• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

67 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan analisis data penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Poligami dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan diatur dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1), (2) dan Pasal 5 ayat (1), (2). Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 diatur dalam Bab VIII (Beristeri Lebih Dari Seorang) yakni pada Pasal 40 hingga Pasal 44. Kompilasi Hukum Islam terdapat dalam Bab IX (Beristeri Lebih Satu Orang) pada Pasal 55 hingga Pasal 59. Poligami diatur secara ketat dan tegas dalam hukum positif di Indonesia. Berbagai persyaratan poligami yang tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tidak jauh berbeda dengan KHI. Diantara aturan poligami dalam UU No. 1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975 dan KHI saling berkaitan. Bedanya, KHI dikhususkan bagi muslim.

2. Hasil analisis peraturan poligami dalam hukum positif di Indonesia ditinjau dari 3 fitur sistem Maqasid al-syariah Jasser Auda, sebagai berikut:

Peraturan poligami dalam hukum positif di Indonesia sudah memenuhi fitur sistem cognitive nature yang diusulkan dalam Maqasid al-syariah Jasser Auda. Syari’ah dan Fikih dapat dipisahkan secara jelas. Syari’ah mengenai poligami adalah surat an-Nisa’ ayat 3.

Sementara fikih Indonesia yang mengatur poligami adalah Undang- undang No. 1 Tahun 1974 serta Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 dan Kompilasi Hukum Islam.

Peraturan poligami dalam hukum positif di Indonesia sudah memenuhi fitur sistem wholeness yang diusulkan dalam Maqasid al- syariah Jasser Auda. Dalam membaca Undang-undang Perkawinan ini harus dilakukan secara utuh (menyeluruh), karena antara satu pasal

(2)

68

dengan pasal lainnya saling berkaitan dan memiliki sebab-akibat.

Selanjutnya secara formil diatur dalam PP No. 9 Tahun 1975. Adapun KHI yang diperuntukkan bagi muslim, UU Perkawinan tidak dapat terlepas dari PP No. 9 Tahun 1975, dan juga ada beberapa hal yang didasarkan pada KHI (bagi muslim), begitu pula dengan KHI.

Peraturan poligami dalam hukum positif di Indonesia sudah memenuhi fitur sistem purposefulness yang diusulkan dalam Maqasid al-syariah Jasser Auda. Undang-undang Perkawinan dan turunannya yakni Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 dalam mengatur poligami tidak merujuk pada satu hukum tertentu. Meskipun mayoritas UU Perkawinan bernuansa hukum Islam, tetapi materi muatannya mengandung nilai-nilai keadilan, perlindungan hukum, perlindungan harkat dan martabat, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan maqasid yang ditawarkan oleh Jasser Auda yaitu maqasid kontemporer. Begitu halnya dengan KHI, meskipun berpedoman pada hukum Islam. Namun, dalam pengaturannya memiliki aturan-aturan yang ketat sama seperti Undang- undang Perkawinan. Dengan demikian, hukum positif di Indonesia dalam mengatur poligami selalu mempertimbangkan terealisasikannya maqasid. Dalam hal ini, maqasid yang dimaksud yaitu tujuan perkawinan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis akan mengemukakan saran- saran sebagai berikut:

1. Bagi para intelektual hendaknya tidak terpacu pada satu pendapat tertentu atau menghilangkan kefanatikan dalam dirinya. Perlu adanya sikap toleransi terhadap perbedaan pendapat, karena dengan sikap tersebut dapat memperluas wawasan pandangan seseorang;

2. Bagi seorang suami yang ingin beristri lebih dari seorang hendaknya patuh dan tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam hal ini, wajib memenuhi syarat-syarat poligami baik alternatif maupun kumulatif.

(3)

69

Dengan demikian, dapat menjamin perlindungan hak-hak istri-istri dan anak-anak dalam perkawinan poligami;

3. Bagi praktisi hukum, khususnya para Hakim yang memutus setiap perkara izin poligami hendaknya sebisa mungkin memeriksa dengan sungguh-sungguh, sehingga dampak perizinan poligami yang diputus oleh Pengadilan benar-benar membawa kemaslahatan;

4. Bagi Pemerintah juga hendaknya dapat menekan angka praktik pernikahan sirri yang masih dilakukan masyarakat, dengan cara memberikan sosialisasi mengenai akibat hukum nikah sirri ke masyarakat. Dengan ini diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan dan praktik nikah sirri maupun poligami liar semakin berkurang.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Istih}sa>n sebagai metode pada pembaruan hukum dalam Kompilasi Hukum Islam banyak digunakan ulama terdapat pada bidang perkawinan, yaitu (1) Perceraian

Untuk 1 guru BK menangani kisaran 152-166 peserta didik, hal ini sesuai dengan Beban kerja guru Bimbingan dan Konseling atau konselor pada pasal 54 ayat (6) Peraturan

Hal ini dikarenakan ada beberapa bank umum syariah yang tidak mempublikasikan Laporan Tata Kelola seperti Bank Jabar Banten Syariah dan Bank Victoria Syariah pada tahun

a) Pembentukan produk hukum (peraturan perundang-undangan) yang “upto- date” terhadap pelaksanaan pembangunan dengan selalu mempertimbangan konservasi lingkungan hidup, yang

Kesimpulan Setelah melakukan riset penelitian yang dilaksanakan pada SMP Islam Plus Ma’arif Al Firdaus Pasir Sakti pada tanggal 19 September hingga 19 Oktober 2021, dengan menggunakan

Kepastian hukum pembayaran pajak penghasilan sebelum dilakukannya pengikatan jual beli ditinjau dari segi pengaturan jual beli pada pada perbuatan tertentu belum memberikan kepastian

Pemberlakuan undang-undang pencucian uang terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika tentu sebuah penegakan hukum yang ektra, dimana dalam hal ini tentu selain dapat

Proses pelaksanaan kegiatan dakwah persuasif pencegahan antar Suporter sepak bola melalui kegiatan positif yang dilakukan oleh komunitas Aremania Pati yaitu 1 dengan cara melaksanakan