• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

126 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengaturan kepemilikan saham pada Bank Umum oleh Badan Hukum Asing di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999, sebagai instrumen pelaksana Undang-Undang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan hadir tatkala Indonesia mengalami krisis moneter. Berbagai kepentingan menyelimuti pembentukan Undang-Undang tersebut. Salah satu pertimbangan dibentuknya Undang-Undang tersebut adalah Indonesia telah memasuki era globalisasi, dan dengan telah diratifikasinya beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian, khususnya sektor Perbankan. Sejalan dengan adanya komitmen Indonesia dalam berbagai forum internasional, diperlukan berbagai penyesuaian dalam peraturan Perbankan nasional, termasuk pembukaan akses pasar dan perlakuan non diskriminatif terhadap pihak asing. Upaya liberalisasi di bidang Perbankan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus meningkatkan kinerja Perbankan nasional. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa : (1) Bank Umum hanya dapat didirikan oleh : Warga Negara Indonesia dan atau Badan Hukum Indonesia; atau Warga Negara Indonesia dan atau Badan Hukum Indonesia dengan Warga Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing secara kemitraan, (2) Ketentuan mengenai persyaratan pendirian yang wajib dipenuhi pihak- pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya pada Pasal 26, ditegaskan bahwa : (1) Bank Umum dapat melakukan emisi saham melalui bursa efek, (2) Warga Negara Indonesia, Warga Negara Asing, Badan Hukum Indonesia dan

(2)

commit to user

127

atau Badan Hukum Asing dapat membeli saham Bank Umum, baik secara langsung dan atau melalui bursa efek, (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Kepemilikan Saham pada Bank Umum tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum. Mengenai kepemilikan saham pada bank umum oleh asing diatur dalam Pasal 3 : “Jumlah kepemilikan saham Bank oleh Warga Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing yang diperoleh melalui pembelian secara langsung maupun melalui Bursa Efek sebanyak- banyaknya adalah 99% (sembilan puluh sembilan per seratus) dari jumlah saham Bank yang bersangkutan”. Bank umum yang 99%

sahamnya dimiliki oleh asing, maka tentu saja keuntungan dari Bank tersebut akan banyak “lari” ke negara asal, semangat untuk memajukan perekonomian nasional tentu saja menjadi luntur, dan keberadaan bank hanya semata-mata untuk mencari profit saja. Kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum, tidak dapat dielakkan dari campur tangan lembaga-lembaga keuangan Internasional. Indonesia pasca krisis moneter 1997/1998 sangat memerlukan “uluran tangan” berupa bantuan dana untuk memulihkan kondisi perekonomian yang ambruk. Bantuan tersebut diberikan oleh World Bank dan IMF, dalam memberikan bantuannya, mereka mengajukan prasyarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia, salah satunya adalah memperbolehkan asing menguasai saham pada bank umum seluas-luasnya.

2. Pengaturan kepemilikan saham pada bank umum oleh Badan Hukum Asing diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999.

Melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini, pengaturan tersebut apabila ditelaah melalui “kacamata” demokrasi ekonomi, tidaklah sesuai. Sektor Perbankan merupakan sektor yang sangat vital dalam perekonomian suatu bangsa, tanpa terkecuali di Indonesia. Peran sektor

(3)

commit to user

128

Perbankan begitu penting, oleh karena itu saham pada bank-bank umum hendaknya dikuasai oleh negara. Adapun ketika asing ingin berpartisipasi dalam kepemilikan saham tersebut, tetap dibatasi porsinya, dan tetap saham mayoritas dikuasai oleh negara atau investor lokal. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat Indonesia itu sendiri (khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah). Gejolak pengaturan kepemilikan saham oleh asing tersebut telah lama membuat resah masyarakat, oleh karenanya Bank Indonesia mengeluarkan PBI (Peraturan Bank Indonesia) Nomor 14/ 8 /PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum. Aturan tersebut berisi batas maksimum kepemilikan saham pada bank. Aturan terbaru dari Bank Indonesia tersebut, menurut hemat Penulis masih belum bisa mengakomodir kepentingan negara untuk bisa menyelamatkan aset Perbankannya dari cengkeraman asing. PBI Nomor 14/ 8 / PBI/ 2012 masih memberikan peluang terhadap pihak asing untuk menguasai 99%

