• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V-KESEIMBANGAN EKONOMI TIGA SEKTOR

N/A
N/A
MTJ 2.6@Muhammad Restu Ash

Academic year: 2024

Membagikan "BAB V-KESEIMBANGAN EKONOMI TIGA SEKTOR"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESEIMBANGAN EKONOMI TIGA

SEKTOR

(2)

 Perekonomian tiga sektor: perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah

 Perekonomian tiga sektor termasuk dalam

perekonomian tertutup karena tidak ada perdagangan luar negeri (ekspor-impor)

 Hakekat perekonomian tiga sektor: menganalisis

peranan dan pengaruh pemerintah terhadap kegiatan perekonomian

 Perubahan penting dalam keseimbangan pendapatan nasional karena ada pemerintah:

1) Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan mengurangi

pengeluaran agregat melalui pengurangan konsumsi rumah tangga 2) Pajak memungkinkan pemerintah melakukan belanja sehingga

pengeluaran agregat akan naik

(3)

ALIRAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

Aliran pendapatan akibat campur tangan pemerintah:

1) Pembayaran pajak dari rumah tangga kepada pemerintah akan menaikkan pendapatan

pemerintah

2) Pengeluaran pemerintah untuk barang/jasa yang dihasilkan perusahaan akan menaikkan

pendapatan perusahaan

3) Pembayaran atas faktor-faktor produksi yang

dimiliki rumah tangga oleh pemerintah akan

menaikkan pendapatan rumah tangga

(4)

Ciri-ciri Pokok Aliran Pendapatan dan Pengeluaran

1. Pengeluaran perusahaan: pembayaran kepada rumah tangga atas faktor-faktor produksi dan pembayaran pajak pendapatan kepada pemerintah

2. Pendapatan rumah tangga: pembayaran dari perusahaan atas faktor- faktor produksi dan pembayaran gaji/upah dari pemerintah

3. Penerimaan pemerintah: pajak yang dibayar oleh perusahaan dan pajak dari rumah tangga

4. Pendapatan dari rumah tangga (Y) digunakan untuk: pengeluaran konsumsi (C), disimpan sebagai tabungan (S), dan membayar pajak pendapatan rumah tangga (T), sehingga Y = C + S + T

5. Tabungan rumah tangga dipinjamkan oleh lembaga keuangan kepada perusahaan untuk menanam modal

6. Pengeluaran agregat (AE): pengeluaran konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), sehingga AE = C + I + G

(5)

Sirkulasi Aliran Pendapatan Perekonomian Tiga Sektor

PEMERINTAH

PERUSAHAAN RUMAH

TANGGA

PENANAM MODAL

LEMBAGA KEUANGAN

Gaji dan upah, sewa, bunga dan laba

Pajak

perusahaan Pajak individu

Investasi Tabungan

Pinjaman

Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran

Pemerintah

(6)

SYARAT KESEIMBANGAN

 Penawaran Agregat (AS) = Pengeluaran Agregat (AE) = Y

 Pengeluaran Agregat (AE) = Y = C + I + G

 Pendapatan (Y) = C + S + T

 Dengan demikian keseimbangan pendapatan nasional:

C + I + G = C + S + T, jika C dihilangkan maka:

I + G = S + T

I dan G = suntikan S dan T = bocoran

 Simpulan: keseimbangan perekonomian tiga sektor akan berlaku:

(i) Y = C + I + G

(ii) I + G = S + T

(7)

JENIS-JENIS PAJAK

 Pajak merupakan pungutan yang ditarik pemerintah

terhadap wajib pajak, tanpa mendapatkan balas jasa secara langsung.

 Pajak langsung merupakan pajak yang dipungut langsung dari wajib pajak atas sejumlah kewajiban yang jumlah dan periodenya telah ditentukan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Contoh PPh dan PBB.

 Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dipungut

pemerintah secara tidak langsung dari wajib pajak, tetapi

melalui wajib pungut yang kemudian menyetorkan pajak

yang dipungutnya kepada pemerintah, atau dengan kata

lain yaitu pajak yang bebannya dapat dipindahkan dari

pihak tertentu ke pihak lain. Contoh PPn dan pajak impor.

(8)

Bentuk-bentuk Pajak Pendapatan

Pajak degresif: jenis pajak yang besar pungutannya berbanding terbalik dengan tingkat pendapatan, yaitu jika tingkat pendapatan masyarakat rendah maka pajaknya tinggi,

sedangkan jika pendapatan masyarakat tinggi maka pajaknya rendah. Rendahnya pungutan pajak bisa didasarkan atas persentasi pungutan pajak yang sama untuk setiap pendapatan atau bisa juga proporsi pungutan pajak yang menurun seiring dengan meningkatnya

pendapatan masyarakat. Dengan cara ini, masyarakat yang berpendapatan tinggi akan membayar lebih rendah daripada yang berpendapatan rendah. Contoh pajak impor, pajak penjualan dan pajak fiskal.

Pajak proporsional: Bersarnya pajak ditentukan berdasarkan proporsi yang sama atas tingkat pendapatan. Artinya, bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dengan yang berpendapatan tinggi besarnya % pajak sama. Dengan cara ini, masyarakat yang

berpendapatan tinggi akan membayar lebih besar daripada yang berpendapatan rendah.

Contoh pajak perseroan.

Pajak progresif: Jenis pajak yang persentasinya berbanding lurus dengan tingkat

pendapatan, yaitu jika pendapatan naik maka % pajak juga akan naik, sedangkan untuk

pendapatan terbawah ditentukan batas terendahnya. Dengan cara ini maka masyarakat yang berpendapatan tinggi dan selalu meningkat setiap periodenya maka jumlah nominal pajak yang harus dibayarkan akan semakin besar. Pajak ini biasanya diberlakukan untuk

masyarakat yang berpendapatan tinggi. Tujuan dari sistem ini yaitu untuk memperoleh pendapatan pajak yang lebih banyak dan untuk meratakan pendapatan.

(9)

EFEK PAJAK TERHADAP KONSUMSI DAN TABUNGAN

Dalam perekonomian yang sudah ada pajak, maka pendapatan nasional (Y) ≠ pendapatan disposible (Yd)

Yd < Y, karena Yd = Y – T

Penurunan Yd akan mengakibatkan pengurangan C dan S

Keadaan sebelum pajak:

Y = Yd

∆C = MPC x ∆Yd

∆S = MPS x ∆Yd

Keadaan setelah ada pajak Yd = Y – T

∆Yd = – T = ∆C + ∆S

∆C = MPC x ∆Yd atau ∆C = MPC x (-T)→ Tanda (-) menunjukkan penurunan

∆S = MPS x ∆Yd atau ∆S = MPS x (-T) T = ∆Yd = (MPC x T) + (MPS x T)

(10)

Pengaruh Pajak Tetap terhadap Konsumsi dan Tabungan

C = a + bYd →(sebelum pajak) Yd = Y – T

C = a + b(Y – T)→(setelah pajak) C = a + bY – bT

Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 40

C = 90 + 0,75Y – 0,75(40) C = 90 + 0,75Y – 30

C = 60 + 0,75Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa setelah ada pajak tetap, konsumsi akan berkurang sebesar

∆C = – bT

C = a + bYd →(sebelum pajak) Yd = Y – T

C = a + b(Y – T)→(setelah pajak) C = a + bY – bT

Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 40

C = 90 + 0,75Y – 0,75(40) C = 90 + 0,75Y – 30

C = 60 + 0,75Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa setelah ada pajak tetap, konsumsi akan berkurang sebesar

∆C = – bT

S = -a + (1 – b)Yd Yd = Y – T

S = -a + (1 – b) (Y – T) S = -a + Y – T – bY + bT S = -a + (1 – b)Y – (1 – b)T Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 40

