yaitu pada saat ABK telah selesai melakukan tugas dinas jaga atau kerja harian. Penulis masih menemukan ABK dengan sadar membuang bekas sarung tangan kotor (hand gloves) dan majun yang digunakannya untuk bekerja dibuang begitu saja ke laut.
Kejadian ketiga yang Penulis temukan yaitu masih ada ABK yang membuang sampah tetapi tidak sesuai dengan jenis sampah yang seharusnya dibuang ke tempat sampah tersebut sehingga membuat sampah tercampur dan memiliki dampak yang buruk pada proses pengolahan sampah pada tahap berikutnya seperti tercampurnya sampah jenis logam ke dalam sampah plastik akan berdampak pada incinerator, karena seharusnya logam tidak dibakar dalam incinerator melainkan dipadatkan di dalam compactor.
Kegiatan pembuangan sampah makanan yang masih tercampur dengan bahan – bahan lain seperti tisu dan pembuangan sarung tangan bekas oleh ABK tersebut tentunya tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dari MARPOL 73/78 khususnya Annex V. Dalam MARPOL 73/78 Annex V telah ditentukan prosedur yang seharusnya dilaksanakan, tetapi sesuai dengan pengamatan Penulis di lapangan masih ada beberapa bagian yang tidak dilaksanakan dengan semestinya.
Berikut data ABK yang dapat Penulis lampirkan berdasarkan kuisioner yang Penulis bagikan kepada setiap awak kapal di atas kapal MT Bull Sulawesi sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas:
No Nama Jabatan Ijazah
Terakhir
Pemahaman terhadap aturan Marpol 73/78
Annex V
Pemahaman tentang dampak pembuangan
sampah di laut 1 Harson Tjolly Master ANT - 1 Sangat Paham Sangat Paham 2 Achmad Rasmono C/O ANT - 2 Sangat Paham Sangat Paham 3 Andi Fakhrizal 2nd Officer ANT - 2 Sangat Paham Sangat Paham 4 Arapat 3rd Officer ANT - 3 Sangat Paham Sangat Paham 5 Dippo Binoto S Jr Officer ANT - 3 Sangat Paham Sangat Paham 6 Diaz Mundi C/E ATT - 1 Sangat Paham Sangat Paham 7 Suhendi 2nd Enginer ATT - 1 Sangat Paham Sangat Paham 8 Zulkifli Azikin 3rd Enginer ATT – 2 Sangat Paham Sangat Paham 9 Maulana Yusuf 4th Enginer ATT – 3 Sangat Paham Sangat Paham 10 Rezza Satria Putra Jr Enginer ATT – 3 Sangat Paham Sangat Paham 11 M Sudirman G Electrician ETO Sangat Paham Sangat Paham 12 Budiyanto Hasan Bosun ANT – D Paham Sangat Paham 13 La Ode Awaludin Pump Man ANT – D Paham Sangat Paham 14 Hary Agus Setiyo A/B A ANT – D Tidak Paham Sangat Paham
15 Kasim A/B B ANT – D Paham Sangat Paham
16 Mohamad Mosi A/B C ANT – D Tidak Paham Sangat Paham
17 M Suwarso Oiler no 1 ATT – D Paham Sangat Paham
18 Iyan Hermawan Fitter ATT – D Paham Sangat Paham
19 Roni Renold S Oiler A ATT – D Paham Sangat Paham 20 Sularso Oiler B ATT – D Tidak Paham Sangat Paham 21 Dominggus P Oiler C ATT – D Tidak Paham Sangat Paham 22 Ayub Syarifuddin Chief Cook BST Tidak Paham Sangat Paham 23 Lucida Noorman Mess Boy BST Tidak Paham Sangat Paham 24 Febian Ramadika Deck Cadet BST Sangat Paham Sangat Paham 25 Hendry Dunan P Deck Cadet BST Sangat Paham Sangat Paham 26 Heru Bakti N Deck Cadet BST Sangat Paham Sangat Paham 27 Farrell Agathon H Eng Cadet BST Sangat Paham Sangat Paham 28 Alfan Al Azhar F Eng Cadet BST Sangat Paham Sangat Paham
Tabel 4. 1. Data ABK MT. Bull Sulawesi (Sumber: Hasil survey Penulis)
Berdasarkan data di atas bahwa ABK di atas kapal MT Bull Sulawesi memiliki jenjang pendidikan yang berbeda – beda sehingga beberapa ABK tidak memiliki pengetahuan tentang MARPOL 73/78 khususnya Annex V . Dari total jumlah ABK 28 orang terdapat 6 orang
yang tidak memahami aturan dari MARPOL 73/78 Annex V sehingga dapat diprosentasekan ABK yang mengetahui tentang aturan ini adalah 75,2%
dan yang tidak mengetahui tentang aturan ini adalah 24,8%, dari data tersebut dapat dilihat juga bahwa seluruh ABK mengetahui dampak negatif dari pembuangan sampah ke laut.
