85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia berat pada ibu hamil di Puskesmas Ciparay DTP Kabupaten Bandung tahun 2018 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran distribusi frekuensi faktor risiko preeklampsia berat adalah sebagian besar merupakan kategori usia tidak berisiko (56,7%), multigravida (78,3%), paritas berisiko (73,8%) dan hampir seluruhnya tidak pernah mengalami abortus (87,5%) serta berusia gestasi ≥37 minggu (87,5%).
Hampir seluruhnya tidak memiliki riwayat hipertensi (92,1%) dan tidak bekerja (94,2%). Sebagian besar ibu berpendidikan rendah (64,6%), melakukan pemeriksaan ANC secara lengkap (69,2%) dan mempunyai riwayat pemakaian alat kontrasepsi hormonal (61,7%).
2. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian preeklampsia berat dengan nilai p value P value= 0,000 OR= 0,093 dengan CI 95%= 0,042- 0,209
3. Ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia berat dengan nilai p value 0,000 dan OR= 2,188 dengan CI 95%= 1,895 – 2,526 4. Ada hubungan antara perilaku ANC dengan kejadian preeklampsia berat
dengan nilai p value = 0,000 dan OR= 3,729 dengan CI 95%= 2,061 – 6,747
86
5. Ada hubungan antara riwayat kontrasepsi hormonal dengan kejadian preeklampsia berat dengan nilai p value 0,000 dan OR= 2,968 dengan CI 95%= 1,724 – 5,110
6. Tidak ada hubungan antara gravida dengan kejadian preeklampsia berat dengan nilai p value 0,273 dan OR= 0,673 dengan CI 95%=0,362 – 1,252 7. Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklampsia berat
dengan nilai p value 0,241 dan OR= 1,476 dengan CI 95% = 0,827-2,636 8. Tidak ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian preeklampsia
berat dengan nilai p value= 0,329 dan OR= 0,630 dengan CI 95%= 0,289 – 1,372
9. Tidak ada hubungan antara usia gestasi dengan kejadian preeklampsia berat dengan nilai p value 0,558 dan OR= 1,358 dengan CI 95%=0,628 – 2,937 10. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian preeklampsia berat
dengan nilai p value 0,787 dan OR= 0,896 dengan CI 95%= 0,528 – 1,522 11. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian preeklampsia berat
dengan nilai p value 0,409 OR= 0,536 CI 95% = 0,174 – 1,650
12. Faktor yang paling dominan memiliki hubungan dengan kejadian preeklampsia berat adalah pemeriksaan ANC dengan nilai p value 0,004 OR=
2,656 dengan CI 95%= 1,378-5,119.
5.2 Saran
1. Kepada Puskesmas Ciparay DTP Kabupaten Bandung
a. Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan terkait preeklampsia untuk menambah pengetahuan ibu hamil. Pemberian penyuluhan seharusnya tidak hanya dilakukan kepada ibu hamil, melainkan pada wanita usia subur (WUS),
87
pasangan usia subur (PUS), dan keluarga ibu hamil. Kegiatan penyuluhan pada semua sasaran tersebut diharapkan dapat meminimalisir frekuensi kejadian preeklampsia di wilayah Puskesmas Ciparay DTP Kabupaten Bandung.
b. Melakukan screening terhadap ibu yang berisiko mengalami preeklampsia.
c. Puskesmas perlu melengkapi catatan rekam medik agar beberapa faktor risiko yang terkait dengan komplikasi selama kehamilan dan persalinan dapat diketahui dan diwaspadai lebih dini.
2. Kepada Masyarakat
a. Kepada masyarakat khususnya ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tempat pelayanan kesehatan sesuai standar (≥4 kali) untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya preeklampsia. Sehingga jika terjadi preeklampsia saat kehamilan dapat ditangani secara cepat dan tepat oleh petugas kesehatan.
b. Masyarakat khususnya ibu hamil harus lebih aktif menanyakan risiko yang mungkin terjadi jika termasuk ke dalam kelompok ibu hamil yang berisiko.
3. Kepada Penelitian Selanjutnya
a. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan terkait kejadian preeklampsia terutama menggunakan faktor lain yang belum diteliti seperti obesitas, kehamilan ganda, riwayat preeklampsia, pendapatan dan lain sebagainya.