S = -90 + (1 – 0,75)Yd

S = -90 + (1 – 0,75)Y – (1 – 0,75)(40) S = -90 + 0,25Y – 0,25(40)

S = -90 + 0,25Y – 10 S = -100 + 0,25Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa setelah ada pajak tetap, tabungan akan berkurang sebesar ∆S = –(1 – b)T

S = -a + (1 – b)Yd Yd = Y – T

S = -a + (1 – b) (Y – T) S = -a + Y – T – bY + bT S = -a + (1 – b)Y – (1 – b)T Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 40

S = -90 + (1 – 0,75)Yd

S = -90 + (1 – 0,75)Y – (1 – 0,75)(40) S = -90 + 0,25Y – 0,25(40)

S = -90 + 0,25Y – 10 S = -100 + 0,25Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa setelah ada pajak tetap, tabungan akan berkurang sebesar ∆S = –(1 – b)T

(11)

Perubahan Konsumsi dan Tabungan setelah Pajak Tetap

Konsumsi:

Sebelum pajak C = 90 + 0,75Yd Setelah ada Pajak T = 40

Yd = Y – T

∆Yd = - T = -40

∆C = b x -T

∆C = 0,75 x -40 = -30, sehingga C1 = 60 + 0,75Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pajak sebesar 40, akan mengakibatkan pengurangan

konsumsi sebesar 30.

Konsumsi:

Sebelum pajak C = 90 + 0,75Yd Setelah ada Pajak T = 40

Yd = Y – T

∆Yd = - T = -40

∆C = b x -T

∆C = 0,75 x -40 = -30, sehingga C1 = 60 + 0,75Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pajak sebesar 40, akan mengakibatkan pengurangan

konsumsi sebesar 30.

Tabungan:

Sebelum pajak S = -90 + 0,25Yd Setelah ada Pajak T = 40

Yd = Y – T

∆Yd = - T = -40

∆S = (1 – b) x -T

∆S = (1 – 0,75) x -40

∆S = 0,25 x -40 = -10, sehingga S1 = -100 + 0,25Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pajak sebesar 40, akan mengakibatkan pengurangan

tabungan sebesar 10.

Tabungan:

Sebelum pajak S = -90 + 0,25Yd Setelah ada Pajak T = 40

Yd = Y – T

∆Yd = - T = -40

∆S = (1 – b) x -T

∆S = (1 – 0,75) x -40

∆S = 0,25 x -40 = -10, sehingga S1 = -100 + 0,25Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pajak sebesar 40, akan mengakibatkan pengurangan

tabungan sebesar 10.

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa penurunan pendapatan disposibel = jumlah pengurangan konsumsi dan tabungan. Selain itu, pengurangan konsumsi tergantung pada MPC dan pengurangan tabungan tergantung pada MPS.

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa penurunan pendapatan disposibel = jumlah pengurangan konsumsi dan tabungan. Selain itu, pengurangan konsumsi tergantung pada MPC dan pengurangan tabungan tergantung pada MPS.

T = ∆Yd = (MPC x T) + (MPS x T) T = ∆Yd = ∆C + ∆S

T = ∆Yd = 30 + 10 = 40

T = ∆Yd = (MPC x T) + (MPS x T) T = ∆Yd = ∆C + ∆S

T = ∆Yd = 30 + 10 = 40

(12)

Pengaruh Pajak Proporsional terhadap Konsumsi dan Tabungan

C = a + bYd T = t.Y

Yd = Y – T Yd = Y – t.Y

Yd = (1 – t)Y, maka C = a + b(1 – t)Y Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 0,2Y

C = 90 + 0,75(1 – 0,2)Y C = 90 + 0,75(0,8)Y C = 90 + 0,6Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan adanya pajak

proporsional, konsumsi akan berkurang sebesar ∆C = -btY C = a + bYd

T = t.Y Yd = Y – T Yd = Y – t.Y

Yd = (1 – t)Y, maka C = a + b(1 – t)Y Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 0,2Y