2. Analisis Data
Mengingat pola pikir ABK yang beraneka ragam, pada penelitian ini Penulis berpendapat bahwa peraturan MARPOL 73/78, khususnya pencegahan pencemaran oleh sampah di atas kapal masih terdapat pelanggaran yang terjadi, hal ini sesuai pengamatan Penulis yang seringkali menyaksikan kejadian - kejadian dimana ABK membuang bekas sarung tangan (hand gloves) dan kain majun dengan cara melemparkannya ke laut dimana ini terjadi karena latar belakang pendidikan ABK yang beragam sehingga ada beberapa ABK tidak memiliki pengetahuan tentang aturan Marpol 73/78 Annex V dan perwira di kapal tidak memberikan sanksi yang tegas terhadap ABK yang melanggar aturan merupakan faktor lain yang berpengaruh dan memberikan andil yang besar penyebab terjadinya kerusakan ekosistem di laut. Ada beberapa faktor yang Penulis temukan dalam permasalahan ini:
a. Rendahnya tingkat pendidikan ABK
Berdasarkan keterangan yang didapat dari beberapa ABK, ABK masih belum mengerti dan memahami isi dari MARPOL 73/78 khususnya Annex V dikarenakan ABK tidak mengerti bahasa inggris
dengan baik. Maka ABK hanya melakukan kegiatan berdasarkan kebiasaan, dan tidak adanya rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan.
b. Kurangnya pengarahan dari Nakhoda maupun perwira di kapal tentang pencegahan pencemaran oleh sampah di atas kapal.
Dalam meeting atau pertemuan antara semua kru kapal, Nakhoda dan chief officer pernah membicarakan atau membahas tentang Marpol 73/78, akan tetapi lebih terfokus kepada pencegahan pencemaran oleh minyak sedangkan upaya pencegahan pencemaran oleh sampah di laut tidak dibahas secara detail. Adapun yang dibahas dalam pertemuan selama ini adalah safety meeting tentang keselamatan kerja dan rencana kerja (plan maintenance system).
c. Kurang tegasnya perwira kapal dalam menindaklanjuti pelanggaran – pelanggaran yang terjadi.
Kurangnya ketegasan perwira kapal dalam menindaklanjuti para ABK yang melanggar untuk tetap membuang sampah kelaut menjadi faktor yang penting dalam mewujudkan lingkungan laut yang bersih. Pelanggaran–pelanggaran tersebut akan senantiasa terus dilakukan jika tidak ada sanksi atau hukuman kepada setiap individu yang melanggar. Sehingga ini akan menjadi kebiasaan buruk bagi individu tersebut dan tidak akan ada perubahan yang signifikan karena hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d. Tidak adanya pelatihan/ Drill tentang pengolahan sampah di atas kapal.
Dalam setiap kegiatan pelatihan/ drill di atas kapal MT Bull Sulawesi hanya melakukan drill diantaranya fire drill, man overboard drill, abandon ship, dan lain-lainnya. Belum ada pelatihan/ drill mengenai pengolahan sampah secara baik dan benar.
C. PEMBAHASAN
Dari analisa data tersebut, maka penulis perlu membahas lebih lanjut mengenai penerapan pencegahan pencemaran oleh sampah di atas kapal sesuai dengan Marpol 73/78 Annex V. Para ABK harus mengerti terlebih dahulu mengenai aturan ini untuk selanjutnya penerapan di atas kapal secara langsung.
