• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahari 1 dengan menggunakan alat navigasi Echosounder pada kapal MV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Bahari 1 dengan menggunakan alat navigasi Echosounder pada kapal MV"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Ship Name : MV. Bahari-1 IMO Number : 8510398

Flag : Indonesia

Port Of Registry : Pontianak Call Sign : Y.E.D.H

Type : General Cargo

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di atas kapal MV. Bahari 1 dengan menggunakan alat navigasi Echosounder pada kapal MV. Bahari 1 dengan mengoperasikan Echosounder di atas kapal. Di bawah ini cara atau prosedur mengoperasikan Echosounder yang sesuai dengan ketentuan standar operasional yang di laksanakan di atas kapal MV. Bahari 1 dan untuk lebih lengkapnya data-data kapal maka saya lampirkan ship’s particular sebagai berikut :

Gambar 4.1 kapal Mv. Bahari 1 Sumber : Dokumentasi pribadi

SHIP’S PARTICULAR

(2)

Dalam penelitian ini saya lakukan di atas kapal selama saya melaksanakan praktek layar. Kapal ini beroprasi pada tahun 1999 dibuat di cina dan masih beroprasi hingga sekarang dengan membawa muatan jenis cargo seperti : pupuk,borax,semen,besi dan beton serta alat berat seperti forklift. Dengan memuat muatan di pelabuhan lalu di bongkar di pelabuhan tujuan. Kapal ini berlayar di wilayah area indonesia dengan rute : gresik, samarinda, berau, tarakan, bontang, banjarmasin, palembang, dumai dan cirebon. Kapal ini sandar pada pelabuhan umum dan pelabuhan khusu yang di sediakan pabrik ketika memuat muatan langsung dari pabrik. Untuk proses sandar dibantu oleh kapal asis dari pelabuhan dan dibantu dengan pengikatan tali kapal pada bolder pelabuhan sehingga kapal tidak hanyut atau bergeser. Di dalam kapal banyak alat-alat navigasi yang digunakan untuk menunjang kapal dalam berlayar, salah satunya seperti echosounder dan GPS sehingga dapan mempelajari untuk mengoperasikannya. Dalam hal ini taruna melakukan penelitian ketika praktek layar untuk melakukan penerapan alat navigasi yang sudah tersedia dan mengetahui bagaimana alat tersebut dapat bekerja dengan baik.

GT / NT : GT. 1323/675 NT Length Overall : 67.40 M

Width Overall : 11.50 M Draft Maximum

Owner

: 5.80 M

: PT Titony Rezeky Niaga Makmur

(3)

B. PENYAJIAN DATA

1. Hasil Observasi a. Objek Penelitian

Objek yang di teliti penulis Merupakan Echosounder yang berada di kapal MV. Bahari 1 dengan model furuno Fcv-620, seperti pada Gambar 4.2 dibawah ini :

Gambar 4.2 Echosounder Furuno Fcv-620.

Sumber: dokumentasi pribadi

Spesifikasi yang dimiliki echosounder furuno Fcv-620 dapat dilahat pada tabel 4.1 spesifikasi echoosunder furuno Fcv-620 dibawah ini:

Tabel 4.1 Spesifikasi Echosounder Furuno Fcv-620.

Display 5.6” Color LCD

Display Mode Single ( HF – LF ), Dual, Zoom, Nav data-1/2, A scope, Marker Zoom, Bottom Zoom, Bottom Lock

Channel Dual

Frequency 50 – 200 kHz

(4)

Power 600 W

Power Supply 12 – 24 VDC

b. Cara menghidupkan Echosounder Furuno Fcv-620.

1) Periksa bagian bagian utama Echosounder

2) Periksa bagian kabel- kabel listrik yang sudah tersambung dengan baik, lalu tekan tombol saklar listrik ke posisi ON, selanjutnya tekan tombol POWER DC IC regulated power supply keposisi ON.

3) Tekan tombol POWER sampai terdengar suara bunyi BEEP sebanyak 2 kali.

4) Echosounder siap digunakan.

