• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan judul yang diangkat yakni, “Optimalisasi Penggunaan Ballast Untuk Stabilitas Kapal” maka sebagai deskripsi data akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat penulis melakukan penelitian:

Name Of Ship’s : MV.MERATUS GORONTALO

Nationality : INDONESIA

Port of registry : SURABAYA

Owner : PT.MERATUS LINE

Call sign : POUB

IMO Number 9202895

Type Of Ship : CONTAINER SHIP

Builder Of Ship : IWAGI ZOSEN CO LTD

Year Built : 24TH JUNE 1998

Gross Tonnage (GRT) : 13,444 MT Net Tonnage (NRT) : 7,341 MT

L.O.A : 161.85 METERS

L.B.P : 150.00 METERS

Main Engine Type : MITSUI MAN B&W 8S50 MC (MARVI) Auxilliary Engine : NO 1,2,3 YANMAR 6M220AL-EN880KW

(2)

Bow Thurster : KAWASAKI HEAVY IND LTD

Speed (Maximum) : 18.5 KN

Crews : 22 PERSONS

Gambar 4.1 Kapal Meratus Gorontalo B. HASIL PENELITIAN

1. Penyajian data

Konvensi International Maritime Organization (IMO) mengenai Management of Ships Ballast Water mengamanatkan bahwa setiap kapal angkutan barang yang melakukan pelayaran harus memiliki sistem Ballast Water Management (BWM). Dalam penelitian ini penulis melakukan tanya jawab kepada para perwira di atas kapal. Menurut jawaban dari beliau, water ballast sangat diperlukan untuk dapat memposisikan kapal dalam keadaan

(3)

Jabatan atau Tingkat Crew Kapal

5 4 3 2 1 0

seimbang baik dalam keadaan trim depan, belakang, maupun keadaan oleng agar posisi kapal dapat kembali pada posisi yang sempurna.

a. Sumber Daya Sebagai Faktor Pendukung

Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang penting dalam rangka pencapaian sebuah tujuan salah satunya adalah untuk peraturan pengolahan air balas, penerapan peraturan tersebut membutuhkan kesiapan SDM di pelabuhan dan SDM yang berada di kapal. SDM di pelabuhan adalah pihak dari pelabuhan yang bertugas mengawasi dan menangani penerapan pengolahan air balas ini. Sumber daya manusia yang ada di kapal adalah para awak kapal, Mualim I, Nahkoda dan para sdm yang lain yang bertugas mencatat, mengawasi dan bertugas dalam pengoperasian ballast.

Gambar 4.2 Jabatan atau Tingkat Para Crew Kapal

b. Pengetahuan Crew Kapal Mengenai Penggunaan Water Ballast

Crew di kapal Meratus Gorontalo berlatar belakang crew deck berjumlah 8 orang dengan background pendidikan nakhoda, mualim I, mualim II, Mualim III, Bosun, dan 3 Juru Mudi. Dari jumlah Crew deck 8 terdapat 2 orang yang paham mengenai penggunaan ballast sehingga terdapat 6 Orang yang kurang paham mengenai penggunaan ballast. Berikut

(4)

merupakan diagram persentase mengenai pengetahuan Crew mengenai penggunaan ballast :

Gambar 4.3 Pengetahuan Penggunaan Ballast

c. Sistem Kerja Dalam Penerapan yang Digunakan Kapal Meratus Gorontalo yaitu, dimulai dengan mengisi dan membuang air laut yang telah ditentukan, dengan tujuan membuat kapal menjadi lebih stabil. Hal tersebut dilakukan oleh Mualim I yang bertanggung jawab atas kesetabilan kapal, pekerjaan tersebut dilakukan pada saat kapal bongkar dan muat. Pada saat bongkar Mualim I akan melihat kesetabilan kapal, jika memang diperlukan untuk mengisi ballast maka Mualim I akan berkoordinasi dengan Masinis jaga atau oiler jaga untuk mengisi ballast.

Begitupun sebaliknya jika pada saat muat Mualim I juga akan melihat

(5)

kesetabilan kapal dan jika memang diperlukan untuk membuang ballast maka Mualim I akan berkoordinasi dengan Masinis jaga atau oiler jaga untuk membuang ballast, dan itu

dilakukan sesuai dengan peraturan atau sistem ballast water management.

d. Pencatatan Book Record

Gambar 4.4 Ballast Record Book

Kegiatan ini dilakukan ketika Mualim I telah melakukan ballast dan unballasting, sehingga semuanya tercatat dan mengetahui berapa banyak ballast yang digunakan ataupun berapa banyak ballast yang dibuang.