C = 90 + 0,75(1 – 0,2)Y C = 90 + 0,75(0,8)Y C = 90 + 0,6Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan adanya pajak

proporsional, konsumsi akan berkurang sebesar ∆C = -btY

S = -a + (1 – b)Yd T = t.Y

Yd = Y – T Yd = Y – t.Y

Yd = (1 – t)Y, maka S= -a + (1 – b)(1 – t)Y Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 0,2Y

S = -90 + (1 – 0,75)(1 – 0,2)Y S = -90 + (0,25)(0,8)Y

S = -90 + 0,2Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan adanya pajak

proporsional, tabungan akan berkurang sebesar ∆S = -(1 – b)tY S = -a + (1 – b)Yd

T = t.Y Yd = Y – T Yd = Y – t.Y

Yd = (1 – t)Y, maka S= -a + (1 – b)(1 – t)Y Contoh:

C = 90 + 0,75Yd T = 0,2Y

S = -90 + (1 – 0,75)(1 – 0,2)Y S = -90 + (0,25)(0,8)Y

S = -90 + 0,2Y

Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan adanya pajak

proporsional, tabungan akan berkurang sebesar ∆S = -(1 – b)tY

(13)

Perubahan Konsumsi dan Tabungan setelah Pajak Proporsional

Konsumsi:

Sebelum pajak C = 90 + 0,75Yd Setelah ada Pajak T = 0,2Y

∆C = -btY

∆C = -0,75 x 0,2Y = -0,15Y sehingga C1 = 90 + 0,6Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pajak sebesar 0,2Y, akan mengakibatkan

pengurangan konsumsi sebesar 0,15.

Tabungan:

Sebelum pajak S = -90 + 0,25Yd Setelah ada Pajak T = 0,2Y

∆S = -(1 – b) tY

∆S = -(1 – 0,75) x 0,2Y

∆S = -0,25 x 0,2Y = -0,05Y sehingga S1 = -90 + 0,2Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pajak sebesar 0,2Y, akan mengakibatkan

pengurangan tabungan sebesar 0,05Y.

T = ∆Yd = ∆C + ∆S

T = ∆Yd = 0,15Y + 0,05Y = 0,2Y

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa penurunan pendapatan disposibel = jumlah pengurangan konsumsi dan tabungan.

(14)

Gambar: Efek Pajak Tetap terhadap Konsumsi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Y Y = C

C = a + bY

C = a + bY - bT

a

a - bT

MPC x T

0 C

(15)

Gambar: Efek Pajak Tetap terhadap Tabungan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

-60 -40 -20 0 20 40 60 80

Y

-a

-a-(1-b)T

S S

ST

0

MPS x T

(16)

Gambar: Efek Pajak Proporsional terhadap Konsumsi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Y C

C

a

MPC x T

C = a+(1-t)bY

0

(17)

Gambar: Efek Pajak Proporsional terhadap Tabungan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60

Y

-a 0

S

ST S

MPS x T

(18)

Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal (MPC)

Dalam perekonomian 3 sektor ada dua MPC, yaitu:

1) MPC : rasio antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan disposibel. MPC = ∆C/∆Yd 2) MPCy : rasio antara pertambahan konsumsi dengan

pertambahan pendapatan nasional. MPCy = ∆C/∆Y

T = tY MPC = ∆C/∆Yd

Yd = Y – T MPC = ∆C/(1 – t) ∆Y

∆Yd = ∆Y – t.∆Y ∆C/∆Y = (1 – t) MPC

∆Yd = (1 – t) ∆Y Karena MPC = b, maka

∆C/∆Y = MPCy = (1 – t) . b

(19)

Kecondongan Menabung Marjinal (MPS)

1) MPS : Rasio antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan disposibel. MPS = ∆S/∆Yd

2) MPSy : Rasio antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan nasional. MPSy = ∆S/∆Y