5) Atur tingkat kecerahan tampilan monitor dengan cara menekan tombol BRIGHT

6) Putar GAIN CONTROL, gunakan : LOWER untuk dipergunakan pada perairan dangkal, HIGH untuk dipergunakan di perairan dalam.

7) Atur skala jarak kedalaman perairan, dengan menekan tombol BASIC RANGE.

8) Tekan tombol PICTURE FEED untuk mengatur kecepatan pergerakan layar monitor.

9) Tekan tombol MENU untuk melihat dan mengatur hal-hal lain.

10) Tekan tombol STC untuk melihat sensitivitas GEMA.

(5)

c. Cara Mematikan Echosounder Furuno Fcv-620.

1) Normalkan “VARIABLE RANGE MARKER” ke posisi nol dengan menekan tombol cara menekan tombol “VARIABLE RANGE MARKER” lanjutkan dengan menekan tombol ▲ .

2) Tekan tombol “POWER” ke posisi “OFF”.

3) Tekan tombol “POWER DC” Power Supply ke posisi “OFF”.

4) Tekan tombol saklar arus listrik ke posisi “OFF”.

d. Prosedur Pengoperasian Echosounder kapal Mv. Bahari 1

Prosedur cara dan penggunaan dalam pengoperasian alat navigasi echosounder di Mv. Bahari 1 dapat dilakukan, sehingga tidak merusak kegunaan dari alat navigasi tersebut. Berikut adalah basic operation tombol dan penjelasan yang ada pada Manual book echosounder. Dapat dilihat pada tabel 4.2 standar prosedur operasional di bawah ini :

Tabel 4.2 Standar Prosedur Operasional NO Standar Operasional Prosedur

sesuai dengan Manual Book

Standar Operasional Prosedur pada Kapal MV. Bahari 1

Sesuai/

Tidak

1

Prosedur Pengoperasian Echosounder langkah pertama periksa sambungan listrik pada echosounder.

Echosounder Pada kapal Periksa sambungan kabel listrik yang sudah tersambung pada echosounder

Sesuai

2

Tekan tombol ON pada echosounder sampai terdengar suara Beep 2 kali.

Pada kapal tekan tombol POWER sampai terdengar

Sesuai

(6)

bunyi suara Beep sebanyak 2 kali

3

Sesuaikan kecerahan dengan menggunakan tombol DISP/BRIGHT

Pada kapal dengan menekan tombol BRIGHT untuk mengatur kecerahan

Sesuai

4

Atur marker skala kedalaman perairan dengan menekan tombol RANGE

Di kapal di gunakan RANGE untuk mengatur skala kedalaman.

Sesuai

5

Tekan tombol FUNC untuk mengatur kecepatan layar.

Dikapal di gunakan tombol FUNC untuk mengatur kecepatan layar.

Sesuai

6

Tekan tombol STC untuk melihat sensitivitas Gema.

Pada kapal untuk melihat sensitivitas Gema di gunakan tombol STC.

Sesuai

7

Tekan tombol MENU untuk membuka tampilan lain.

Pada kapal tombol MENU di gunakan untuk Menampilkan tampilan lain.

Sesuai

8

untuk mematikan

echosounder tekan tombol BRILL sampai 3 detik untuk kekuatan mematikan tampilan pada menu

pada kapal saat mematikan echosounder langsung menekan

Sesuai

(7)

tombol POWER ke posisi OFF.

2. Cara kerja echosounder

Prinsip kerjanya yaitu pada transmitter terdapat transducer yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan, ketika suara ini mengenai objek misalnya karang suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap, dan di biaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini. Gema yang diterima akan di olah receiver, kemudian akan diperoleh keluaran (output). Dari pengolahan selang waktu antara pulsa yang di pancarkan dan pulsa diterima dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut.

a. Tampilan Gambar Echosounder Furuno Fcv-620

Dalam alat navigasi echosounder terdapat layar yang dapat menampilkan data kedalaman laut serta objek-objek yang ada di dasar laut.

Berikut gambar layar dan keterangan yang ada di layar echosounder, dapat dilihat di gambar 4.3 tampilan layar echosounder di bawah ini :

(8)

Gambar 4.3 Tampilan Layar Echosounder Sumber: www.nautiboutique.fr

Keterangan Gambar :

1) Warna Merah : Warna merah pada layar Echosounder menggambarkan struktur bentuk dasar perairan.