(6)

e. Penerapan Water Ballast untuk Stabilitas Kapal

Gambar 4.5 Sounding Ballast

Kegiatan menyounding atau mengukur seberapa banyak ballast dalam tanki. Kegiatan tersebut untuk mengetahui ballast yang ada di tanki, sehingga Mualim I dapat mengira-ngira untuk menambah ballast atau membuang ballast.

(7)

Kapal Sebelum Berangkat Kapal Setelah Berangkat

Cm Ton Cm Ton

Fpt 2.70 40.21 2.70 40.21

Wbt 1c 1.70 86.72 1.70 86.72

Wbt 2c 8.77 310.68 6.50 295.76

Wbt 3 P 2.20 302.92 0.80 100.11

Wbt 3 S 1.95 282.41 2.10 295.14

Wbt 4 P 1.72 300.09 1.40 220.15

Wbt 4 S 1.60 256.12 1.68 285.02

Wbt 5 P 3.70 256.15 1.35 210.13

Wbt 5 S 3.60 234.93 3.60 234.93

Apt 2.28 34.54 2.28 34.54

HLT P 0.70 31.40 0.70 31.40

HLT S 0.99 42.34 0.99 42.34

FWT P 5.80 126.02 5.60 116.02

FWT S 6.90 142.10 6.90 142.10

SWBT P 2.66 86.14 2.66 86.14

SWBT S 1.18 41.04 8.63 195.22

Tabel 4.1 Data Ballast

Maksud dari tabel diatas adalah berubahnya isi tanki balas dimana pada saat kapal berangkat ada pelaksanaan ballast unballasting yang mana pada saat tidak melakukan ballast unballasting kapal dalam keadaan yang kurang stabil, maka dari itu mualim I melakukan ballast unballasting untuk menyetabilkan kapal, agar kapal dalam keadaan yang layak untuk

(8)

berlayar dan agar tidak terjadi hal yang tidak diingin kan saat berlayar, ballast unballasting memang sangat berdampak pada stabilitas kapal, dan juga membatu untuk menyetabilkan kapal, mualim satu melakukan ballas unballasting pada WBT 2C, WBT 3P, WBT 3S, WBT 4P, WBT 4S, WBT 5P.

Gambar 4.6 Ballast Order Book

Sebelum melakukan ballast unballasting mualim I mengirim buku ballast order book sebagai bukti bahwa memang kapal MV. Meratus Gorontalo memang benar benar melakukan pengoprasian ballast unballasting. Dengan begitu akan dilakukan pengoprasian ballast

(9)

unballasting sesuai yang dibutuhkan oleh mualim I, dengan begitu kapal dalam keadaan stabilitas yang baik.

Gambar 4.7 Ballast Unballasting System

Gambar berikut adalah tempat dimana Mualim I menggunakan atau melakukan tanggung jawabnya, yaitu menjaga kesetabilan kapal, di sistem tersebut Mualim I akan berkoordinasi dengan kamar mesin, disitu Mualim I akan menekan tombol ballast ataupun unballasting seusai yang diperlukan untuk menyetabilkan kapal.

2. Analisis Data

Bila kita lihat fungsi dari penerapan water ballast, yaitu suatu proses dimana air laut diambil masuk dan keluar dari kapal ketika kapal berada di pelabuhan atau di laut. Air laut yang dibawa oleh kapal dikenal sebagai air pemberat. Air balas adalah air laut yang dibawa oleh kapal dalam tanki balasnya untuk memastikan stabilitas dan integritas strukturalnya. Ketika tidak ada kargo yang dibawa oleh kapal, beratnya menjadi ringan, yang dapat mempengaruhi stabilitasnya. Untuk alasan ini, air pemberat diambil

(10)

dalam tanki khusus di kapal untuk menstabilkannya. Namun terkadang ballast unballasting tidak dijalankan dengan baik oleh perwira kapal sehingga permasalahan dapat terjadi sewaktu waktu di atas kapal, maka dari permasalahan yang terjadi dapat dianalisis sebagai berikut :

a. Kurang maksimalnya Mualim I dalam menggunakan ballast sehingga kapal berangkat dalam keadaan stabilitas yang kurang.

b. Perawatan Masinis IV untuk pipa ballast kurang mkasimal sehingga terkadang ballast tidak berfungsi dengan baik.

c. Terkadang Mualim I tidak maksimal dalam perhitungan muatan, sehingga meskipun menggunakan ballast, kapal juga dalam keadaan stabilitas yang kurang baik.

C. PEMBAHASAN

Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2015: tentang Pengesahan The International Convention For The Control And Management Of Ships' Ballast Water And Sediments, 2004 (Konvensi Internasional Untuk Pengendalian Dan Manajemen Air Ballast Dan Sedimen Dari Kapal, 2004).