Dengan mengacu pada Marpol 73/78 Annex V yang mengatur tentang larangan dan tata cara membuang sampah yang baik dan benar dari semua kapal yang berlayar pada semua lingkungan laut sejauh mungkin dari pantai suatu Negara, aturan ini telah diterapkan dengan baik. Karena setiap pembuangan sampah dilakukan pada saat kapal sedang berlayar dan berada di tengah laut yang perkiraan jaraknya adalah lebih dari 25 mil laut dari garis pantai terdekat. Hal ini telah dimengerti oleh semua ABK dengan pengertian mereka yaitu jika membuang sampah dekat dengan daratan ataupun pelabuhan, maka akan terlihat pencemarannya. Bisa disimpulkan juga bahwa para ABK membuang sampah dengan jarak yang jauh agar tidak terlihat oleh pihak darat. Karena jika kondisi sampah sudah penuh dan harus dibuang,
meskipun posisi kapal masih berjarak 4 atau 5 mil saja dari daratan, sampah tersebut tetap saja dibuang dengan syarat kegiatan tersebut dilakukan pada malam hari. Karena jika malam hari tidak akan terlihat oleh siapapun kecuali pihak kapal itu sendiri.
Untuk mencegah pencemaran sampah di laut diperlukan adanya rencana pengolahan sampah yang baik. Prosedur yang paling tepat untuk menangani dan menyimpan sampah bervariasi tergantung pada faktor - faktor seperti jenis dan ukuran kapal, daerah operasi (area khusus misalnya, jarak dari daratan terdekat), peralatan pengolahan sampah dan ruang penyimpanan di kapal, jumlah awak kapal atau penumpang, lama pelayaran dan peraturan serta fasilitas di pelabuhan yang dituju . Namun, dalam pandangan dari biaya yang terkait dengan opsi penanganan sampah yang berbeda, pertama secara ekonomis menguntungkan membatasi jumlah bahan yang dapat menjadi sampah dari yang dibawa di atas kapal dan kedua, sampah terpisah memenuhi syarat untuk dibuang ke laut dari sampah lain yang tidak dapat dibuang ke laut. Rencana pengelolaan sampah harus sesuai dengan prosedur berikut yang sesuai dengan MARPOL 73/78 Annex V:
1. Meminimalkan
Meskipun pembuangan sampah yang dihasilkan oleh kapal diizinkan untuk dibuang di laut dengan jarak tertentu dari garis batas daratan (baseline) kecuali di area khusus namun disarankan bahwa setiap kali penggunaan secara praktis sebagai sarana utama adalah fasilitas pelabuhan penerimaan. Untuk meminimalkan produksi sampah di atas kapal faktor - faktor berikut harus dipertimbangkan:
a. Dapat digunakan kembali kemasan, cangkir sekali pakai, peralatan, piring, handuk, sarung tangan dan kain dan barang-barang lainnya kenyamanan harus dibatasi dan diganti dengan barang lain yang dapat dicuci bila memungkinkan.
b. Dimana pilihan praktis yang ada, perbekalan yang dapat dikemas atau terbuat dari bahan selain plastik sekali pakai dan harus dipilih untuk mengganti persediaan kapal kecuali tersedia alternatif dari bahan plastik yang dapat digunakan kembali.
c. Sistem pergudangan dan metode yang digunakan kembali, seperti material dunnage, bahan menopang, pelapis dan dari kemasan.
d. Dunnage, lapisan dan bahan kemasan yang dihasilkan di pelabuhan selama kegiatan operasi muatan yang tidak dapat dibuang ke laut harus dibuang melalui fasilitas penerimaan di pelabuhan.
Di atas kapal MT Bull Sulawesi telah melakukan upaya untuk meminimalkan produksi sampah, diantaranya menggunakan cangkir, sendok, garpu, piring dan peralatan dapur lainnya yang dapat digunakan kembali dengan cara dicuci serta handuk, sarung tangan dan jenis kain lainnya yang dapat dicuci kembali. Untuk bahan yang tidak dapat digunakan kembali seperti sawdust dan absorbent yang bercampur dengan minyak dan plastik-plastik bekas disimpan di dalam kantong plastik dan di tampung di tong penyimpanan sampah untuk nantinya dibuang ke fasilitas penampungan di pelabuhan.