2) Warna Jingga : Warna jingga pada tampilan layar Echosounder menggambarkan struktur dasar laut terdapat karang.

3) Warna kuning : Warna kuning kuning pada tampilan layar Echosounder menggambarkan struktur dasar laut terdapat lumpur.

4) Warna putih : Warna putih pada tampilan layar Echosounder menggambarkan struktur dasar laut terdapat pasir.

3. Hasil wawancara

Dalam wawancara peneliti melakukan tanya jawab dengan perwira di atas kapal untuk mengetahui apakah alat-alat navigasi yang ada di atas kapal dapat mempermudah dan berperan penting dalam pelayaran. Dari yang peneliti amati hampir semua perwira dapat mengoperasikan atal-alat navigasi terutama echosounder.

(9)

Di samping itu peneliti juga melakukan wawancara dari beberapa perwira yang ada di atas kapal, dengan metode wawancara ini peneliti melakukan tanya jawab dengan perwira yang ada di kapal seperti : nahkoda, mualim 1 dan mualim 2 berikut inti percakapan Tanya jawab dengan crew kapal.

a. Wawancara terhadap nahkoda

Tabel 4.3 wawancara terhadap nahkoda

NO INFORMAN JAWABAN

1 CADET

Baagaimana peran echosounder dalam kegiatan berlayar di atas kapal ?

2 NAHKODA

Pada waktu berlayar alat navigasi berperan sangat penting , salah satunya yaitu alat navigasi echosounder dimana echosounder berperan sebagai alat navigasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman suatu perairan . echosounder dapat dimaksimalkan kegunaannya ketika suatu kapal memasuki perairan yang sempit seperti alur atau selat dan ketika suatu perairan sedang surut untuk mengantisipasi bahaya kapal kandas.

b. Wawancara Terhadap Mualim 1

Tabel 4.4 wawancara terhadap mualim 1

NO INFROMAN JAWABAN

1 CADET

Apakah ada kendala atau kesulitan dalam menggunakan echosounder ?

(10)

2 MUALIM 1

Untuk kesulitan menggunakan echosounder itu relative seperti alat navigasi pada umumnya, karena alat echosounder diciptakan untuk mempermudah pekerjaan dan mengantisipasi bahaya kapal kandas.

Walaupun begitu saat perwira dinas jaga tetap melakukan pengamatan serta meninjau kedalaman laut di peta agar mengetahui kondisi perairan yang di lewati. Dengan tujuan mengantisipasi dan mencegah kapal kandas dan echosounder eror.

c. Wawancara Terhadap Mualim 2

Tabel 4.5 wawancara terhadap mualim 2

NO INFROMAN JAWABAN

1 CADET

Hal yang diperoleh dengan adanya echosounder ?

2 MUALIM 2

Banyak kemudahan yang didapat saat menggunakan alat navigasi echosounder, perwira atau crew kapal bisa mengetahui kedalaman suatu perairan untuk mengantisipasi resiko yang mungkin terjadi . tetapi kita tidak dapat berpedoman penuh dengan alat navigasi salah satunya echosounder. Dimana ada masanya alat itu mengalami kerusakan atau eror sehingga melakukan pengamatan area pelayaran dan koreksi peta perlu dilakukan ,serta

berpedoman dengan buku pasang surut.

(11)

4. Data Dari Dokumentasi

a. Perbandingan penelitian di perairan dangkal dan perairan dalam 1) Penelitian di perairan dalam

a) Pada kegiatan penelitian pertama yang dilakukan pada tanggal 12 juli 2020 ,di area perairan dalam dengan kondisi cuaca cerah berawan dan keadaan laut beriak kecil atau tenang. penelitian dilakukan di wilayah perairan tarakan Kalimantan utara, tepatnya di laut Sulawesi.

Dengan titik koordinat latitude: 2° 46147" 𝑁 dan longitude:

118° 7372" 𝐸. Serta data yang ditampilkan pada echosounder seperti pada gambar 4.4 tampilan display echosounder.

Gambar 4.4 Tampilan display echosounder.