saham Perbankan di Indonesia. Pemberlakuan asas resiprokal dengan memperhatikan adanya pemenuhan prinsip mutual benefit atau keuntungan dan manfaat bersama, asas keadilan, dan keseimbangan perlakuan juga patut dipertimbangkan.Pemerintah sebenarnya telah memiliki serangkaian pedoman yang digunakan untuk menjalankan roda aktifitas Perbankan. Pedoman tersebut tertuang dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yaitu suatu kerangka dasar sistem Perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri Perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri Perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem Perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pengaturan kepemilikan saham Perbankan oleh asing pada bank umum hendaknya kembali mengacu pada keenam pilar pada API tersebut, dan mengembalikan

(4)

commit to user

129

semangat demokrasi ekonomi secara utuh dan konsekuen. Kerangka demokrasi ekonomi telah diatur sedemikian rupa oleh para founding fathers Indonesia dan dituangkan dalam landasan konstitusional bangsa, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Sudah semestinya hal tersebut dijadikan sebagai “jiwa” didalam membuat setiap peraturan-peraturan yang akan diberlakukan di bumi Indonesia. Hukum yang baik sejatinya adalah jiwa bangsa, hukum bukanlah sesuatu yang dapat diciptakan secara sewenang-wenang dan terencana oleh pembuat hukum. Hukum adalah hasil dari proses yang bersifat internal dan otonom, serta diam- diam dalam diri masyarakat (rakyat). Proses ini berakar dalam sebuah bangsa dengan dasar kepercayaan dan keyakinan bangsa yang bersangkutan, serta kesadaran komunal bangsa tersebut. Terdapat hubungan organik antara hukum dengan watak atau karakter suatu bangsa, oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hukum adalah cerminan dari jiwa bangsa (volkgeist). Berdasarkan hal itu, maka tugas utama bidang hukum adalah menggali nilai-nilai hukum sebagai manifestasi jiwa bangsa, yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Internasional, artinya ikut tunduk dalam aturan-aturan Internasional, namum hal tersebut jangan sampai membuat Indonesia kehilangan ruh atau jiwa nya sebagai sebuah bangsa yang memiliki tanggung jawab terhadap kemakmuran rakyatnya. Aturan-aturan dalam hal perekonomian, khususnya Perbankan harus dibuat sedemikian rupa untuk bisa mengikuti perkembangan dunia Internasional, tanpa meninggalkan jati diri bangsa. Amanat demokrasi ekonomi telah berulang kali disampaikan didalam Undang-Undang Perbankan. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian khusus bagi kita semua, bagaimana menciptakan iklim investasi internasional, tanpa mengganggu stabilitas perekonomian nasional.

(5)

commit to user

130 B. Implikasi

1. Pengaturan kepemilikan saham pada bank umum oleh Badan Hukum Asing yang sesuai dengan kerangka demokrasi ekonomi akan membuat Bangsa Indonesia mandiri, berdaya saing dan dapat mewujudkan cita- cita yang diamanatkan oleh konstitusi. Pengaturan tersebut haruslah sesuai dengan jiwa Bangsa Indonesia. Kesejahteraan rakyat lah yang dijadikan sebagai tujuan adanya pengaturan hukum dan keadilan harus dapat dirasakan oleh semua orang, tidak hanya keadilan bagi sebagian pihak yang berkepentingan.

2. Aturan baru mengenai kepemilikan saham di bank umum oleh badan hukum asing, akan membawa perubahan didalam kegiatan perekonomian nasional, yang semula banyak bank-bank umum yang sahamnya dikuasai oleh asing, menjadi berkurang porsi kepemilikannya. Hal itu akan membuat struktur permodalan terguncang sesaat, namun untuk efek jangka panjang sangat menguntungkan negara kita. Keuntungan Perbankan tidak lagi “lari” ke negara asal investor, serta Indonesia tidak perlu khawatir lagi apabila terjadi krisis global, para investor akan menarik dananya kembali.

