• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VI ANALISIS EKONOMI

N/A
N/A
Phan bulang geh

Academic year: 2023

Membagikan "Bab VI ANALISIS EKONOMI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

120

BAB VI

ANALISIS EKONOMI

Pendirian suatu pabrik salah satunya bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Untung tidaknya suatu pabrik yang dirancang dapat diketahui dengan melakukan analisa ekonomi. Komponen terpenting dari perancangan ini adalah estimasi harga alat-alat yang dipakai sebagai dasar untuk estimasi analisis ekonomi tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu pabrik dengan meninjau kebutuhan modal investasi, besarnya laba yang diperoleh, lamanya modal investasi dapat dikembalikan, dan terjadinya titik impas.

6.1 Dasar Perhitungan Analisis Ekonomi

Kapasitas pabrik = 80.000 ton/tahun Jumlah hari operasi dalam setahun = 330 hari

Tahun pabrik beroperasi = 2025 Tahun mulai pendirian pabrik = 2024

Harga bahan baku, bahan pendukung, dan produk pada tahun referensi digunakan untuk mendapat harga bahan/produk pada tahun pembelian/penjualan.

Harga bahan baku, bahan pendukung, dan produk bisa dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6. 1 Harga Bahan Baku dan Produk

Senyawa Jumlah

(ton/tahun) Harga/ton

(US$) Lama

Penyimpanan Sumber

Bahan Baku

Etilen 29.258,07 353 - icis.com

Asam

asetat 55.802,07 100 30 hari celanese.com

Oksigen 25.876,18 150 - alibaba.com

Katalis

Palladium 3,46 60000 1 tahun alibaba.com

Produk

Vinil asetat 79.920,00 800 30 hari alibaba.com

(2)

121

Ketentuan lain pada perhitungan analisis ekonomi pabrik diantaranya:

1. Pembangunan fisik pabrik direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2024 dan pabrik akan beroperasi secara komersial pada tahun 2025.

2. Proses yang dijalankan dalam pabrik adalah proses kontinu.

3. Shut down pabrik dilaksanakan selama 35 hari dalam satu tahun untuk perbaikan alat-alat pabrik serta jika terdapat maintenance darurat.

4. Modal kerja (Working Capital Investment) yang diperhitungkan selama satu bulan

5. Umur alat-alat pabrik diperkirakan 10 tahun.

6. Nilai rongsokan (salvage value) adalah nol.

7. Situasi pasar, biaya, dan lain-lain diasumsikan stabil selama pabrik beroperasi.

8. Upah buruh asing sebesar US $ 10,31 per man hour.

9. Upah buruh lokal sebesar Rp 25.000,- per man hour.

10. Satu man hour asing sama dengan 1,8 man hour Indonesia.

11. Distribusi pekerja kontraktor untuk tenaga kerja asing 40% dan tenaga kerja Indonesia 60% pada instalasi dan instrumentasi.

12. Distribusi pekerja kontraktor sebesar 100% tenaga kerja Indonesia untuk listrik, pemipaan, isolasi, dan bangunan.

13. Kurs rupiah Rp 15.215,- (www.bi.go.id, 2023).

14. Semua produk utama dan produk samping habis terjual

6.2 Estimasi Harga Peralatan

Harga peralatan proses tiap alat tergantung pada kondisi ekonomi yang sedang terjadi pada tahun pembelian. Harga peralatan perlu diperkirakan dari harga peralatan serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Penentuan harga peralatan berdasarkan Chemical Engineering Plant Cost Index (CEPCI) dijabarkan pada Tabel 6.2.

(3)

122

Tabel 6. 2 Indeks Harga (Turton, 2018)

Tahun Indeks Harga Tahun Indeks Harga

2000 394 2009 521

2001 394 2010 551

2002 396 2011 586

2003 402 2012 585

2004 444 2013 567

2005 468 2014 576

2006 500 2015 557

2007 525 2016 542

2008 575 2017 613

Data Tabel 6.2, kemudian dilakukan regresi secara linier untuk mendapatkan tren kenaikan indeks. Data indeks pada tahun tertentu akan diperoleh dari persamaan regresi. Data tersebut digunakan untuk menentukan harga pada tahun tertentu. Data indeks dan regresi secara linier ditunjukkan pada Gambar 6.1.

Gambar 6. 1 Chemical Engineering Plant Cost Index

Dari regresi linier terhadap data CEPCI pada Gambar 6.1, diperoleh persamaan y = 12,317x – 24.230 dengan y merupakan data CEPCI dan x adalah

(4)

123

tahun. Dari persamaan ini kemudian digunakan untuk memprediksi indeks harga pada tahun pembelian alat (2024) dan tahun pembelian bahan (2025) yang masing- masing sebesar 699,61 dan 711,92. Penentuan harga peralatan tahun 2024 diestimasi dari persamaan 6.1 (Peters and Timmerhaus, 2003).