2. Pengumpulan
Prosedur pengumpulan sampah di kapal didasarkan pada pertimbangan apa yang boleh dan apa yang tidak diizinkan untuk dibuang ke laut saat dalam perjalanan, dan apakah jenis sampah tertentu dapat dibuang ke fasilitas pelabuhan untuk didaur ulang atau digunakan kembali.
Tempat sampah di kapal bisa dibuat dari drum, logam, kaleng, tas keranjang, atau tempat sampah plastik yang bisa didorong (beroda).
Sampah yang dihasilkan harus dipisahkan sebagai berikut:
a. Plastik dan campuran plastik dengan sampah bukan plastik.
Pembuangan sampah plastik ke laut sangat dilarang dari semua bentuk plastik, tidak terbatas pada tali sintetis, jaring ikan sintetis, kantong sampah plastik dan abu insinerator dari produk plastik. Bila sampah plastik tidak dipisahkan dengan benar dari sampah lainnya, campuran harus diperlakukan seolah-olah itu semua merupakan sampah plastik.
b. Sampah makanan
Beberapa negara memiliki peraturan yang mengontrol penyakit yang mungkin timbul dari limbah makanan asing dan bahan-bahan yang berkaitkan dengan makanan tersebut (makanan kemasan misalnya dan peralatan makan sekali pakai). Untuk aturan ini diperlukan cara membakar, sterilisasi, perlakuan khusus dengan kemasan ganda atau lainnya dan oleh karena itu bahan-bahan tersebut harus disimpan terpisah dari sampah lainnya dan dibuang sesuai dengan hukum negara penerima. Tindakan pencegahan harus diambil untuk memastikan bahwa plastik yang terkontaminasi oleh limbah
makanan (misalnya makanan bungkus plastik) tidak dibuang ke laut dengan sisa makanan lainnya. Sampah dihasilkan di atas kapal, harus dibuang sesuai dengan prosedur ini dengan mengamati Marpol 73/78 Annex V. Limbah harus dipisahkan menjadi sampah plastik, limbah umum dan limbah makanan dan harus di buang sesuai dengan prosedur masing - masing.
Penerapan pengumpulan sampah di kapal MT Bull sulawesi menggunakan drum bekas yang dimodifikasi menjadi tong sampah dan dibedakan dengan warna. Seperti yang pernah terjadi di kapal ketika ABK tidak membuang sampah plastik ke tempat sampah sesuai dengan kategorinya sehingga tercampur antara sampah plastik dan non plastik, maka campuran sampah harus diperlakukan seolah-olah itu semua merupakan sampah plastik sehingga pembuangan di lakukan di fasilitas penampungan di darat. Pengolahan sampah makanan di kapal disortir terlebih dahulu sehingga tidak tercampur dengan plastik atau sampah lain yang bukan merupakan jenis sampah makanan, setelah disortir sampah makanan dapat dibuang ke laut dengan jarak tidak kurang dari 3 mil laut dari daratan terdekat dan dilakukan pada saat kapal sedang berlayar dan hasil sortiran dari sampah makanan sebelumnya dapat ditampung di tong sampah dan kemudian dibakar di dalam incinerator.
3. Tempat Sampah
Tempat sampah ditandai dengan jelas dan dibedakan dengan warna, grafis, bentuk, ukuran, atau lokasi. Tempat sampah tersebut harus disediakan di ruang yang benar di kapal. Anak buah kapal harus
diberitahukan mengenai cara membuang sampah sesuai dengan tempatnya.
Anak buah kapal harus bertanggung jawab dalam mengumpulkan dan melakukan proses pembuangan ke lokasi penyimpanan.
Tempat sampah di kapal MT Bull Sulawesi telah ditandai dengan jelas dan dibedakan menurut jenisnya sesuai aturan Marpol 73/78 Annex V berikut:
1. Merah, untuk sampah kategori A yaitu plastik.
2. Biru, untuk sampah kategori B yaitu food wastes.
3. Kuning, untuk sampah kategori C yaitu domestics wastes.
4. Hitam, untuk sampah kategori D yaitu cooking oil.
5. Abu – abu, untuk sampah kategori E yaitu incinerator ashes.
6. Hijau, untuk sampah kategori F yaitu operational wastes.
Tempat sampah tersebut telah disediakan di tiap-tiap cabin ABK, bridge, cargo control room, engine control room dan tempat-tempat strategis lainnya di dalam akomodasi untuk memudahkan para ABK membuang sampah. Terdapat poster di tiap-tiap lokasi tempat sampah yang di tempel di dinding untuk selalu menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya.