Kapal bendera Indonesia yang berlayar di perairan domestik yang memiliki kapasitas tanki ballast 1500 meter kubik atau lebih dapat diberikan Sertifikat Nasional Manajemen Air Ballast yang mengacu kepada standar peraturan D-1 (Pertukaran Air Ballast) dengan memiliki Ballast Water Management Plan (BWMP) yang telah disahkan oleh Direktur Jendral paling lambat 1 Maret 2018.

Cara Kerja sistem Ballast secara umum adalah untuk mengisi tanki ballast yang berada di double bottom, dengan air laut, yang diambil dari seachest.

(11)

Melalui pompa ballast, dan saluran pipa utama, dan pipa cabang. Berikut komponen-komponen di dalam pompa ballast antara lain, (kurniawan 2019):

1. Cassing

Diffulser ini sering dikenal dengan volute casing. Sesuai dengan fungsi diffulser yaitu, sebagai menurunkan kecepatan aliran fluida yang masuk ke dalam pompa menuju ke outlet pompa, volute casing di desain untuk membentuk corong;

2. Impeller

Desain impeller tergantung atas kebutuhan tekanan, kecepatan, aliran, serta kesesuaian dengan sistemnya. Impeller menjadi komponen yang paling utama berpengaruh terhadap performa pompa;

3. Poros (Shafe)

Merupakan bagian dari pompa yang mentransmisikan putaran dari sumber gerak, seperti motor listrik ke pompa;

4. Bearing

Bearing yang digunakan pada pompa yaitu jurnal bearing, yang berfungsi untuk menahan gaya beban dan gaya-gaya yang searah dengan gaya beban;

5. Coupling

Digunakan pada pompa bergantung pada desain sistem dan pompa itu sendiri. Macam-macam coupling yang digunakan pada pompa dapat berupa fleksible coupling, rigid coupling, grid coupling, gear coupling, elastrometic coupling, dan disc coupling;

(12)

6. Packing

Packing pompa ballast berfungsi mengontrol kebocoran fluida, yang mungkin terjadi pada sisi pembatasan, antara bagian pompa yang bergerak poros dengan starto.

Berdasarkan fakta yang ditemukan penulis di atas kapal MV Meratus Gorontalo dapat disimpulkan bahwa optimalisasi penggunaan ballast untuk menyetabilkan kapal masih kurang maksimal.

(13)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Upaya megoptimalkan ballast guna meminimalisir miringnya kapal, kurang maksimal dilakukan karena terkadang kapal saat berlayar dalam keadaan stabilitas yang kurang baik, dan juga kurang maksimal kepedulian masinis untuk melakukan pengecekan atau perawatan pada pipa ballast, sehingga ketika Mualim I meminta untuk buang ballast atau sebaliknya, kurang maksimal dilakukan.

B. SARAN

Berdasarkan kenyataan yang telah dihadapi, dapat dilakukan bebarapa hal untuk mengatasi masalah di atas kapal, yaitu:

1. Kepada pihak perusahaan pelayaran:

a. Perusahaan harus sering mengecek log book kapal tentang kegiatan kapal, khususnya pada saat kapal buang dan isi ballast, karena jika saat berlayar posisi kapal stabilitasnya kurang baik dikuatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan;

b. Sebisa mungkin perusahaan menyediakan kebutuhan kapal dengan baik, agar crew kapal dapat memperbaiki atau merawatnya dengan baik, jika tidak segera dilakukan dikuatirkan kerusakan semakin parah atau tidak dapat untuk diperbaiki lagi.

(14)

2. Kepada pihak kapal:

a. Melakukan pengecekan dan perawatan terhadap pipa ballast agar ballast dapat digunakan secara maksimal;

b. Seharusnya Mualim I sering mengecek muatan pada saaat bongkar ataupun muat, karena dikuatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan;

c. Menjalankan peraturan yang sudah ditetapkan tentang mengisi dan membuang ballast;

d. Menjalin komunikasi dan hubungan kerja yang baik terhadap seluruh awak kapal. Bila telah terjalin kerja sama yang baik antara manajemen perusahaan, seluruh crew kapal dan antar manajemen yang ada di kapal, akan terbentuk tim yang solid dan berkualitas.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan perwira jaga untuk melakukan pengamatan yang baik sangat diperlukan untuk menangani Blind Sector selama kapal berlayar agar meminimalisir tubrukan dengan kapal lain, akan

Rank Section Student # Name Average Honor 47... Rank Section Student # Name Average Honor