1. Bagian bagian AAS dan GC-MS AAS
• Lampu Katoda Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS.
• Tabung Gas Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
• Ducting Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS
• Kompresor berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
• Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
• Buangan pada AAS Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
• Monokromator Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode
• Detector
•Detector Cahaya atau Detector Foton
Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
•Detector Infra Merah dan Detector Panas
Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.
GCMS
• Gas Pembawa (Carrier Gas) Gas pembawa berfungsi untuk membawa uap sampel menuju kolom supaya dapat dipisahkan.
• Injektor Injektor merupakan tempt yang digunakan untuk memasukkan sampel ke dalam kromatografi gas.
• Kolom Kolom merupakan tempat di dalam kromatografi dimana didalamnya teriadi proses pemisahan karena adanya fase diam. Kolom ini juga bisanya dikatakan sebagai jantung dari kromatografi gas. Kolom kromatografi gas terbagi menjadi 3 jenis yaitu kolom kemas (packing column), kolom kapiler (capillary column), dan kolom preparatif (preliminary column.
• Ruang Pemanas (Roaster) Roaster merupakan komponen yang berfungsi sebagai pengatur temperatur dalam kromatografi gas.
• Detektor Detektor adalah bagian perangkat dari alat GC-MS yang letakya berada pada ujung kolom dimana bagian alat tersebut berfungsi sebagai tempat keluar fase gerak yang membawa komponen hasil pemisahan.
2. Preparasi sampel AAS, FTIR dan GC-MS
Aas: Prosedur penyiapan sampel khusus untuk sampel cairan padat dan kental melibatkan destruksi dengan asam pekat ; misalnya, HNO 3 , HCl, atau H 2 SO 4 . Setelah pengenceran larutan yang dicerna, sampel dapat langsung disuntikkan ke AAS nyala serta AAS tungku grafit.
FTIR : Pengguna cukup menempatkan sampel langsung ke sinar inframerah (IR). Saat sinar IR melewati sampel, energi yang ditransmisikan diukur dan spektrum dihasilkan. Namun, analis harus sering menyiapkan sampel menjadi pelet, mull, film, dll sebelum pengukuran transmisi dapat dilakukan .
GCMS : Sampel harus disiapkan dalam botol kaca 1,5 mL GC autosampler, dengan atau tanpa sisipan. Disarankan memuat minimal 50uL sampel untuk menjamin bahwa jarum akan mencapai dan mengambil sampel (injektor tidak memiliki sensor dasar vial)
3. Prinsip kerja AAS, FTIR dan GC-MS
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom – atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
prinsip kerja FTIR adalah untuk mengidentifikasi senyawa, mendeteksi gugus fungsi, dan menganalisis campuran dan sampel yang dianalisis.
Prinsip kerja GC-MS adalah sampel yang berupa cairan diinjeksikan ke dalam injektor kemudian diuapkan. Sampel yang berbentuk uap dibawa oleh gas pembawa menuju kolom untuk proses pemisahan. Setelah terpisah, masing- masing komponen akan melalui ruang pengion dan dibombardir oleh elektron sehingga terjadi ionisasi.
4. Faktor yang diperhatikan dalam menggunakan alat FTIR dan GC-MS
FTIR : Spektrofotometri FTIR didasarkan pada interaksi antara vibrasi atom2 yang berikatan atau gugus fungsi dalam molekul dengan mengadsorbsi radiasigelombang elektromagnetik IR. Absorpsi terhadap radiasi FTIR (inframerah) dapat menyebabkan eksitasi energivibrasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi dan besarnya absorpsi adalah terkuantitasi dan spesifik. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensI radiasielektromagnetik yang diserap sehingga bersifat spesifik terhadap atom-atom yang berikatan atau gugus fungsi tertentu. Proses absorpsi pada spektro FTIR hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun arah dari suatu ikatan.
GCMS : Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis kromatografi gas dan spektrometri massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan suhu injektor dan kolom.
5. Hasil data AAS, FTIR dan GC-MS
Aas : Jika hasil AAS (atau ICP atau ICP-MS) diberikan dalam mg/l hasil akhir Anda adalah mg/kg = ppm . Jika hasil AAS (atau ICP atau ICP-MS) diberikan dalam mikrog/l, hasil akhir Anda adalah mikrog/kg = ppb. (mg/Kg) = [Hasil AAS (mg/L) x Pengenceran Vol. (L)]/ Massa sampel (Kg) . Jadi dalam kasus Anda sendiri => Conc. = [0,192mg/L x 0,1L]/0,0005Kg = 38,4mg/Kg.
FTIR : Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) mengidentifikasi ikatan kimia dalam molekul dengan menghasilkan spektrum serapan inframerah . Spektra menghasilkan profil
sampel, sidik jari molekuler khusus yang dapat digunakan untuk menyaring dan memindai sampel untuk berbagai komponen.
gcms : Data yang dihasilkan dari analisis dengan menggunakan GC-MS akan ditampilkan salah satunya dalam bentuk gambar yang berisi puncak-puncak yang dikenal dengan kromatogram.
6. Perhitungan hasil data AAS
Jika hasil AAS (atau ICP atau ICP-MS) diberikan dalam mg/l hasil akhir Anda adalah mg/kg = ppm . Jika hasil AAS (atau ICP atau ICP-MS) diberikan dalam mikrog/l, hasil akhir Anda adalah mikrog/kg = ppb. (mg/Kg) = [Hasil AAS (mg/L) x Pengenceran Vol. (L)]/ Massa sampel (Kg) . Jadi dalam kasus Anda sendiri => Conc. = [0,192mg/L x 0,1L]/0,0005Kg = 38,4mg/Kg.
7. Minyak kayu putih yang berkualitas bagus dan dapat diedarkan Kadar sineol 50-65% kelarutan dalam alcohol 80%
8. Rumus kimia dan struktur kimia jenis-jenis polimer (polietena, polivinil klorida, polipropena, polimetil metakrilat)