Sumber: dokumentasi pribadi.

Peneliti melakukan analisis pengolahan data tersebut dengan menggunakan teknik gema duga. Rumus untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema duga adalah sebagai berikut:

𝑑 = 1 × 𝑣 × 𝑡

2

(12)

Keterangan :

d : kedalaman laut v : kecepatan gelombang t : waktu

Diketahui kecepatan gelombang v = 1500 m/s dengan waktu t = 0,621 s . Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan teknik gema duga:

𝑑 = 1 × 𝑣 × 𝑡

2

𝑑 = 1 × 1500 𝑚/𝑠 × 0,621 𝑠

2

𝑑 = 1 × 931,5 𝑚

2

= 931,5 𝑚

2

= 465,75 𝑚

Jadi kedalamannya adalah 465,75 m

b) Pada kegiatan penelitian kedua yang dilakukan pada tanggal 21 juli 2020 ,di area perairan dalam dengan kondisi cuaca cerah berawan dan keadaan laut beriak banyak. penelitian dilakukan di wilayah perairan dekat dengan teluk bakong, tepatnya di selat makassar. Dengan titik koordinat latitude: 0° 38517" 𝑁 dan longitude: 118° 43439" 𝐸. Serta data yang ditampilkan pada echosounder seperti pada gambar 4.5 tampilan display echosounder.

(13)

Gambar 4.5 Tampilan display echosounder Sumber: dokumentasi pribadi

Peneliti melakukan analisis pengolahan data tersebut dengan menggunakan teknik gema duga. Diketahui kecepatan gelombang v = 1500 m/s dengan waktu t = 0,711 s . Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan teknik gema duga:

𝑑 = 1 × 1500 𝑚/𝑠 × 0,711 𝑠

2

𝑑 = 1 × 1.066,5 𝑚

2

= 1.066,5 𝑚

2

= 533,25 𝑚

Jadi kedalamannya adalah 533,25 m 2) Penelitian di perairan dangkal

a) Pada kegiatan penelitian kedua yang dilakukan pada tanggal 2 desember 2020 ,di area perairan dangkal dengan kondisi cuaca cerah dan keadaan laut tenang seperti kaca. penelitian dilakukan di wilayah

(14)

perairan selat panjang,tepatnya di kepulauan meranti provinsi riau.

Dengan titik koordinat latitude: 0° 46157" 𝑁 dan longitude:

102° 28206" 𝐸. Serta data yang ditampilkan pada echosounder seperti pada gambar 4.6 tampilan display echosounder.

Gambar 4.6 tampilan display echosounder Sumber: dokumentasi pribadi

Peneliti melakukan analisis pengolahan data tersebut dengan menggunakan teknik gema duga. Diketahui kecepatan gelombang v = 1500 m/s dengan waktu t = 0,049 s . Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan teknik gema duga:

𝑑 = 1 × 1500 𝑚/𝑠 × 0,049 𝑠

2

𝑑 = 1 × 73,5 𝑚

2

= 73,5 𝑚

2

= 36,75 𝑚

Jadi kedalamannya adalah 36,75 m

b) Pada kegiatan penelitian kedua yang dilakukan pada tanggal 4 desember 2020 ,di area perairan dangkal dengan kondisi cuaca cerah dan keadaan laut beriak kecil. penelitian dilakukan di wilayah perairan

(15)

selat bengkalis, tepatnya di kepulauan meranti provinsi riau. Dengan titik koordinat latitude: 1° 29918" 𝑁 dan longitude: 102° 0732" 𝐸.

Serta data yang ditampilkan pada echosounder seperti pada gambar 4.7 tampilan display echosounder.

Gambar 4.7 tampilan display echosounder Sumber: dokumentasi pribadi

Peneliti melakukan analisis pengolahan data tersebut dengan menggunakan teknik gema duga. Diketahui kecepatan gelombang v = 1500 m/s dengan waktu t = 0,0068 s . Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan teknik gema duga:

𝑑 = 1 × 1500 𝑚/𝑠 × 0,068 𝑠

2

𝑑 = 1 × 102 𝑚

2

= 102 𝑚

2

= 51 𝑚

Jadi kedalamannya adalah 51 m

C. PEMBAHASAN

Dalam penelitian yang peneliti lakukan di atas kapal sesuia dengan inti permasalahan yang dikaji dalam KIT ini , yaitu penggunaan echosounder dalam

(16)

bernavigasi di atas kapal diantaranya adalah dapat digunakan untuk menentukan kedalaman lautan atau sungai bahkan dapat juga digunakan untuk menentukan lokasi dari kawanan ikan dilautan. Cara ini jelas lebih mudah daripada kita harus menyelam ke dasar lautan untuk mengukur kedalamannya.

Echosounder memancarkan gelombang ultrasonik ke dasar laut dan bunyi pantul diterima oleh reciever (penerima) yang terpasang di kapal. Jika bunyi pantul memerlukan selang waktu lama untuk kembali ke kapal maka ini menunjukkan bahwa lautnya cukup dalam. Jika bunyi pantul kembali ke tempat semula dalam selang waktu cukup singkat maka dapat dipastikan lautan itu adalah lautan dangkal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem kerja echosounder seperti : kondisi kadar di suatu perairan, tekanan kedalaman dan suhu suatu perairan juga dapat menyebabkan terjadinya perlambatan proses penerimaan data, serta semakin dalam suatu perairan maka gambar yang dihasilkan akan tidak jelas dan data yang dihasilakan tidak sesuai.

Adapun penggunaan teknik untuk menganalisa sistem kerja echoosunder yaitu dengan mengggunakan teknik gema duga penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan pemantulan bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan echosounder yang dipasang di dasar kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata 1500 meter per detik sampai membentur dasar laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu yang diperlukan untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini dianggap

(17)

lebih praktis, cepat dan akurat, namun kita tidak dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.

Jadi misalnya sebuah kapal hendak mengukur kedalaman dari lautan yang diarunginya. Gelombang bunyi dpancarkan dari kapal tersebut, dan diterima kembali dalam waktu 2 detik. Seperti yang telah diketahui bahwa, gelombang bunyi mempunyai kecepatan rambat sebesar 1.500 m/s, maka dari informasi ini kita dapat menentukan kedalaman lautan dengan cara: Jarak yang ditempuh gelombang bunyi = kecepatan x waktu = 1.500 m/s x 2 s = 3000 meter gelombang bunyi menempuh jarak ke bawah menuju dasar laut dan kembali lagi ke kapal, jadi: Kedalaman laut = jarak tempuh gelombang bunyi / 2 = 3000 meter / 2 = 1500 meter.

Gambar 4.8 Pengukuran kedalaman laut dengan Teknik Gema Duga (Tim Geografi, Yudistiro, P. 98)

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

1. Pada perairan yang dangkal hasil pengolahan data yang dihasilkan echosounder lebih akurat dibandingkan di perairan dalam. Hasil pengukuran kedalaman echosounder sama dengan perhitungan teknik gema duga. Gambar yang dihasilkan echosounder pada perairan dangkal lebih jelas dibandingkan diperairan dalam.

2. Proses pengolahan data echosounder dengan cara transducer memancarkan gelombang kemudian gelombang memantul kembali dan di terima oleh receiver, selanjutnya diolah menjadi data pengukuran kedalaman. Dalam proses kerja echosounder dapat dipengaruhi oleh garam, suhu dan tekanan.

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan : 1. Perwira kapal

a. Sebaiknya tetap menggunakan buku pedoman pasang surut untuk mengetahui keadaan perairan.

b. Tetap melakukan koreksi dari data yang dihasilkan echosounder untuk meminimalisir terjadinya kesalahan echosounder.

2. Peneliti selanjutnya

a. Peneliti lain diharapkan menguji ketelitian hasil pengolahan data melalui metode perhitungan lainnya, sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada sebelumnya.

(19)

b. Metode penelitian perlu disempurnakan. Peneliti lain dapat menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan analisis perhitungan statistik parametric, agar didapat frekuensi maupun penyimpangan ketelitian hasil pengolahan data echosounder terhadap perairan dangkal maupun perairan dalam yang lebih objektif.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah kering, timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W4);.. Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan dalam