4. Penyimpanan
Sampah yang dikumpulkan dari semua tempat di kapal harus dibuang ke tempat pengolahan yang ditentukan di kapal atau tempat penyimpanan dialokasikan. Sampah yang harus dibuang ke pelabuhan atau fasilitas penerimaan pelabuhan, mungkin memerlukan pengaturan penyimpanan yang tepat agar dapat dibuang ke darat untuk diproses
dengan memperhitungkan pada panjang pelayaran atau ketersediaan fasilitas penerimaan di pelabuhan. Sampah harus disimpan dengan cara yang tepat untuk menghindari bahaya kesehatan dan keselamatan. Sampah disimpan sebagai berikut:
a. Plastik harus disimpan di dalam tong untuk dibuang di darat. Untuk pembuangan di darat, plastik harus disimpan di dalam kantung plastik dan siap untuk dibuang ke darat. Plastik juga dapat dibakar di incinerator tetapi sisa dari pembakaran plastik tetap disimpan dan dibuang ke fasilitas penampungan di darat.
b. Majun berminyak harus di simpan di dalam tong didekat/ diarea pembakaran/ incinerator.
c. Kertas, kardus, majun tidak berminyak, dll, harus dikumpulkan diarea pengumpulan sampah kapal yang telah ditentukan untuk langsung dibuang ke fasilitas penampungan sampah di darat atau dibakar terlebih dahulu didalam incinerator.
d. Besi, kaca, kaleng bekas, dll, harus dikumpulkan di area pengumpulan sampah kapal yang telah ditentukan untuk pembuangan di darat atau dihancurkan terlebih dahulu menggunakan alat yang disebut compactor.
e. Kaleng cat sintetis harus disimpan di atas kapal di tempat penyimpanan cat dan hanya dibuang di darat.
Prosedur penyimpanan sampah yang ada di kapal MT Bull Sulawesi sudah sesuai dengan poin-poin di atas semua jenis sampah disortir dan dipisahkan menurut dengan kategori masing-masing dalam
tong sampah sehingga memudahkan untuk pengolahan sampah pada proses selanjutnya.
5. Pengolahan
Di kapal MT Bull Sulawesi dilengkapi dengan incinerator dan compactor, atau perangkat lain untuk pengolahan sampah. Awak kapal dilatih dan ditugaskan untuk mengoperasikan peralatan ini pada jadwal yang sesuai dengan kebutuhan kapal. Penggunaan peralatan pengolahan tersebut memungkinkan untuk mengurangi ruangan kapal untuk menyimpan sampah, membuatnya lebih mudah untuk membuang sampah di pelabuhan, dan meningkatkan asimilasi sampah yang dibuang ke laut.
Berikut opsi pembakaran dan pemadatan yang dihasilkan oleh kapal:
1. Opsi pembakaran sampah yang dihasilkan oleh kapal.
Contoh Sampah
Penanganan Sebelum Ke Incinerator
Karakteristik Insinerasi
Store Di Kapal Sifat
Dapat Terbakar
Pengur angan Ruang
Sisa Pembuangan Box/dos
kertas makanan dan kemasan minuman
Kecil - mudah dibawa ke tong sampah
Tinggi > 95% Bubuk Abu
Kemungkinan penuh
asap dan tidak berbahaya
Minimum
Fiber dan kertas Karton
Kecil - mengurangi ukuran bahan makanan ,tenaga manual yang kecil / minimum
Tinggi > 95% Bubuk Abu
Kemungkinan penuh
asap dan tidak berbahaya
Minimum
Plastic box makanan dan kemasan minuman dll.
