• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang sebagian besar berada pada rentang usia 51-60 tahun dengan persentase sebesar 40%, sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 65,7%, dan sebagian besar memiliki status gizi berdasarkan LiLA/U dalam kategori gizi kurang yakni sebanyak 85,7%.

2. Penderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang memiliki tingkat konsumsi protein sebagian besar sedang dengan persentase 57,1% dengan rata-rata tingkat konsumsi 51-80%.

3. Penderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang sebagian besar memiliki kadar hemoglobin rendah yakni sebesar 82,9% dengan rata-rata 11,2 g/dl.

4. Penderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang sebagian besar memiliki kadar ureum tinggi yakni sebesar 97,1% dengan rata-rata 147,8 g/dl.

5. Penderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang yang menjadi sample penelitian memiliki kadar kreatinin tinggi yakni 100% dengan rata-rata 9,8 g/dl.

6. Tidak ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan kadar hemoglobin pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang dengan nilai signifikansi (p- value) 0,836 > 0,05.

7. Tidak ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan kadar ureum pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang dengan nilai signifikansi (p-value) 0,503

> 0,05.

8. Tidak ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan kadar kreatinin pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di RSUD Kanjuruhan

47

(2)

Kepanjen Kabupaten Malang dengan nilai signifikansi (p-value) 0,088

> 0,05.

B. Saran

1. Pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis yang memiliki tingkat konsumsi protein pada kategori rendah – sedang disarankan menambah asupan protein sehingga mampu memenuhi kebutuhan protein pasien yakni 1,2 g/KgBBI/hari dan perlu juga untuk meningkatkan konsumsi jenis protein yang memiliki nilai biologis tinggi.

2. Disarankan untuk dilakukan pemantauan tingkat konsumsi pada zat gizi mikro yakni zat besi dan vitamin C yang berpengaruh terhadap penyerapan protein oleh tubuh pada pasien gagal ginjal kronis yang memiliki kategori tingkat konsumsi protein rendah – sedang.

3. Pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis diberikan penyuluhan dan konseling gizi tentang penyakit gagal ginjal kronis dengan hemodialisis dan bahan makanan sumber protein yang memiliki nilai biologis tinggi dan juga frekuensi serta porsi sehari agar pasien mengetahui asupan protein yang harus dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein sehari.

48

Referensi

Dokumen terkait

Menambah informasi tentang mekanisme koping dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis serta dapat menjadi masukan untuk meningkatkan mutu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.. Kepatuhan diet pada pasien gagal

Jika kustomisasi e-Plantation menjadi e-Plantation 2 gagal, maka disarankan First Resources Group untuk tetap mengimplementasikan ERP secara penuh dengan menggunakan

Untuk peneliti yang ingin mengembangkan topik ini lebih lanjut disarankan untuk memperluas wilayah penelitian, menambah variasi jenis proyek konstruksi, menambah faktor –

Diet Rendah Garam lebih efektif untuk digunakan dalam mengurangi asupan natrium karena terdapat pembatasan jumlah asupan natrium dan garam dapur sehari dengan jelas sesuai dengan

Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kejadian kurang energi kronis pada ibu hamil, namun terdapat satu penelitian milik Aulia, dkk 2020 yang menunjukkan hasil

Tingkat konsumsi vitamin A balita sebelum diberikan pendampingan gizi pada kelompok kontrol dengan kategori defisit tingkat berat sebanyak 2 responden atau 18,3% dan pada kategori

Tingkat konsumsi protein pada balita setelah dilaksanakan edukasi tanpa media adanya perubahan sebesar 9,3%, sedangkan tingkat konsumsi energi balita pada kelompok edukasi dengan media