C. Saran

1. Pengaturan terbaru mengenai kepemilikan saham pada bank umum memuat aturan :

a. Investor asing dalam dunia Perbankan harus berbentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas, yang tunduk pada Hukum Indonesia, agar tidak ada penyalahgunaan kewenangan dikemudian hari.

Apabila investor asing masih tunduk pada aturan di negara asalnya, sangat dimungkinkan menyebabkan kerugian bagi Indonesia.

b. Idealnya pemerintah atau investor dalam negeri minimal menguasai 51% saham, sisanya 49% dimiliki oleh Badan Hukum Asing. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari pemusatan keuntungan pada negara asal investor. Bisa saja porsi kepemilikan asing lebih dari

(6)

commit to user

131

49% dengan persyaratan tertentu, misalnya bank tersebut merupakan bank yang baru berdiri sehingga masih sangat membutuhkan modal segar, bank yang didanai tidak bergerak di sektor yang membiayai kegiatan-kegiatan strategis seperti kredit perumahan rakyat, atau pembiayaan pembelian alutsista negara.

c. Pengaturan pembatasan kepemilikan saham mayoritas terutama oleh investor asing harus dilakukan secara bertahap melalui amandemen Undang-Undang. Jika pembatasan dilakukan secara mendadak, dapat terjadi kekacauan karena investor asing harus segera menjual kepemilikan sahamnya di perbankan. Harga saham perbankan di pasar modal bisa jatuh.

d. Pemerintah harus secara progressive mengeluarkan regulasi yang mendukung kinerja bank-bank nasional.

2. Meningkatkan peran lembaga-lembaga sebagai berikut :

a. Otoritas Jasa Keuangan kembali menekankan fungsi utama bank yaitu menyalurkan kredit kepada pengusaha-pengusaha kecil dan menengah agar mampu membiayai usahanya. Bank-bank umum yang sahamnya dimiliki oleh asing, juga tidak boleh lepas dari kewajiban tersebut, sehingga bank-bank yang dimiliki oleh asing tidak hanya sekedar profit oriented, namun juga melakukan kegiatan pembiayaan Usaha Kecil Menengah, sehingga para pengusaha kecil dan menengah semakin mudah mendapatkan pembiayaan bagi usahanya, serta dapat berdaya saing dengan pengusaha-pengusaha lainnya di era kompetisi perdangan bebas.

b. Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan dan Perindustrian atau bekerjasama dengan bursa efek, melakukan iklan kampanye cinta produk dalam negeri, tidak hanya dalam hal pembelian barang saja, namun juga mulai mengedukasi masyarakat untuk membeli saham pada Bank –Bank BUMN sebagai upaya menekan laju kepemilikan saham oleh asing di bank-bank swasta.

(7)

commit to user

132

c. Bank-bank BUMN harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, sehingga masyarakat setia menggunakan jasa bank-bank BUMN, dan tidak melirik ke bank asing.

d. Bank-bank nasional yang sudah menawarkan sahamnya di pasar saham harus meningkatkan kinerja keuangannya, agar dapat meningkatkan nilai kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai kapitalisasi pasarnya, semakin tinggi harga sahamnya, sehingga investor asing tidak serta merta dengan mudah membeli saham bank-bank nasional, karena harga sahamnya murah

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2010-2030 Perhubungan.

These point clouds can be derived from pairs of overlapping images or using the laser raw data together with platform trajectory.. A mobile mapping campaign may include

Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 02 Tahun 2007 tentang Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Maros Tahun

This permission does not extend to binding multiple chapters of the book, photocopying or producing copies for other than personal use of the person creating the copy, or

Negara tujuan ekspor terbesar Sulawesi Utara bulan Juli 2016 adalah Amerika Serikat dengan nilai US$ 28,85 juta atau 40,80 persen dari total nilai ekspor, disusul Belanda

Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan sebuah aplikasi yang dapat menjembatani hal-hal tersebut, salah satu konsep yang dapat diterapkan adalah dengan membuat sebuah

[r]

Diese Untersuchung helfen die Menschen ihre Fähigkeit zu erweitern, etwas über denotative Bedeutung und konnotative Bedeutung zu lernen und ihre Bedeutung in