Kecil - mudah dibawa ke tong sampah
Tinggi > 95% Bubuk Abu
Kemungkinan penuh
asap dan berbahaya
Minimum
Terpal plastik, jaring, tali dan
Sedang - untuk pengurangan tenaga
Tinggi > 95% Bubuk Abu
Kemungkinan penuh
asap dan berbahaya
Minimum
bahan material
kerja manual Karet slang
dan
potongan nya
Besar - untuk pengurangan tenaga kerja manual
Tinggi > 95% Bubuk Abu
Kemungkinan penuh
asap dan berbahaya
Minimum
Logam bekas makanan dan kemasan minuman
Kecil - mudah membawa makanan ke gerobak makanan .
Rendah < 10% Ampas Kemungkinan penuh
asap dan tidak berbahaya
Sedang
Logam yang tebal dan potongan kemasan
Besar - ada waktu untuk mengurangi tenaga manual (tidak mudah untuk pembakara)
Rendah sekali
< 5% Pecahan besar metal dan ampas
Kemungkinan penuh
asap dan tidak berbahaya
Maksimu m
Gelas bekas makanan, dan kemasan minuman .
Kecil - mudah untuk dibawa ke tong sampah.
Rendah < 10% Ampas Kemungkinan penuh
asap dan tidak berbahaya
Sedang
Kayu , kemasan muatan dan potongan kayu bekas
Sedang - ada waktu utk mengurangi tenaga manual .
Tinggi > 95% Powder Ash
Kemungkinan penuh
asap dan tidak berbahaya
Minimum
Tabel 4. 2. Opsi pembakaran sampah yang dihasilkan oleh kapal (Sumber: SMS Manual Book)
2. Opsi pemadatan sampah yang dihasilkan oleh kapal.
Contoh Sampah
Penanganan Khusus
Karakteristik Pemadatan Store Di Kapal Rate
Perubahan
Pengurangan Ruang Logam,makanan
,minuman, kemasan,kaca, kayu2 kecil.
None/Tidak ada Sangat Cepat Hampir 100% Minimum
Comminuted plastics, fiber dan kardus (papan kertas)
Kecil - mengurangi bahan utk ukuran makanan, manual minimum tenaga kerja .
Cepat Hampir 80% Minimum
Logam kecil Sedang - manual Lambat Hampir 50% Sedang
drums,potongan kayu besar.
tenaga kerja yg dibutuhkan dg waktu lama, utk ukuran bahan makanan.
Kemasan logam besar, pecahan logam yg tebal.
Impractical utk Pemadatan dikapal yang tidak mungkin
Tidak Ada Tidak Ada Maksimum
Tabel 4. 3. Opsi pemadatan sampah yang dihasilkan oleh kapal (Sumber: SMS Manual Book)
Drum kecil dan besar dapat dipadatkan dengan sangat mudah dengan compactor, sejumlah besar alat ini telah dirancang untuk lokasi yang tidak begitu luas, dan karena itu alat ini kecil dan mudah dioperasikan dengan hasil yang baik.
6. Pembuangan
Setelah sampah diproses pada tahap pengolahan maka tahap selanjutnya adalah tahap pembuangan. Pembuangan sampah di kapal MT Bull Sulawesi sesuai dengan tabel berikut:
Warna
Jenis Sampah Luar Area Khusus
Dalam Area Khusus Merah Plastik (termasuk tali sintetis,
jala ikan & kantung sampah plastik), bahan kimiawi, kembang api, obat, dll.
Pembuangan Dilarang
Pembuangan Dilarang
Kuning Kayu lepas yang mengambang, lapisan & material pembungkus.
> 25 mil Pembuangan Dilarang Sampah lain : kertas, lap, kaca
yang dipotong kecil, dll.
> 3 mil Pembuangan Dilarang Kertas, lap, kaca, besi, botol,
tembikar dan sampah serupa.
> 12 mil Pembuangan Dilarang
Hitam Cooking Oil Pembuangan
Dilarang
Pembuangan Dilarang Biru Limbah makanan yang tidak
dipotong kecil
> 12 mil > 12 mil Limbah makanan yang dipotong
kecil
> 3 mil > 12 mil
Abu-abu Abu pembakaran, kecuali dari produk yang bisa mengandung racun.
> 25 mil Pembuangan Dilarang Hijau Operational wastes, kabel bekas,
baterai, dll.