Ex = Ey ∙Nx

Ny (6.1)

Keterangan:

Ex : Harga pembelian pada tahun yang diinginkan Ey : Harga pembelian pada tahun referensi

Nx : Indeks harga pada tahun yang diinginkan Ny : Indeks harga pada tahun referensi

Harga alat proses dan utilitas dapat ditunjukkan pada Tabel 6.3 dan Tabel 6.4.

Harga alat proses dan alat utilitas diperoleh dari berbagai referensi seperti: Aries- Newton (1955), Turton (2009), www.matche.com (2014), Alibaba (2023), Tokopedia (2023), Monotaro (2023), dan Arwana Beton (2023).

(5)

124

No. Nama Alat Kode Jumlah Harga

(USD)

1 Tangki asam asetat T-01 1 1.031.921,80

2 Tangki Vinil Asetat T-04 1 1.129.575,42

3 Vaporizer VP-01 1 37.896,09

4 Separator SP-01 1 41.598,36

5 Reaktor R-01 1 321.440,79

6 Condenser Parsial CP-01 1 15.126,65

7 Separator SP-02 1 4.159,84

8 Menara distilasi MD-01 1 158.829,93

9 Absorber AB-01 1 94541,62

10 Stripper-regenerator MEA ST-01 1 30253,32

11 Kondensor 1 E-201 1 23.253,74

12 Reboiler 1 E-301 1 68.624,74

13 Akumulator 1 ACC-01 1 13.803,07

14 Kondensor 2 E-202 1 7.563,33

15 Reboiler 2 E-301 1 13.235,47

16 Akumulator 2 ACC-02 1 5.672,50

17 Heater E-101 1 26.721,14

18 Cooler E-102 1 23.441,73

19 Heater E-103 1 17.004,36

20 Cooler E-104 1 21.012,53

21 Cooler E-105 1 25.992,38

22 Heater E-106 1 14.575,17

23 Kompresor 1 C-101 1 13.967,87

24 Kompresor 2 C-102 1 71.418,32

25 Expander C-103 1 8.745,10

26 Pompa 1 P-01 2 15.303,93

27 Pompa 2 P-02 2 20.891,07

28 Pompa 3 P-03 2 20.891,07

(6)

125

Tabel 6.3 Harga Peralatan Proses (lanjutan)

No. Nama Alat Kode Jumlah Harga

(USD)

29 Pompa 4 P-04 2 27.935,74

30 Pompa 5 P-05 2 23.563,19

31 Pompa 6 P-06 2 6.558,83

32 Pompa 7 P-07 2 15.303,93

33 Pompa 8 P-08 2 15.303,93

34 Pompa 9 P-09 2 27.935,74

Total 2.298.738,89

Tabel 6. 4 Harga Peralatan Utilitas

No. Nama Alat Kode Jumlah Harga

(USD)

1 Pompa 1 PU-201 2 35.709,16

2 Pompa 2 PU-202 2 35.709,16

3 Pompa 3 PU-203 2 6.558,83

4 Pompa 4 PU-204 2 7.773,42

5 Pompa 5 PU-205 2 35.709,16

6 Pompa 6 PU-206 2 35.709,16

7 Pompa 7 PU-207 2 13.846,41

8 Pompa 8 PU-208 2 13.846,41

9 Pompa 9 PU-209 2 13.846,41

10 Pompa 10 PU-210 2 13.846,41

11 Pompa 11 PU-211 2 18.218,96

12 Pompa 12 PU-212 2 27.935,74

13 Pompa 13A PU-213A 2 27.935,74

14 Pompa 13B PU-213B 2 39.352,95

15 Pompa 13C PU-213C 2 32.065,37

(7)

126

Tabel 6.4 Harga Peralatan Utilitas (lanjutan)

No. Nama Alat Kode Jumlah Harga

(USD)

16 Pompa 13D PU-213D 2 27.935,74

17 Pompa 13E PU-213E 2 25.406,46

18 Pompa 13F PU-213F 2 25.406,46

19 Pompa 14 PU-214 2 27.935,74

20 Pompa 15 PU-215 2 27.935,74

21 Pompa 16 PU-216 2 27.935,74

22 Pompa 17 PU-217 2 27.935,74

23 Bak pengendap awal BU-01 1 10.582,13

24 Tangki tawas TU-01 1 2.741,31

25 Tangki kapur TU-02 1 3.289,57

26 Tangki flokulator FL-01 1 9.430,11

27 Clarifier CL-01 1 23.253,46

28 Saringan pasir FU-01 1 4.360,08

29 Tangki klorin TU-03 1 2.193,05

30 Bak klorinasi BU-02 1 10.750,10

31

Tangki air konsumsi dan

sanitasi TU-04 1 4.549,25

32 Kation exchanger KE-01 2 7.287,58

33 Anion exchanger AE-01 2 7.287,58

34

Tangki penyimpan

demineralized water TU-05 1 2.388,23

35 Deaerator DU-01 1 18.826,26

36 Cooling tower CT-01 1 366.686,90

37 Tangki air umpan boiler TU-06 1 4.386,10

38 Tangki air pendingin TU-07 1 12.145,97

39 Boiler pengadaan steam (IDO) B-01 1 376.107,98

40 Tangki udara tekan TT-01 1 16.397,06

(8)

127

Tabel 6.4 Harga Peralatan Utilitas (lanjutan)

No. Nama Alat Kode Jumlah Harga

(USD)

41 Tangki silika TS-01 1 10.567,00

42 Tangki bahan bakar IDO TB-01 1 94.738,58

43 Tangki bahan bakar HSD TB-02 1 58.179,21

44 Generator GU-01 2 126.075,19

45 Kompresor (udara tekan) KU-01 2 18.218,96

46 Cooler Dowtherm A HEU-01 2 84.778,89

Total 1.823.775,42

Berdasarkan harga alat proses dan utilitas yang telah ditunjukkan pada Tabel 6.3 dan 6.4 di atas, maka total biaya yang perlu disiapkan untuk pembelian alat proses sebesar $ 2.298.738,89 atau jumlah dalam kurs nilai tukar rupiah sebesar Rp 34.975.312.255,74. Sedangkan, biaya yang perlu disiapkan untuk pembelian alat utilitas sebesar $ 1.823.775,42 atau jumlah dalam kurs nilai tukar rupiah sebesar Rp 27.748.743.011,28. Estimasi harga alat tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung modal tetap (Fixed Capital Investment).

6.3 Estimasi Penanaman Modal Total (Total Capital Investment)

Penanaman modal tetap merupakan total pengeluaran yang dibutuhkan untuk mendirikan fasilitas-fasilitas operasi pabrik. Penanaman modal tetap terdiri dari penanaman modal tetap (fixed capital investment) dan penanaman modal kerja (working capital investment).

6.3.1. Penanaman Modal Tetap (Fixed Capital Investment)

Modal tetap (FCI) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik atau biaya yang dibutuhkan ketika pabrik beroperasi maupun tidak beroperasi. Estimasi penanaman modal tetap pada perusahaan ini ditunjukkan pada Tabel 6.5.

(9)

128

Tabel 6. 5 Modal Tetap (Fixed Capital Investment)

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Pembelian alat 4.122.514,31 -

2. Instalasi 1.113.078,86 3.238.832.777,16

3. Perpipaan 2.267.382,87 6.657.600.708,60

4. Instrumentasi 1.484.105,15 3.238.832.777,16

5. Isolasi 123.675,43 899.675.771,43

6. Listrik 288.576,00 539.805.462,86

7. Bangunan - 17.618.801.669,42

8. Tanah dan perbaikan - 113.760.000.000,00

9. Utilitas 1.185.454,02 -

Physical Plant Cost (PPC) 12.439.918,10 145.953.549.166,63 10. Teknik dan konstruksi

(30%PPC) 3.731.975,43 43.786.064.749,99

Direct Plant Cost (DPC) 16.171.893,53 189.739.613.916,61 11. Biaya kontraktor

(20%DPC) 3.234.378,71 37.947.922.783,32

12. Biaya tak terduga

(25% DPC) 4.042.973,38 47.434.903.479,15

FCI 23.449.245,61 275.122.440.179,09

Berdasarkan tabel 6.5, maka estimasi modal tetap sebesar $ 23.449.245,61 dan Rp 275.122.440.179,09 atau jumlah dalam kurs nilai tukar rupiah sebesar Rp 609.180.393.162,82

6.3.2 Penanaman Modal Kerja (Working Capital Investment)

Modal kerja (WCI) merupakan besarnya biaya yang dibutuhkan ketika pabrik beroperasi. Estimasi modal kerja perusahaan ini dituliskan pada Tabel 6.6.

(10)

129

Tabel 6. 6 Modal Kerja (Working Capital Investment)

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Persediaan bahan baku 1.885.208

2. Persediaan dan proses 7.969

5.434.933,36

3. Persediaan produk 2.656.198

7.246.577.815,97

4. Extended credit 5.724.132

5. Available cash 2.656.198 7.246.577.815,97

Working Capital Investment 12.929.704,63 14.498.590.565,30 Berdasarkan tabel di atas, maka estimasi Working Capital Investment (WCI) sebesar US $ 12.929.704,63 dan Rp 14.498.590.565,30 atau jumlah dalam kurs nilai tukar rupiah sebesar Rp 211.224.046.477,54 Estimasi penanaman modal tetap dan penanaman modal kerja selanjutnya digunakan untuk menghitung penanaman modal total (TCI). Perhitungan modal total dapat dilihat pada Tabel 6.7.

Tabel 6. 7 Modal Total

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Modal Tetap (FCI) 23.449.245,61 275.122.440.179,09 2. Modal Kerja (WCI) 12.929.704,63 14.498.590.565,30 Total 36.378.950,24 289.621.030.744,39

Berdasarkan tabel 6.7, maka estimasi modal total sebesar $ 36.378.950,24 dan Rp 289.621.030.7445,39 atau jumlah dalam kurs nilai tukar rupiah sebesar

Rp 843.126.758.638,05

6.4 Estimasi Biaya Total Produksi (Total Production Cost) 6.4.1 Biaya Total Manufacturing

Biaya total manufacturing atau total manufacturing cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang terdiri dari biaya langsung dan biaya tetap yang bersangkutan dengan produk.

(11)

130 1. Biaya Langsung (Direct Manufacturing Cost)

Biaya langsung merupakan pengeluaran yang berkaitan langsung dengan biaya pembuatan produk atau biaya dari faktor-faktor produki yang bergantung pada tingkat produksi. Estimasi biaya langsung ditunjukkan pada Tabel 6.8.

Tabel 6. 8 Biaya Langsung (Direct Manufacturing Cost)

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Bahan baku 22.694.828,42 -

2. Biaya tenaga kerja - 6.636.000.000,00

3. Biaya pengawasan langsung - 30.000.000,00

4. Maintenance and repair 2.344.924,56

27.512.244.017,91 5. Operating supplies 351.738,68 4.126.836.602,69

6. Paten dan royalti 686.895,88 -

7. Utilitas - 7.910.935.947,75

Direct Manufacturing Cost 26.078.385,55 46.216.016.568,35

2. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak bersangkutan langsung dalam pembuatan produk. Estimasi biaya tidak langsung terdapat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9 Biaya Tidak Langsung (Indirect Manufacturing Cost)

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Payroll overhead - 995.400.000,00

2. Biaya laboratorium - 663.600.000,00

3. Plant overhead - 3.318.000.000,00

4. Pengemasan dan pengiriman 2.747.583,53 -

Indirect Manufacturing Cost 2.747.583,53 4.977.000.000,00 3. Biaya Tetap (Fixed Manufacturing Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang berkaitan dengan modal tetap yang

(12)

131

biayanya tetap, tidak tergantung waktu maupun tingkat produksi. Estimasi biaya tetap ditunjukkan pada Tabel 6.10.

Tabel 6. 10 Biaya Tetap (Fixed Manufacturing Cost)

No Jenis Biaya USD IDR

1. Depresiasi 2.344.924,56 27.512.244.017,91

2. Local taxes 468.984,91 5.502.448.803,58

3. Insurance 234.492,46 2.751.224.401,79

Fixed Manufacturing Cost 3.048.401,93 35.765.917.223,28

Estimasi biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya tidak tetap selanjutnya digunakan untuk menghitung estimasi biaya manufacturing yang ditunjukkan pada Tabel 6.11.

Tabel 6. 11 Biaya Total Manufacturing

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Direct Manufacturing Cost 26.078.387,55 46.216.016.568,35 2. Indirect Manufacturing Cost 2.747.583,53 4.977.000.000,00 3. Fixed Manufacturing Cost 3.048.401,93 35.765.917.223,28 Biaya Total Manufacturing 31.874.373,00 86.958.933.791,63 Berdasarkan Tabel 6.11, maka diperoleh estimasi biaya total manufacturing sebesar US $ 31.876.373,00 dan Rp 86.958.933.791,63. Estimasi total biaya manufacturing ini digunakan sebagai estimasi biaya produksi.

6.4.2 Biaya Pengeluaran Umum (General Expense)

Biaya pengeluaran umum merupakan biaya pengeluaran yang tidak berkaitan dengan produksi, tetapi berhubungan dengan operasional perusahaan secara umum.

Estimasi biaya pengeluaran umum ditunjukkan pada Tabel 6.12.

