• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB V"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

60 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jumlah responden 24 balita dengan 12 balita kelompok kontrol dan 12 balita kelompok kasus denagn karakteristik jenis kelamin responden kelompok kontrol sebesar 33,3% laki-laki dan 66,7% perempuan dan kelompok kasus 50% laki-laki dan 50% perempuan. Berdasarkan umur 24 – 59 bulan sebanyak 15 balita diantaranya 7 balita kelompok kontrol dan 8 balita kelompok kasus sedangkan yang berumur diantara 13 – 24 bulan yaitu sebanyak 8 balita diantaranya 4 kelopok kontrol dan 4 kelompok kasus dan yang paling sedikit adalah yang berumur antara 7 – 12 bulan yaitu sebesar sebanyak 1 balita kelompok kasus.

2. Tingkat konsumsi energi responden belum tercukupi pada kelompok kontrol hanya (25%) 3 balita dari 12 kelompok kontrol yang termasuk kategori normal dan sisanya defisit yaitu sebesar 75%. Sedangkan pada kelompok kasus semua balita memiliki tingkat konsumsi energi defisit . Oleh sebab itu konsumsi yang belum mencukupi kebutuhan mengakibatkan stunting pada responden.

3. Tingkat konsumsi protein pada kelompok kontrol hanya (25%) 3 balita dari 12 kelompok kontrol yang termasuk kategori normal dan sisanya defisit yaitu sebesar 75%. Sedangkan pada kelompok kasus balita yang memiliki tingkat konsumsi normal hanya sebesar 8,3% dan tingkat konsumsi defisit sebesar 91,7%.

4. Untuk pola asuh responden, pada balita kelompok kontrol yang masuk dala kategori pola asuh baik sebesar 25% sedangkan dalam kategori cukup sebesar 50% dan kategori kurang sebesar 25%, kemudian pada kelompok kasus balita yang masuk dalam kategori pola asuh cukup sebesar 41,7%

dan 58,3% masuk dalam kategori kurang. Dapat disimpulkan bahwa responden dengan pola asuh baik memiliki TB/U normal

(2)

61 5. Balita kelompok kontrol lebih sedikit yang memiliki tingkat konsumsi energi defisit (75%) dibandingkan balita kelompok kasus (100%), hal ini menunjukkan bahwa semakin defisit tingkat konsumsi energinya semakin beresiko balita untuk mengalami stunting

6. Kelompok kontrol lebih sedikit yang memiliki tingkat konsumsi energi defisit (75%) dibandingkan balita kelompok kasus (91,7%), untuk tingkat konsumsi protein normal balita kelompok kontrol memiliki tingkat konsumsi sebesar (25%) sedangkan balita keompok kasus hanya sebesar (8,3%), hal ini menunjukkan bahwa semakin defisit tingkat konsumsi protein balita semakin beresiko balita tersebut untuk mengalami stunting

7. Semakin defisit tingkat konsumsi energi balita semakin kurang pula pola asuh balita tersebut balita dengan tingkat konsumsi energi normal dan memiliki pola asuh baik hanya ada pada balita kelompok kontrol sebanyak 8,3%, balita dengan tingkat konsumsi defisit dan pola asuh kurang lebih banyak ada pada balita kelompok kasus yaitu sebesar 83,3% dibandingkan paa kelompok kontrol yang hanya sebesar 25%,

8. Semakin defisit tingkat konsumsi protein balita semakin kurang pula pola asuh balita tersebut. Balita dengan tingkat konsumsi energi normal dan memiliki pola asuh baik hanya 3 balita kelompok kontrol sebesar 25% dan 2 balita pada kelompok kasus sebesar 16,7%, balita dengan tingkat konsumsi defisit dan pola asuh kurang lebih banyak ada pada balita kelompok kasus yaitu sebesar 41,7% dibandingkan paa kelompok kontrol yang hanya sebesar 25%.

9. Semakin kurang pola asuh yang diberikan kepada balita, semakin beresiko balita tersebut mengalami stunting. Balita kelompok kontrol yang memiliki pola asuh baik yaitu sebesar 25%, sedangkan pada pola asuh cukup balita kelompok kontrol lebih banyak 50% dibandingkan balita kelompok kasus yang hanya sebesar 41,7%. Pada kategori pola asuh kurang balita kelompok kasus lebih banyak dari pada balita kelompok kasus yaitu sebesar 58,3%

dan balita kelompok kontrol hanya 25%.

(3)

62 B. Saran

1. Tingginya presentase balita yang memiliki tingat konsumsi energi (87,5%) dan protein (83,3%) dalam kategori defisit, maka ibu balita seharusnya lebih memperhatikan tingkat konsumsi makanan bagi balitanya terutama konsumsi makanan yang bergizi sehingga kebutuhan zat gizi balita tercukupi dengan baik. Salah satu faktor penyebab kurangnya konsumsi makanan bergizi pada balita yaitu pendapatan keluarga. Pendapatan yang rendah keluarga responden di Desa Purwosekar mengakibatkan berkurangnya daya beli keluarga terhadap makanan yang bergizi dan mengakibatkan berkurangnya konsumsi makanan balita yang seharusnya sesuai kebutuhan, memungkinkan terhambatnya pertumbuhn balita yang mengakibatkan stunting pada balita

2. Faktor lain yang mempengaruhi stunting pada balita yaitu rendahnya presentase pola asuh keluarga yang baik hanya sebesar 25% pada kelompok kontrol dan tingginya presentase pola asuh keluarga yang kurang sebesar 25% pada kelompok kontrol dan 58,3% pada kelompok kasus. Seharusnya balita mendapatkan perhatian lebih dari orang tua, banyak baita yang tidak mendapatkan pola asuh yang baik hal ini dikarenakan sebagian besar ibu responden bekerja sehingga dapat mengakibatkan malnutrisi pada balita sehingga balita menjadi kerdil atau stunting

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat dari tingkat kecukupan energi balita defisit dengan rerata 61,68+61% dan tingkat kecukupan protein balita kurang 81,68+78%, yang berdampak

Penyakit infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan konsumsi energi dan protein yang defisit merupakan faktor risiko kejadian gizi kurang pada anak balita di Puskesmas

Hubungan antara Pola Asuh dan Tingkat Konsumsi dengan Kejadian Status Gizi Kurang pada Balita Usia 24-60 Bulan (Studi d Wilayah Kerja puskesmas Wonorejo, Kabupaten

Orang tua yang mempunyai pola asuh otoriter sebagian besar memiliki balita yang tingkat konsumsi makanan dalam kategori difisit, tapi sebagian besar juga balita terdapat

Penyebab langsung dari balita yang mengalami kekurangan energi protein yang menyebabkan status gizi balita buruk dan kurang yaitu penyakit infeksi, konsumsi makanan, kebutuhan energi

Pengaruh Pola Konsumsi, Tingkat Konsumsi Energi, Tingkat Konsumsi Protein, Daya Terima dan Berat Badan Balita Setelah diberikan Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Distribusi Subjek Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zinc Sebelum Edukasi Tingkat Konsumsi Zinc n % Defisit Tingkat Berat 7 46.6 Defisit Tingkat Ringan 1 6.7 Normal 7 46.7 Jumlah 15

Tingkat konsumsi energi termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, tingkat konsumsi protein termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan, tingkat konsumsi lemak termasuk dalam