Pembuangan Dilarang
Pembuangan Dilarang Tabel 4. 4. Opsi pembuangan sampah ke laut (Sumber: SMS Manual Book)
Semua jenis sampah plastik, minyak bekas penggorengan, dan peralatan elektronik dari kapal disimpan di tempat penyimpanan sampah di kapal untuk dibuang ke darat melalui kapal-kapal kecil pengangkut sampah atau pada saat sandar di pelabuhan
7. Buku Catatan Pembuangan Sampah (Garbage Record Book)
Dalam mematuhi peraturan MARPOL 73/78 Annex V, kapal dilengkapi dengan Buku Catatan Pembuangan Sampah (Garbage Record Book) yang digunakan mencatat pembuangan semua sampah baik di laut maupun di pelabuhan. Dalam mengisi buku catatan sampah harus dilakukan pada setiap kejadian berikut:
a. Ketika membuang sampah ke fasilitas penerimaan darat atau kapal lainnya:
− Tanggal dan waktu buang sampah
− Pelabuhan atau fasilitas, atau nama kapal
− Kategori sampah dibuang
− Perkiraan jumlah yang habis untuk setiap kategori dalam m3
− Tanda tangan petugas operasi yang bertanggung jawab b. Ketika sampah di bakar:
− Tanggal dan waktu start dan stop dari insinerasi
− Posisi kapal (lintang dan bujur) di awal dan stop waktu insinerasi
− Kategori sampah yang dibakar
− Perkiraan jumlah dibakar di m3
− Tanda tangan petugas operasi yang bertanggung jawab
c. Ketika buang sampah ke laut sesuai dengan peraturan 4, 5 atau 6 dari MARPOL 73/78 Annex V:
− Tanggal dan waktu debit
− Posisi kapal (lintang dan bujur). Catatan: untuk pembuangan residu kargo, termasuk debit mulai dan berhenti posisi
− Kategori sampah yang dibuang
− Perkiraan jumlah yang habis untuk setiap kategori dalam m3
− Tanda tangan petugas operasi yang bertanggung jawab
d. Pengecualian atau kejadian sewaktu membuang atau kehilangan sampah ke laut, yang sesuai dengan peraturan 7 dari MARPOL 73/78 Annex V:
− Tanggal dan waktu terjadinya
− Port atau posisi kapal saat terjadi (lintang, bujur, dan kedalaman air jika diketahui)
− Kategori sampah yang dibuang
− Perkiraan jumlah dan kategori sampah dalam m3
− Alasan untuk pembuangan atau kerugian dan remarks
Jumlah sampah di atas kapal harus diperkirakan dalam m3, jika mungkin agar dipisah sesuai kategori. Volume sampah akan berbeda sebelum dan sesudah pengolahan. Beberapa prosedur pengolahan tidak memungkinkan untuk menggunakan perkiraan volume, misalnya
pengolahan limbah makanan secara terus - menerus. Faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan ketika membuat dan menafsirkan waktu mengisi di Garbage Record Book.
Di kapal MT Bull Sulawesi Chief Officer adalah orang yang ditunjuk di atas kapal yang bertanggung jawab untuk pengembangan dan implementasi rencana pengelolaan sampah berkaitan dengan catatan sampah yang dihasilkan dan pengolahan, penyimpanan, pembuangan ke laut atau fasilitas penerimaan di pelabuhan dan pemeliharaannya.
Berikut contoh Certificate for Garbage dan Garbage Record Book yang ada di kapal MT Bull Sulawesi:
Gambar 4. 5. Contoh Certificate for Garbage diatas kapal MT Bull Sulawesi
Gambar 4. 6. Contoh isi Garbage Record Book diatas kapal MT Bull Sulawesi
Dari semua pengamatan yang diambil oleh Penulis, dapat dikatakan bahwa pengelolahan sampah yang ada di atas kapal sebagai upaya pencegahan pencemaran sampah di laut sudah sangat baik dan sesuai dengan MARPOL 73/78 Annex V mulai dari adanya fasilitas-fasilitas dan alat-alat untuk proses pengolahan sampah dan juga di tambah dengan adanya poster- poster tentang tata cara membuang sampah dan rencana pengolahan sampah yang baik dan benar. Hanya saja ada beberapa faktor yang tidak sempurna terlaksana.