Dalam perekonomian tiga sektor dengan sistem pajak proporsional, MPS

> MPSy

MPS = ∆S/∆Yd

Karena ∆Yd = (1 – t) ∆Y, maka MPS = ∆S/(1 – t) ∆Y

∆S/∆Y = (1 – t) MPS MPSy = (1 – t) MPS

Karena MPS = (1 – b) maka

MPSy = (1 – t) (1 – b)

(20)

Y = C + I + G

Y = a + bYd + I + G Yd = Y

Y = a + bY + I + G Y – bY = a + I + G (1 – b) Y = a + I + G Y = a + I + G / (1 – b)

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR SEBELUM ADA PAJAK

Contoh:

Diketahui:

C = 90 + 0,75Yd I = 120

G = 60

Y = a + I + G / (1 – b)

Y = 90 + 120 + 60 / (1 – 0,75) Y = 270/0,25

Y = 1.080

(21)

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR SETELAH ADA PAJAK Investasi Otonom (I), Pajak

Otonom (T) Y = C + I + G

Y = a + bYd + I + G Yd = Y – T

Y = a + b(Y – T) + I + G Y = a + bY – bT + I + G Y – bY = a – bT + I + G (1 – b)Y = a – bT + I + G Y = a – bT + I + G / (1 – b) Syarat Keseimbangan:

I + G = S + T

Syarat ini berlaku untuk semua model 3 sektor tanpa transfer

Investasi Otonom (I), Pajak Fungsional (T = to + tY)

Y = C + I + G

Y = a + bYd + I + G Yd = Y – (to + tY)

Y = a + b[Y – (to + tY)] + I + G Y = a + b[Y – to – tY] + I + G Y = a + bY – bto – btY + I + G Y – bY + btY = a – bto + I + G (1 – b + bt)Y = a – bto + I + G Y = a – bto + I + G / (1 – b + bt) Secara logis, to bernilai negatif karena pada saat Y = 0, besarnya pajak = -to

(22)

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR

Investasi Otonom (I), Pajak Proporsional (T = tY)

Y = C + I + G

Y = a + bYd + I + G Yd = Y – tY

Y = a + b(Y – tY) + I + G Y = a + bY – btY + I + G Y – bY + btY = a + I + G (1 – b + bt)Y = a + I + G Y = a + I + G / (1 – b + bt) Syarat Keseimbangan:

I + G = S + T

Syarat ini berlaku untuk semua model 3 sektor tanpa transfer

Investasi Fungsional atau Induced (I = Io + Y), Pajak Fungsional (T = to + tY)

Y = C + I + G

Y = a + bYd + Io + Y + G Yd = Y – T

Yd = Y – (to + tY)

Y = a + b[Y – (to + tY)] + Io + Y + G Y = a + b[Y – to – tY] + Io + Y + G Y = a + bY – bto – btY + Io + Y + G Y – bY + btY – Y = a – bto + Io + G (1 – b + bt – )Y = a – bto + Io + G Y = a – bto + Io + G / (1 – b + bt – )

(23)

C = a + bYd T = Tx – Tr Yd = Y – T

C = a + b[Y – (Tx – Tr)]

C = a + b(Y – Tx + Tr) C = a + bY – bTx + bTr

Tx = Pajak

Tr = Transfer/Subsidi

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR SETELAH ADA PAJAK BERSIH (T = Tx – Tr)

Y = C + I + G

Y = a + bY – bTx + bTr + I + G Y – bY = a – bTx + bTr + I + G (1 – b)Y = a – bTx + bTr + I + G

 b 

Y 

 

1

G I

bTr bTx

– a

G I

bTr bTx

– a

.   

