• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABw2 TINJAUANwPUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BABw2 TINJAUANwPUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Berdasarkan tabel di atas, teori yang disampaikan Hadimuljono (2005) berkaitan dengan metode struktural dan non struktural karena penelitian ini menggunakan kedua metode tersebut yang dipadukan dengan adaptasi bencana banjir. Oleh karena itu, sistem pengendalian bencana banjir dilakukan melalui cara struktural dan non struktural atau melalui pengendalian jumlah limpasan air hujan serta perbaikan drainase sungai dan jaringan drainase di daerah bencana banjir. Sistem pengendalian banjir dengan metode struktural merupakan sistem pengendalian banjir yang menggunakan bangunan pengendali untuk mencegah terjadinya bencana banjir.

Tingsanchali (2012) berpendapat bahwa salah satu cara pengendalian bencana banjir adalah melalui cara struktural dan non struktural. Berdasarkan teori metode pengendalian bencana banjir yang dikemukakan oleh berbagai ahli, maka hasil kajian teori mengenai metode pengendalian bencana banjir adalah sebagai berikut. Teori mengenai penggunaan lahan pada daerah bencana banjir dan sistem sungai pada daerah bencana banjir tidak digunakan dalam penelitian ini karena fokus penelitian ini lebih pada kualitas lingkungan pemukiman.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh kelima ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode pengendalian bencana banjir yang dilakukan pada daerah rawan banjir adalah dengan menggunakan metode pengendalian banjir yang meliputi metode struktural dan non struktural. Ketinggian banjir adalah ketinggian air banjir pada suatu wilayah yang mempunyai rentang ketinggian yang berbeda-beda. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dalam Julimawati (2014), kualitas lingkungan pemukiman berkaitan dengan banjir, jika lingkungan perumahan mempunyai kualitas lingkungan yang buruk maka akan menimbulkan bencana banjir, dan jika suatu kawasan pemukiman sering mengalami bencana banjir, apakah dianggap pemukiman yang buruk.

Sedangkan teori yang dikemukakan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dalam Julimawati (2014) tidak ada korelasinya dengan kualitas lingkungan pemukiman karena banyaknya kejadian bencana banjir akan didasarkan pada analisis tipologi wilayah berdasarkan banjir. intensitas.

Tabel 2. 2XKajian Teori MetodexPengendalianxBencanaxBanjir *)
Tabel 2. 2XKajian Teori MetodexPengendalianxBencanaxBanjir *)

Kualitas Lingkungan Non Fisik

Apabila suatu permukiman mempunyai kondisi fisik dan sosial yang baik, maka permukiman tersebut dianggap sebagai permukiman yang baik. Senada dengan Yulielawati, Efendi (2009) berpendapat bahwa tindakan atau kegiatan masyarakat yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana adalah sebagai berikut. Menurut Mistra (2007), tindakan atau kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat setelah terjadi bencana banjir adalah sebagai berikut.

Daryono (2010) menyatakan bahwa karakteristik masyarakat berkaitan dengan bencana banjir, apabila terjadi bencana banjir maka masyarakat berperan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir melalui persiapan dini dan pengetahuan yang memadai, dan keberhasilan dalam penanganan, evakuasi dan pengungsian tergantung pada kemampuan dan ketersediaan peralatan masyarakat dan masing-masing individu. Dengan adanya berbagai teori tentang ciri-ciri sosial masyarakat yang dikemukakan oleh berbagai ahli, maka hasil kajian teori mengenai ciri-ciri sosial masyarakat adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel di atas, teori yang dikemukakan Widyaningrum (1999) dalam Pambudi (2011) berkaitan dengan parameter karakteristik masyarakat yang digunakan antara lain jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan.

Selain itu Notoatmodjo (2002) mengemukakan teori terkait dengan karakteristik sosial masyarakat yang digunakan yaitu aktivitas komunitas. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Yulaelawati (2008), Efendi (2009) dan Misra (2007) mengenai ciri-ciri sosial meliputi tindakan dan keterampilan &. Sedangkan teori yang disampaikan Daryono (2010) berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan kemampuan serta ketersediaan peralatan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri sosial masyarakat berkaitan dengan kondisi sosial suatu daerah. Dengan teori-teori di atas yang dikemukakan oleh berbagai ahli, maka hasil kajian teori strategi adaptasi masyarakat adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel diatas diketahui pendapat Sunil dalam Haryono (2011) yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Sedangkan teori yang dikemukakan Bennet dan Pandey dalam Satria dan Helmi (2012) terkait dengan variabel tindakan dan interaksi masyarakat. Teori yang dikemukakan oleh Johnsson dkk (2004) terkait dengan variabel alasan masyarakat tinggal di daerah rawan banjir. Berdasarkan ketiga teori yang disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir adalah adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir yang terjadi di lingkungannya dengan tujuan untuk meminimalisir kerugian baik dampak sosial maupun ekonomi, sehingga masyarakat dapat bertahan hidup. dan mengatasi banjir yang terjadi.

Tabel 2. 5 Kajian Teori Karakteristik Sosial Masyarakat *)
Tabel 2. 5 Kajian Teori Karakteristik Sosial Masyarakat *)

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Gesit Yoga Ambarsakti (2013), Wahyu Tirto Prasetyo dkk (2013) Aris Kurniadi (2014), Hanifa Noor Awanda (2017) dan Margareth Mayasari terkait variabel kualitas fisik lingkungan pada permukiman antara lain kepadatan permukiman, tata letak bangunan, tempat pembuangan sampah, serta saluran air hujan dan saluran pembuangan limbah. TIDAK. Nama dan Tahun Publikasi Judul dan Tujuan Indikator dan Variabel Hasil Penelitian Teknik analisis yang digunakan 1. Gesit Yoga Ambarasakti, 2013 Judul: Analisis kualitas lingkungan perumahan dengan menggunakan aplikasi citra penginderaan jauh. Tujuan: 1. Untuk mengetahui gambaran keadaan kualitas lingkungan perumahan pada tahun 2006-2010. 2. Untuk mengetahui sebaran dan pola spasial kualitas lingkungan perumahan di kawasan Sewon dan menganalisis pola sebaran kualitas tersebut. dari lingkungan perumahan. 1. Kualitas lingkungan pemukiman a) Kepadatan pemukiman b) Pola bangunan c) Lebar jalan masuk d) Kondisi jalan masuk e) Pohon pelindung Bila menggunakan metode titik dan overlay yang dilakukan dengan menggunakan 5 (lima) parameter per kualitas lingkungan perumahan. 1. Permukiman di Kecamatan Sewon sebagian besar mempunyai kualitas sedang. 2. Arah perkembangan kualitas lingkungan permukiman sebagian besar mengarah ke utara.

Judul dan Tujuan Indikator dan Variabel Hasil Penelitian Teknik analisis yang digunakan Tujuan : Untuk mengetahui kualitas permukiman di Kecamatan Serengan Kota Surakarta. . c) Pohon pelindung. d) Lebar jalan. e) Kondisi jalan raya. f) Lokasi tempat tinggal. g) Banjir h) Kualitas air minum i) Kebersihan j) Tempat pembuangan sampah k) Saluran air hujan dan limbah.. kualitas lingkungan permukiman Klasifikasi rata-rata. 2. Permukiman yang mempunyai kualitas lingkungan baik terdapat di Kecamatan Kemlayan, Jayengan, Kratonan dan sebagian lainnya terdapat di Kecamatan Tipe, Serengan dan Danukusuman. Judul : Analisis Kualitas Lingkungan Perumahan di Kabupaten Kotagede Yogyakarta dengan Menggunakan Quickbird Imagery Tujuan : 1. Mengetahui tingkat kualitas lingkungan perumahan di Kecamatan Kotagede Yogyakarta berdasarkan parameter 1. Kualitas Lingkungan Perumahan a) Kepadatan perumahan b) Luas bangunan c) Lebar jalan d) Kondisi pemukiman penduduk e) Pintu masuk pemukiman f) Pepohonan yang melindungi jalan g) Lokasi pemukiman h) Kualitas atap Penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif. 1. Perumahan berkualitas baik mempunyai persentase sebesar 10,28%, perumahan berkualitas rata-rata sebesar 19,72%, dan perumahan berkualitas buruk sebesar 46,32%. 2. Kualitas lingkungan pemukiman di suatu wilayah Variabel kualitas lingkungan perumahan: kepadatan pemukiman dan tata letak bangunan.

32 Tidak. Nama dan Tahun Publikasi Judul dan Tujuan Indikator dan Variabel Hasil Penelitian Teknik Analisis yang digunakan... determinan diinterpretasikan berdasarkan gambar quickbird 2. Pengetahuan sebaran kondisi kualitas lingkungan perumahan di wilayah Kotagede Yogyakarta. Bangunan di Kotagede Yogyakarta didominasi oleh permukiman berkualitas buruk seluas 138.521 Ha. Tujuan: Untuk mengetahui sebaran kualitas lingkungan fisik permukiman di Kecamatan Pakualaman dan mengetahui faktor dominan yang paling mempengaruhi kualitas lingkungan fisik permukiman di Kecamatan Pakualaman. . 1. Kualitas lingkungan perumahan a) Kepadatan bangunan tempat tinggal. b) Pola permukiman. c) Pohon pelindung. d) Lebar jalan masuk. e) Kondisi jalan masuk. f) Lokasi pemukiman. g) Sanitasi h) Banjir i) Ketersediaan air minum j) Saluran air hujan dan limbah k) Tempat pembuangan sampah Metode kuantitatif dan parameter tumpang tindih digunakan untuk mengetahui sebaran kualitas lingkungan fisik permukiman. Selain itu juga digunakan teknik pengambilan sampel yaitu target sampling, dimana penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu. . 1. Permukiman di Kecamatan Pakualaman sebagian besar mempunyai kualitas permukiman rata-rata yaitu 67,64%, permukiman kelas baik mempunyai luas 9,27% dan permukiman kualitas buruk mempunyai luas 13,25%. 2. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas lingkungan pemukiman di Kecamatan Pakualaman adalah banjir dan kepadatan bangunan.

Variabel kualitas lingkungan perumahan: kepadatan bangunan tempat tinggal, pola permukiman, saluran air hujan dan limbah, serta tempat pembuangan sampah. Judul dan Tujuan Teknik analisis indikator dan variabel hasil penelitian menggunakan penerapan tata ruang dan tata guna lahan. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas lingkungan perumahan, serta dampak kualitas lingkungan terhadap keluarga.

1. Kondisi Fisik Permukiman a) Bangunan rumah b) Fasilitas rumah c) Lingkungan rumah 2. Kondisi Lingkungan Permukiman a) Sumber air minum b) MCK c) TPA air limbah d) TPA sampah e) Jenis penerangan f ) Pencemaran air dan udara, tanah dan suara. g) Keberadaan pepohonan, h) Pagar dan gerbang rumah Menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, selain menggunakan analisis deskriptif kualitatif. . 1. Terdapat perbedaan kualitas permukiman bantaran sungai dan non bantaran sungai yang disebabkan oleh faktor rumah tangga. 2. Terdapat hubungan antara kualitas lingkungan hidup dengan pendapatan rumah tangga. 40 tidak. Nama dan Tahun Terbit Judul dan Tujuan Indikator dan Variabel Hasil Penelitian Teknik analisis yang digunakan. Berdasarkan tinjauan pustaka terkait manajemen pengendalian bencana banjir, intensitas bencana banjir, kualitas lingkungan permukiman yang meliputi kualitas lingkungan permukiman fisik dan non fisik, serta strategi adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir, diperoleh hasil sintesa tinjauan pustaka. adalah sebagai berikut.

Kualitas Lingkungan Permukiman Fisik 1) Kepadatan Permukiman 3. Menganalisis pengaruh faktor kualitas lingkungan permukiman terhadap banyaknya bencana banjir di Desa Sempaja Timur. Kualitas Lingkungan Permukiman Non Fisik (Ekonomi Masyarakat) 1) Jenis pekerjaan penduduk 2) Tingkat pendapatan penduduk *) Hasil sintesis literatur, 2020.

Gambar

Tabel 2. 1XKajian TeorixSistem Pengendalian Bencana Banjir *)
Tabel 2. 2XKajian Teori MetodexPengendalianxBencanaxBanjir *)
Tabel 2. 3 Kajian Teori Intensitas Banjir *)
Tabel 2. 5 Kajian Teori Karakteristik Sosial Masyarakat *)

Referensi

Dokumen terkait

Материалдар және әдістер Зерттеу барысында А.Көбесовтың еңбектерінде ұсынылған әл-Фарабидің тригонометриясы бойынша жұмыстары зерделенді, алгебра және информатика пәндерінен үлгілік