Sehingga membuat penerapan pencegahan pencemaran sampah di laut sesuai dengan MARPOL 73/78 Annex V belum sepenuhnya dilakukan.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulakan bahwa penerapan pencegahan pencemaran laut oleh sampah di atas kapal MT Bull Sulawesi pada dasarnya sudah dilaksanakan.
Seperti contohnya pembuangan sampah makanan yaitu di luar special area berjarak tidak kurang dari 3 mil laut dari daratan terdekat dan pembuangan dilakukan pada saat kapal sedang berlayar. Perlengkapan alat-alat untuk mengolah sampah seperti tempat sampah, incinerator, dan compactor sudah tersedia di atas kapal, dan dilengkapi dengan adanya poster- poster tentang tata cara membuang sampah dan langkah-langkah pengolahan sampah dengan cara meminimalkan, mengumpulkan, menyimpan, mengolah, membuang, dan mencatat setiap aktivitas pembuangan sampah yang terjadi dalam upaya pencegahan pencemaran laut sudah sesuai dengan aturan MARPOL 73/78 Annex V.
Para ABK memiliki jenjang pendidikan yang berbeda – beda sehingga beberapa ABK tidak memiliki pengetahuan tentang MARPOL 73/78 khususnya Annex V . Dari total jumlah ABK 28 orang terdapat 6 orang yang tidak memahami aturan dari MARPOL 73/78 Annex V sehingga dapat diprosentasekan ABK yang mengetahui tentang aturan ini adalah 75,2% dan yang tidak mengetahui tentang aturan ini adalah 24,8%, dari data yang Penulis peroleh dapat dilihat juga bahwa seluruh ABK mengetahui dampak negatif
dari pembuangan sampah ke laut. Namun masih ada ABK yang membuang sampah ke laut, ini disebabkan karena kurang tegasnya perwira kapal dalam menindaklanjuti para ABK yang ketahuan melanggar aturan ini. Pelanggaran- pelanggaran tersebut akan senantiasa terus dilakukan jika tidak ada sanksi atau hukuman kepada setiap individu yang melanggar sehingga membuat penerapan pencegahan pencemaran sampah di laut sesuai dengan MARPOL 73/78 Annex V belum sepenuhnya dilakukan.
B. SARAN
Dalam hal ini Penulis akan memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki kebiasaan buruk yang selama ini berlangsung diatas kapal. Adapun saran-saran yang akan Penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi ABK kapal :
a. Seluruh ABK kapal diharapkan mengerti dengan sejelas-jelasnya terkait MARPOL 73/78 Annex V ini. Bukan hanya sekedar mengerti artinya saja, tanpa mengerti aturan didalamnya.
b. Nakhoda dan Chief Officer yang bertanggungjawab akan hal ini, dalam kegiatan meeting hendaknya tidak hanya membicarakan tentang keselamatan kerja dan rencana kerja, hendaknya juga membicarakan tentang rencana pengolahan sampah sesuai dengan MARPOL 73/78 Annex V sehingga dapat diharapkan untuk seluruh ABK mengerti dan sadar akan pentingnya pengolahan sampah dikapal untuk mencegah pencemaran laut.
c. Nakhoda dan Chief Officer diharapkan memberikan sanksi yang tegas atau hukuman kepada ABK yang melanggar untuk memberikan efek jera agar para ABK tidak mengulangi perbuatannya.
d. Nakhoda dan Chief Officer diharapkan menambah rencana dan jadwal pelatihan/ drill mengenai pengolahan sampah di atas kapal sesuai aturan Marpol 73/78 Annex V disamping pelatihan- pelatihan/ drill lainnya.
2. Bagi Perusahaan Pelayaran :
a. Perusahaan pelayaran hendaknya menindaklanjuti para ABK yang ketahuan melakukan pelanggaran tersebut dengan cara memberikan sanksi atau hukuman agar ada efek jera, karena sampah ini merupakan masalah yang sangat serius apabila tidak ditangani dengan baik dan benar.
b. Perusahaan pelayaran hendaknya menambahkan dan memberikan jadwal latihan/ drill tentang pengolahan sampah di atas kapal secara resmi sehingga dapat diterapkan pada kapal – kapal lainnya.