 

) 1

(

1

Y b

(24)

Contoh Keseimbangan Pendapatan Nasional 3 Sektor Secara Aljabar

Investasi otonom, Pajak Otonom Diketahui:

C = 90 + 0,75Yd I = 120

T = 40 G = 60 Ditanya:

Keseimbangan pendapatan nasional Penyelesaian:

Y = C + I + G

Y = 90 + 0,75Yd + 120 + 60 Yd = Y – T = Y – 40

Y = 90 + 0,75(Y – 40) + 120 + 60 Y = 90 + 0,75Y – 30 + 120 + 60 Y – 0,75Y = 240

0,25Y = 240 Y = 960

Investasi otonom, Pajak Proporsional Diketahui:

C = 90 + 0,75Yd I = 150

T = 0,2Y G = 240 Ditanya:

Keseimbangan pendapatan nasional Penyelesaian:

Y = C + I + G

Y = 90 + 0,75Yd + 150 + 240 Yd = Y – T = Y – 0,2Y

Y = 90 + 0,75(Y – 0,2Y) + 150 + 240 Y = 90 + 0,75(0,8Y) + 150 + 240 Y = 90 + 0,6Y + 150 + 240

Y – 0,6Y = 480 0,4Y = 480 Y = 1200

(25)

Fungsi Konsumsi dan Pendapatan setelah ada Investasi otonom,

Pajak Otonom Pendekatan AS-AE Jika:

C = 90 + 0,75Yd I = 120

T = 40 G = 60

Fungsi Konsumsi setelah pajak:

C = 90 + 0,75(Y – 40) C = 90 + 0,75Y – 30 C = 60 + 0,75Y

Fungsi AE = C + I + G

AE = 60 + 0,75Y + 120 + 60 AE = 240 + 0,75Y

Fungsi Tabungan setelah ada Investasi otonom, Pajak Otonom Pendekatan Suntukan-Bocoran (J

= W)

Jika C = 90 + 0,75Yd maka S = -90 + 0,25Yd

I = 120 T = 40 G = 60

Fungsi Tabungan setelah pajak:

S = -90 + 0,25(Y – 40) S = -90 + 0,25Y – 10 S = -100 + 0,25Y

(26)

Tabel: Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan

Y Y = AE T CT I G AE = C + I + G ST S + T I + G

0 0 40 60 120 60 240 -100 -60 180

240 240 40 240 120 60 420 -40 0 180

480 480 40 420 120 60 600 20 60 180

720 720 40 600 120 60 780 80 120 180 960 960 40 780 120 60 960 140 180 180 1200 1200 40 960 120 60 1140 200 240 180 1440 1440 40 1140 120 60 1320 260 300 180

(27)

0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560 0

120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560

Y Y = AE C + I + G C = 60 + 0,75Y Pendekatan Penawaran Agregat (AS)-Permintaan Agregat (AD)

I + G = 180 60

E C , I, G

Contoh Keseimbangan Pendapatan Nasional 3 Sektor Secara Grafik Pajak Tetap

(28)

Contoh Keseimbangan Pendapatan Nasional 3 Sektor Secara Grafik Pajak Tetap

0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560

-120 -60 0 60 120 180 240 300 360

Y W = S + T

J = I + G

E

Pendekatan Suntikan (J) - Bocoran (W)

S, I, G

(29)

Fungsi Konsumsi dan Pendapatan setelah ada Investasi otonom,

Pajak Otonom Pendekatan AS-AE Jika:

C = 90 + 0,75Yd I = 150

T = 0,2Y G = 240

Fungsi Konsumsi setelah pajak:

C = 90 + 0,75(Y – 0,2Y) C = 90 + 0,75(0,8Y) C = 90 + 0,6Y

Fungsi AE = C + I + G

AE = 90 + 0,6Y + 150 + 240 AE = 480 + 0,6Y

Fungsi Tabungan setelah ada Investasi otonom, Pajak Otonom Pendekatan Suntukan-Bocoran (J

= W)

Jika C = 90 + 0,75Yd maka S = -90 + 0,25Yd

I = 150 T = 0,2Y G = 240

Fungsi Tabungan setelah pajak:

S = -90 + 0,25(Y – 0,2Y) S = -90 + 0,25(0,8Y) S = -90 + 0,2Y

(30)

Tabel: Pajak Proporsional dan Keseimbangan Pendapatan

Y Y = AE T CT I G AE = C + I + G ST S + T I + G

0 0 0 90 150 240 480 -90 -90 390

240 240 48 234 150 240 624 -42 6 390

480 480 96 378 150 240 768 6 102 390

720 720 144 522 150 240 912 54 198 390

960 960 192 666 150 240 1056 102 294 390

1200 1200 240 810 150 240 1200 150 390 390

1440 1440 288 954 150 240 1344 198 486 390

(31)

Contoh Keseimbangan Pendapatan Nasional 3 Sektor Secara Grafik Pajak Proporsional

0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440 1560

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Y

Y = AE C + I + G

C

Pendekatan Penawaran Agregat (AS)-Permintaan Agregat (AD)

C, I, G

(32)

Contoh Keseimbangan Pendapatan Nasional 3 Sektor Secara Grafik Pajak Proporsional

0 112.5 225 337.5 450 562.5 675 787.5 900 1012.5 1125 1237.5 1350 1462.5 1575

-120 -90 -60 -30 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540

Y

Pendekatan Suntikan (J) - Bocoran (W)

W = S + T

J = I + G

S, I, G

1200

(33)

RANGKUMAN RUMUS KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR Sebelum Ada Pajak

Y = a + I + G / (1 – b)

Setelah Ada Pajak Otonom Y = a – bT + I + G / (1 – b)

Setelah Ada Pajak Proporsional Y = a + I + G / (1 – b + bt)

Setelah Ada Pajak Fungsional Y = a – bto + I + G / (1 – b + bt)

1 2 3 4

5

Setelah Ada Pajak Fungsional, Investasi Fungsional Y = a – bto + Io + G / (1 – b + bt – )

b

a I G

Y  

  1

1

 b  a bT I G

Y   

  1

1

 b bt  a I G

Y  

  1

1

 b bt  a bto I G

Y   

  1

1

b bt

a bto Io G

Y   

 

 1

1

(34)

Multiplier (ke) dalam Perekonomian 3 Sektor

Sebelum ada Pajak

keC = keI = keG = 1/(1 – b) Setelah Ada Pajak Otonom keC = keI = keG = 1/(1 – b) keT = -b/(1 – b)

Setelah Ada Pajak Proporsional keC = keI = keG = 1/(1 – b + bt)

1 2 3 4 5

Setelah Ada Pajak Fungsional keC = keI = keG = 1/(1 – b + bt) keT = -bt/(1 – b + bt)

Setelah Ada Pajak Fungsional, Investasi Fungsional keC = keI = keG = 1/(1 – b + bt - )α

keT = -bt/(1 – b + bt - )α

Keterangan:

keC = multiplier konsumsi keI = multiplier investasi keG = multiplier goverment keT = multiplier pajak

Setelah Ada Pajak Proporsional keT = b/(1 – b + bt)

(35)

Keseimbangan Pendapatan Nasional yang Baru

Sebelum Ada Pajak

Jika investasi yang berubah:

Y1 = Y + ∆Y

∆Y = keI x ∆I

∆Y = 1/(1 – b) x ∆I Jika pengeluaran

pemerintah yang berubah:

Y1 = Y + ∆Y

∆Y = keG x ∆G

∆Y = 1/(1 – b) x ∆G

Setelah Ada Pajak Otonom Jika pajak yang berubah:

Y1 = Y + ∆Y

∆Y = keT x ∆T

∆Y = -b/(1 – b) x ∆T Setelah Ada Pajak Proporsional

Jika pajak yang berubah:

Y1 = Y + ∆Y

∆Y = keT x ∆T

∆Y = b/(1 – b + bt) x ∆T

(36)

Keseimbangan Pendapatan Nasional sebelum Pajak Diketahui:

C = 90 + 0,75Yd I = 120

G = 60

Y = a + I + G / (1 – b)

Y = 90 + 120 + 60 / (1 – 0,75) Y = 270/0,25

Y = 1.080

Keseimbangan Pendapatan Nasional Setelah Ada Pajak Otonom/Tetap T = 40

Y = C + I + G

Y = 90 + 0,75Yd + 120 + 60 Yd = Y – T = Y – 40

Y = 90 + 0,75(Y – 40) + 120 + 60 Y = 90 + 0,75Y – 30 + 120 + 60 Y – 0,75Y = 240

0,25Y = 240 Y = 960 Keseimbangan Pendapatan

Nasional Setelah Ada Pajak Proporsional

T = 0,2Y Y = C + I + G

Y = 90 + 0,75Yd + 120 + 60 Yd = Y – T = Y – 0,2Y

Y = 90 + 0,75(Y – 0,2Y) + 120 + 60 Y = 90 + 0,75(0,8Y) + 120 + 60 Y = 90 + 0,6Y + 120 + 60

Y – 0,6Y = 270 0,4Y = 270 Y = 675

Keseimbangan Pendapatan Nasional Setelah Ada Pajak Fungsional

T = 40 + 0,2Y Y = C + I + G

Y = 90 + 0,75Yd + 120 + 60 Yd = Y – T = Y – 40 - 0,2Y

Y = 90 + 0,75(Y – 40 - 0,2Y) + 120 + 60 Y = 90 + 0,75Y – 30 – 0,15Y + 120 + 60 Y = 240 + 0,6Y

Y – 0,6Y = 240 0,4Y = 240 Y = 600

1 2

3 4

(37)

Contoh Soal 1

Diketahui:

S = -100 + 0,25Yd I = 55

G = 40

Tx = 50 dan Tr = 30 Ditanyakan:

a. Keseimbangan pendapatan nasional? Buktikan dengan pendekatan AE dan injection- withdrawall

b. Besarnya konsumsi dan tabungan masyarakat.

c. Jika investasi berubah menjadi 72,5, berapakah keseimbangan

pendapatan nasional yang baru?

Gunakan pendekatan multiplier

Contoh Soal 2

Diketahui fungsi konsumsi = 180 + 0,8Yd investasi otonom = 240, pengeluaran pemerintah = 120, pajak = 25% dari pendapatan nasional.

Ditanyakan:

a. Keseimbangan pendapatan nasional sebelum dan setelah pajak;

b. Besarnya konsumsi dan tabungan masyarakat sebelum dan setelah pajak;

c. Jika pemerintah memberikan subsidi sebesar 100, berapakah keseimbangan pendapatan nasional , konsumsi,

tabungan dan penerimaan pemerintah yang baru?

d. Gambarkan kondisi a dan b

Referensi

Dokumen terkait

• Dalam kegiatan ekonomi seperti ini sekiranya sektor produksi menggunakan seluruh faktor produksi yang ada dalam perekonomian, pengeluaran sektor rumah tangga akan sama dengan

kegiatan ekonomi terdiri dari tiga sektor yaitu:. Rumah

1) Pembayaran pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada pemerintah. Pembayaran pajak tersebut menimbulkan pendapatan kepada pihak pemerintah. Ia merupakan sumber

Dalam kegiatan ekonomi seperti ini sekiranya sektor produksi menggunakan seluruh faktor produksi yang ada dalam perekonomian, pengeluaran sektor rumah tangga akan sama dengan

Perhitungan Pendapatan Nasional dengan menggunakan pendekatan ini dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Dalam sektor kesehatan, rumah sakit pemerintah bermutu rendah dapat menjadi barang inferior yang hanya akan dipergunakan oleh orang miskin yang tidak mempunyai

Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-  barang dan jasa-jasa

Fungsi Konsumsi dan Tabungan Fungsi Konsumsi yaitu suatu fungsi yang menggambarkan sifat hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional