• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Dari 5 artikel diatas didapatkan informasi bahwa karakteristik responden dalam penelitian ini adalah ibu balita stunting usia 12 - 36 bulan yang sesuai inklusi dan ibu balita berjumlah 23 – 41 balita, kriteria inklusi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak stunting usia 12 – 36 bulan., Tingkat pendidikan ayah dan ibu balita stunting sebagian besar SD yaitu 73,84%, pekerjaan ayah balita stunting sebagian besar buruh tani dengan rentang persen tertinggi yaitu 58,8%, pekerjaan ibu balita stunting sebagian besar adalah ibu rumah tangga.

2. Konseling gizi dilaksanakan dengan rata rata waktu 30 menit dan diberikan 1x frekuensi konseling dalam 1 minggu. Dari 5 artikel didapatkan informasi bahwa konseling dilaksanakan dengan rentang 3 – 6 minggu, dan penelitian dilaksanakan dengan rentang waktu 2016 – 2018

3. Pemberian konseling gizi dengan media booklet menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan ibu balita.

4. Pemberian konseling gizi dengan media booklet menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap sikap ibu balita.

5. Pemberian konseling gizi dengan media booklet menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi energi balita.

6. Pemberian konseling gizi dengan media booklet menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi protein balita

7. Hasil edukasi tanpa media pada tingkat pengetahuan ibu dengan perubahan sebesar 18%, sedangkan hasil edukasi dengan media pada tingkat pengetahuan ibu sebesar 37,6%. Dengan demikian dapat disimpulkan intervensi pencegahan balita stunting melalui metode edukasi gizi menggunakan media dengan lama frekuensi yang lebih panjang sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan tingkat pengetahuan ibu balita

8. Hasil edukasi tanpa media pada tingkat sikap ibu dengan perubahan sebesar 19,8%, sedangkan hasil edukasi dengan media pada tingkat sikap ibu sebesar 37%. Dapat disimpulkan bahwa intervensi pencegahan balita stunting melalui metode edukasi gizi

(2)

2

menggunakan media dengan lama frekuensi konseling yang lebih panjang sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan tingkat sikap ibu balita

9. Tingkat konsumsi energi pada balita setelah dilaksankan edukasi tanpa media adanya perubahan sebesar 4,2%, sedangkan tingkat konsumsi energi balita pada kelompok edukasi dengan media meningkat sebesar 17,3% yang artinya ada pengaruh yang signifikan pada intervensi edukasi gizi dengan media dan lama frekuensi konseling yang lebih panjang.

10. Tingkat konsumsi protein pada balita setelah dilaksanakan edukasi tanpa media adanya perubahan sebesar 9,3%, sedangkan tingkat konsumsi energi balita pada kelompok edukasi dengan media meningkat sebesar 29,8% yang artinya ada pengaruh yang signifikan pada intervensi edukasi gizi dengan media dan lama frekuensi saat konseling yang lebih panjang.

B. SARAN

1. Untuk memenuhi kebutuhan gizi baduta dan menambah wawasan ibu diharapkan dapat mengembangkan media booklet sebagai alat bantu dalam pembelajaran untuk mempermudah masyarakat khususnya ibu yang memiliki anak dengan status gizi stunting mendapatkan informasi tentang gizi.

2. Kepada kader dan petugas kesehatan diharapkan dapat memotivasi ibu-ibu dengan cara melakukan penyuluhan pada saat penimbangan bulanan di posyandu tentang manfaat gizi seimbang untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dan mencegah kejadian stunting pada anak.

3. Bagi orang tua hendaknya memperhatikan asupan gizi bagi anak-anak dan mengerti akan pentingnya kecukupan gizi anak balita, agar anak-anak dapat mendapatkan gizi yang baik dan tumbuh kembang yang optimal.

4. Berdasarkan pengumpulan data pengetahuan dan sikap ibu, didapat hasil masih ada ibu balita memiliki pengetahuan yang masuk dalam kategori cukup, sehingga diperlukan peran serta tenaga kesehatan terutama Ahli Gizi untuk memberikan edukasi terkait pentingnya gizi dan kesehatan bagi balita, serta melakukan pemantaun status gizi balita secara berkala.

Referensi

Dokumen terkait

Saran Mengingat dari hasil penelitian bahwa tingkat konsumsi siswa rata-rata masih tergolong salah yaitu defisit tingkat berat, maka diharapkan pihak sekolah untuk memberikan edukasi

Pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis yang memiliki tingkat konsumsi protein pada kategori rendah – sedang disarankan menambah asupan protein sehingga mampu memenuhi kebutuhan

Terdapat perbedaan praktik ibu dalam pemberian makan balita, tingkat konsumsi zat besi dan vitamin A setelah pendampingan gizi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.. Tidak

Edukasi gizi menggunakan media video lebih efektif terhadap pengetahuan, sikap, serta konsumsi sayur dan buah dibandingkan dengan media non video dikarenakan pada media video terdapat

Pola Makan Sumber Protein Balita nomer 6 memiliki skor pola makan sumber protein sebelum konseling gizi sebesar 79,4% tidak seimbang yang mengalami penurunan sesudah konseling gizi

- Pengolahan makanan yang sering digoreng dan bening - Seluruh pasien memilki kebiasaan yang sama kurang mengonsumsi air putih sehari kurang dari 8 gelas - Tingkat konsumsi energi

Terdapat perbedaan yang tidak signifikan sebelum dan sesudah konseling menyusui terhadap tingkat konsumsi protein ibu hamil trimester III di Desa Wandanpuro pada α 0,05.. Terdapat

Ada pengaruh home visit terhadap tingkat pengetahuan ibu balita yaitu dengan nilai p = 0,004< 0,05memiliki rata-rata pre-test sebesar 60,00 kategori cukup meningkat pada post-test