(13)

132

Tabel 6. 12 Biaya Pengeluaran Umum (General Expense)

No Jenis Biaya USD IDR

1. Administrasi - 4.330.000.000,00

2. Distribusi dan penjualan 8.242.750,58 -

3. Research and development 2.747.583,53 -

4. Kredit bank - 5.792.420.614,89

Biaya Pengeluaran Umum 10.990.334,10 10.122.420.614,89 Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh total biaya produksi yang ditunjukkan pada Tabel 6.13.

Tabel 6. 13 Total Biaya Produksi

No. Jenis Biaya USD IDR

1. Biaya manufacturing 31.874.373,00 86.958.933.791,63 2. Biaya pengeluaran umum 10.990.334,10 10.122.420.614,89 Total Biaya Produksi 42.864.707,10 97.081.354.406,52 Berdasarkan Tabel 6.13, maka diperoleh estimasi total biaya produksi sebesar US 42.864.707,10 dan Rp 97.081.354.406,52 atau jumlah dalam kurs nilai tukar rupiah sebesar Rp 707.731.971.777,42

6.5 Analisis Profitabilitas 6.5.1 Estimasi Laba Tahunan

Laba atau keuntungan merupakan selisih antara total penjualan produk dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Keuntungan sebelum pajak dapat diketahui dengan perhitungan di bawah ini:

Keuntungan sebelum pajak = Total penjualan produk – Total biaya produksi

= Rp 978.551.872.524,18 – Rp 707.731.971.777,42

= Rp 270.819.900.751,76

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2020, perusahaan

(14)

133

dikenai wajib pajak sebesar 20%. Maka, keuntungan yang diperoleh setelah dipotong wajib pajak adalah sebagai berikut:

Wajib pajak = 20% dari keuntungan sebelum pajak = Rp 54.168.980.150,35

Keuntungan setelah pajak = Rp 270.819.900.751,76 – Rp 54.168.980.150,35

= Rp 216.655.920.601,41

6.5.2 Kriteria Profitabilitas Non-discounted

Metode non-discounted profitability criteria merupakan metode yang tidak memperhitungkan nilai uang terhadap waktu. Diagram arus kas metode kriteria profitabilitas non-discounted dapat dilihat pada Gambar 6.2.

(15)

134

Gambar 6. 2 Diagram Arus Kas Non-discounted

(16)

135 1. Payback Period (PBP)

PBP adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan modal tetap berdasarkan perhitungan arus kas non-discounted. Berdasarkan Gambar 6.2, maka diperoleh PBP pada pabrik ini selama 1,81 tahun.

2. Cumulative Cash Position (CCP)

CCP merupakan nilai proyek pada akhir masa pakainya. Berdasarkan perhitungan arus kas non-discounted diperoleh nilai pada akhir masa proyek ini sebesar Rp 2.765.650.513.735,71

3. Cumulative Cash Ratio (CCR)

CCR merupakan suatu ukuran perbandingan antara CCP terhadap uang yang diinvestasikan. Nilai CCR dihitung menggunakan persamaan 6.2 (Turton et al., 2018).

CCR = Jumlah seluruh arus kas positif

Jumlah seluruh arus kas negatif (6.2)

Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh nilai CCR sebesar 3,96. Nilai CCR pabrik ini lebih dari 1, maka pabrik layak untuk didirikan dan akan mendapatkan keuntungan.

4. Rate of Return on Investment (ROROI)

ROROI merupakan tingkat pengembalian modal yang dihitung berdasarkan nilai laba bersih dibagi dengan nilai biaya modal tetap. Nilai tingkat pengembalian modal didapat sebesar 58,78%.

6.5.3 Kriteria Profitabilitas Discounted

Metode discounted profitability criteria merupakan metode yang memperhitungkan nilai uang terhadap waktu (discounted). Diagram arus kas dari metode kriteria profitabilitas discounted dapat dilihat pada Gambar 6.3.

(17)

136

Gambar 6. 3 Diagram Arus Kas Discounted

(18)

137 1. Discounted Payback Period (DPBP)

DPBP adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan modal tetap berdasarkan perhitungan arus kas discounted. Berdasarkan Gambar 6.3, diperoleh DPBP pabrik selama 1,14 tahun. Proyek dengan periode pengembalian pendek yang paling diinginkan.

2. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang dengan suku bunga pada masa kini. NPV suatu proyek sangat dipengaruhi oleh tingkat investasi modal tetap. Perhitungan nilai NPV dapat menunjukkan keputusan investasi dengan nilai yang disimpulkan adalah:

- NPV > 0, maka investasi memberikan manfaat bagi perusahaan - NPV < 0, maka investasi mengakibatkan kerugian bagi perusahaan - NPV = 0, maka investasi tidak mengakibatkan untung maupun rugi

Berdasarkan perhitungan arus kas discounted, dengan suku bunga Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 8,00% (www.ojk.go.id) maka dapat diperkirakan NPV pabrik sebesar Rp 1.228.339.112.519,62

3. Present Value Ratio (PVR)

PVR adalah perbandingan antara CCP dengan uang yang diinvestasikan.

Nilai PVR dihitung menggunakan persamaan 6.3.

PVR = Jumlah seluruh arus kas positif

Jumlah seluruh arus kas negatif (6.3)

Berdasarkan persamaan di atas, maka diperoleh nilai PVR sebesar 2,84.

Karena nilai PVR pabrik ini lebih dari 1, maka pabrik layak didirikan dan akan mendapatkan keuntungan.

4. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFROR)

DCFROR adalah suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan pada masa yang akan datang dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal, atau saat NPV = 0. Dengan menggunakan perhitungan trial and error, maka diperoleh nilai DCFROR pabrik ini sebesar 28,54%.

(19)

138 5. Kesimpulan Kriteria Profitabilitas

Berdasarkan analisis profitabilitas yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan yang disajikan pada Tabel 6.14.

Tabel 6. 14 Analisis Kelayakan

No. Keterangan Perhitungan Batasan

Kriteria Profitabilitas Non-discounted 1.

2.

3.

4.

Payback Period (PBP)

CCP CCR ROROI

1,81 tahun Rp 2.765.650.513.735

3,96 58,78%.

Maksimal 5 tahun Bernilai positif Lebih dari 1 (>1)

Minimal 8,00%

Kriteria Profitabilitas Discounted 1.

2.

3.

4.

DPBP NPV PVR DCFROR

1,14 tahun Rp 1.228.339.112.520

2,84 28,54%.

Maksimal 5 tahun Bernilai positif Lebih dari 1 (>1)

Minimal 8,00%

Berdasarkan analisis ekonomi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa pendirian pabrik vinil asetat dengan kapasitas 80.000 ton/tahun layak untuk direalisasikan pendiriannya.

6.6 Evaluasi Risiko dalam Perhitungan Profitabilitas 6.6.1 Break Event Point (BEP)

Break event point (BEP) adalah titik impas, suatu keadaan dimana besarnya kapasitas produksi dapat menutupi biaya keseluruhan. Besarnya BEP yang lazim untuk pabrik adalah 40-60%.

(20)

139 BEP = Fa + 0,3 Ra

Sa - Va - 0,7 Ra ×100% (6.4)

Keterangan:

Fa : Biaya tetap Sa : Total penjualan Va : Biaya bervariasi Ra : Biaya yang diatur

Nilai Fa, Va, dan Ra dapat dilihat pada Tabel 6.15, Tabel 6.16, dan Tabel 6.17.

Tabel 6. 15 Fixed Manufacturing Cost (Fa)

No Jenis Biaya USD IDR

1. Depresiasi 2.344.924,56 27.512.244.017,91

2. Pajak dan asuransi 468.984,91 5.502.448.803,58

3. Sewa tanah 234.492,46 2.751.224.401,79

Fa 3.048.401,93 35.765.917.223,28 Rp 82.147.352.580,87

Tabel 6. 16 Variable Cost (Va)

No Jenis Biaya USD IDR

1. Persediaan bahan baku 22.694.828,42 -

2. Utilitas - 7.910.935.947,75

3. Shipping and distributing 2.747.583,53 -

4. Paten dan royalti 686.895,88 -

Va 26.129.307,83 7.910.935.947,75

Rp 405.468.354.511,61

(21)

140

Tabel 6. 17 Regulated Cost (Ra)

No Jenis Biaya USD IDR

1. Biaya tenaga kerja - 6.636.000.000,00

2. Operating supplies 351.738,68 4.126.836.602,69

3. Biaya supervisi - 30.000.000,00

4. Plant overhead - 3.318.000.000,00

5. Laboratorium - 663.600.000,00

6. General expense 10.990.334,10 10.122.420.614,89 7. Maintenance and repair 2.344.924,56 27.512.244.017,91 Ra 13.686.997,35 53.404.501.235,48 Rp 261.652.165.861,16

Berdasarkan data-data tersebut, dengan menggunakan persamaan 6.4, diperoleh nilai BEP pabrik ini adalah 41,20% yang artinya pada saat pabrik memproduksi atau menjual 41,20% kapasitas perancangan atau 32.958,58 ton/tahun, maka pabrik tidak mengalami laba atau rugi. Nilai tersebut berada dinilai lazim untuk pabrik yaitu 40-60%, sehingga pabrik layak didirikan.

6.6.2 Shut Down Point (SDP)

Shut down point (SDP) adalah suatu titik dimana pabrik mengalami kerugian sebesar biaya tetap yang menyebabkan pabrik harus ditutup.

SDP = 0,3 Ra

Sa - Va - 0,7 Ra ×100% (6.5)

Berdasarkan persamaan 6.5, maka diperoleh nilai SDP untuk pabrik ini adalah sebesar 20,13%, yang artinya apabila pabrik memproduksi vinil asetat sebesar 20,13% dari kapasitas perancangan atau 16.104,69 ton/tahun, maka pabrik akan mengalami kerugian sehingga pabrik harus mampu memproduksi atau menjual di atas 17.204,93 ton/tahun. Kurva evaluasi risiko dalam perhitungan profitabilitas selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6.4.

(22)

141

Gambar 6. 4 Kurva Evaluasi Risiko Ekonomi

(23)

142 6.7 Estimasi Ketidakpastian

Estimasi ketidakpastian digunakan untuk mengetahui batasan pabrik memperoleh keuntungan atau kerugian yang berkaitan mengenai harga yang tidak dapat ditetapkan secara pasti akibat ekonomi negara yang tidak stabil. Estimasi ketidakpastian dihitung berdasarkan kriteria profitabilitas discounted meliputi ketidakpastian modal tetap, ketidakpastian harga produk, ketidakpastian harga bahan baku, dan ketidakpastian laju bunga.

6.7.1 Ketidakpastian Modal Tetap (FCI)

Penanaman modal tetap dapat mengalami perubahan jika terjadi sesuatu yang tidak dapat diprediksi saat proses pembangunan pabrik. Penanaman modal tetap akan naik atau turun seiring dengan kondisi perekonomian suatu negara. Hasil analisis ekonomi terhadap ketidakpastian modal tetap ditunjukkan pada Tabel 6.18.

Tabel 6. 18 Estimasi Ketidakpastian Modal Tetap (FCI)

%

Perubahan FCI (IDR) NPV (IDR) PVR DPBP (tahun)

DCFROR (%)

Untung/

Rugi -10% 548.262.353.847 1.276.064.425.580 3,06 0,91 30,35% Untung

0% 609.180.393.163 1.228.339.112.520 2,84 1,14 28,54% Untung 10% 670.098.432.479 1.180.613.799.459 2,65 1,37 26,90% Untung 50% 913.770.589.744 989.712.547.216 2,10 2,26 21,60% Untung

280% 2.314.885.494.019 0,00 1,0 4,98 7,14% Impas

300% 2.436.721.572.651 - 203.420.279.299 0,96 7,35 6,44% Rugi

Berdasarkan Tabel 6.18, modal tetap yang turun akan menyebabkan nilai NPV, PVR dan DCFROR semakin besar atau modal tetap akan semakin cepat kembali dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini berbanding terbalik apabila modal tetap semakin naik, modal tetap yang naik akan mengakibatkan waktu pengembalian modal tetap semakin lama dan keuntungan pabrik menurun.

Pabrik vinil asetat ini akan mengalami kerugian apabila modal tetap meningkat lebih dari 280%. Hal tersebut terlihat dari nilai PVR kurang dari 1 dan nilai NPV yang negatif.

(24)

143 6.7.2 Ketidakpastian Harga Produk

Harga produk sangat dipengaruhi oleh kualitas produk serta jumlah permintaan pasar. Harga produk di suatu negara tertentu jika dibandingkan negara lain akan berbeda berdasarkan kedua faktor diatas. Hasil analisis ekonomi terhadap ketidakpastian harga produk ditunjukkan pada Tabel 6.19.

Tabel 6. 19 Estimasi Ketidakpastian Harga Produk

% Perubahan

Harga Produk

(IDR) NPV (IDR) PVR DPBP

(tahun)

DCFROR (%)

Profit/

Rugi -32% -665.415.273.316 - 212.793.994.251 0,86 8,00 3,48% Rugi

-30% 684.986.310.767 0,00 1,0 5,09 5,45% Impas

0% 978.551.872.524 1.228.339.112.519 2,84 1,14 28,54% Untung 5% 1.027.479.466.150 1.453.516.160.452 3,15 0,89 31,69% Untung 10% 1.076.407.059.776 1.678.693.208.385 3,46 0,69 34,70% Untung

Berdasarkan Tabel 6.19, nilai produk yang naik akan menyebabkan NPV, PVR, dan DCFROR semakin besar yang berarti modal tetap akan semakin cepat kembali dan pabrik mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini berbanding terbalik apabila nilai produk turun yang menyebabkan waktu pengembalian modal lebih lama bahkan melebihi umur proyek atau pabrik akan mengalami kerugian dimana nilai PVR kurang dari satu dan nilai NPV yang negatif. Pabrik vinil asetat ini akan mengalami kerugian apabila harga produk turun lebih dari 27%.

6.7.3 Ketidakpastian Bahan Baku

Harga bahan baku sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta kebutuhan domestik suatu negara. Hasil analisis ekonomi terhadap ketidakpastian harga bahan baku ditunjukkan pada Tabel 6.20.

(25)

144

Tabel 6. 20 Estimasi Ketidakpastian Harga Bahan Baku

% Perubahan

Harga Bahan Baku

(IDR) NPV (IDR) PVR DPBP

(tahun)

DCFROR (%)

Profit/

Rugi -30% 7.651.474.609 2.168.752.507.289 4,16 0,36 41,07% Untung -10% 2.550.491.536 2.169.644.366.899 4,14 0,35 41,01% Untung 0% 25.504.915.363 1.228.339.112.519 2,84 1,14 28,54% Untung 5% 26.780.161.131 262.689.015.071,65 1,52 3,50 13,06% Untung

150% 63.762.288.408 0,00 1,0 5,06 6,73% Impas

200% 76.514.746.090 - 131.120.926.721 0,97 6,25 5,50% Rugi

Berdasarkan Tabel 6.20, harga bahan baku yang turun menyebabkan nilai NPV, PVR dan DCFROR semakin besar karena biaya produksi yang semakin kecil, sehingga keuntungan semakin besar. Hal ini berbanding terbalik apabila nilai bahan baku naik. Naiknya harga bahan baku akan menyebabkan biaya produksi naik sehingga keuntungan semakin kecil. Pabrik vinil asetat ini akan mengalami kerugian apabila harga bahan baku naik lebih dari 150% yang terlihat bahwa nilai PVR kurang dari 1dan nilai NPV yang negatif.

6.7.4 Ketidakpastian Suku Bunga (Interest Rate)

Suku bunga (interest rate) dapat berubah seiring dengan kondisi perekonomian suatu negara. Penentuan suku bunga di dalam negeri harus memperhitungkan suku bunga di luar negeri dan perkiraan laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Hasil analisis ekonomi terhadap ketidakpastian laju bunga (interest rate) ditunjukkan pada Tabel 6.21.

Tabel 6. 21 Estimasi Ketidakpastian Suku Bunga (Interest Rate)

% Perubahan

Suku Bunga

NPV

(Rp) PVR DPBP

(tahun)

Profit/

Rugi

-10% 7,20% 1.334.231.287.462 2,97 1,10 Untung

0% 8,00% 1.228.339.112.519 2,84 1,14 Untung

50% 12,00% 800.801.119.301 2,33 1,34 Untung

250% 28,00% 13.183.737.906 1,23 2,50 Untung

300% 32,00% 0,00 1,0 2,89 Impas

350% 36,00% - 136.915.502.988 0,96 3,31 Rugi

(26)

145

Berdasarkan Tabel 6.21, laju bunga yang turun menyebabkan nilai NPV dan PVR semakin besar sehingga modal tetap akan semakin cepat kembali dan pabrik mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini berbanding terbalik apabila laju bunga naik. Laju bunga yang naik menyebabkan pengembalian modal tetap semakin lama dan keuntungan pabrik menurun. Nilai DCFROR tidak dipengaruhi naik turunnya laju bunga karena nilai DCFROR merupakan laju bunga saat NPV=0.

Pabrik vinil asetat ini akan mengalami kerugian ketika laju bunga naik lebih dari 300%.

Referensi

Dokumen terkait

Toynbee, terdapat 3 aspek penyebaran budaya yaitu; (1) Kekuatan untuk menembus suatu kebudayaan berbanding terbalik dengan nilainya, misalnya masuknya nilai-nilai religius

 Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika nilai investasi deposito mudharabah turun sebelum usaha dimulai

berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila.. harga turun jumlah barang

oleh karena itu, selama pengembalian per unit melebihi biaya yang dikenakan sumber daya yang digunakan, lebih banyak sumber daya harus dialokasikan ke aktivitas untuk

Salah satu cara yang paling umum dalam menganalisa keuntungan dari suatu pabrik adalah percent return in investment yaitu laju keuntungan tiap tahun yang dapat mengembalikan

Direct Manufacturing Cost (DMC) merupakan besarnya biaya yang dibutuhkan ketika pabrik beroperasi dan biaya tersebut berkaitan langsung dengan bagian produksi.. •

Apabila suatu proyek dibiayai dengan menggunakan modal sendiri, maka nilai cost of capital merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan dari suatu

Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebih menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah yang disebabkan rendahnya perputaran