• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK

MENCEGAH BAHAYA KANDAS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

ARIFUDDIN NIT. 04.16.033.1.41 AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2020

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ARIFUDDIN

NIT : 04.16.033.1.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH

BAHAYA KANDAS

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya,………2020

ARIFUDDIN NIT. 04.16.033.1.41/N

(3)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR

PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH BAHAYA KANDAS

Nama Taruna : ARIFUDDIN NIT : 04.16.033.1.41/N

Jurusan : Nautika

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya,... 2020

Menyetujui:

Pembimbing I

Semuel D. Parenungan,S.H.,M.H.

Penata (III/b)

NIP. 197404261998081001

Pembimbing II

A.A.Ngurah Ade Dwi P . Y . S.Si.T, M.Pd Penata (III/c)

NIP. 198302262010121003

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Daviq wiranto, S.Si.T.,M.T.M.Mar Penata Muda Tk.I(III/d) NIP. 197901072002121002

(4)

iv

PENGESAHAN PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH BAHAYA KANDAS” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt. Heru Susanto, MM 2. Ketua Jurusan Nautika Bapak Daviq Wiranto S.Si.T.,M.T.M.Mar

3. Pembimbing I Bapak Semuel D. Parenungan,SH,MH.

4. Pembimbing II Bapak A.A.Ngurah Ade Dwi P . Y . S.Si.T, M.Pd

5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

6. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.

7. Serta rekan – rekan kelas Nautika B Diploma III yang telah membantu dalam proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

(6)

vi

Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan pengetahuan taruna – taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Surabaya, ……..………….. 2020 Penulis

ARIFUDDIN

(7)

vii

ABSTRAK

ARIFUDDIN, Pengoperasian dan pemanfaatan alat navigasi Echosounder di alur pelayaran sempituntuk mencegah bahaya candas. Dibimbing oleh Bapak Semuel Dumak Parerungan, SH.MH. dan Bapak Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yuda, S.Si.T.

Kita tahu masih banyaknya kasus kecelakaan kapal yang disebabkan kurang pengetahuan saat mengoperasikan alat navigasi Echosounder , pengertian

Echosounder itu sendiri adalah Suatu alat navigasi elektronik dengan

menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical. Dimana dengan mengetahui dan memahami echosounder kita akan berlayar dengan aman dan nyaman. Banyak sekali kurangnya pemahaman dalam pengoperasian alat navigasi Echosounder yang dapat menimbulkan kecelakaan ketika berlayar.

Penelitian ini dilaksanakan pada saat prakek laut (Prala) di atas kapal oleh penulis untuk memperoleh data primer melalui riset lapangan, maka penulis akan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi denganmelakukan pengamatanlangsung pada obyek yang diteliti dan wawancaradengan seluruh kruw kapal.

Kata kunci : Echosounder, Alur pelayaran sempit

(8)

viii

ABSTRACT

ARIFUDDIN, Operation and utilization of echosounder navigation tools in a narrow channel a ground danger. Guided by Mr. Semuel Dumak Parerungan, SH.MH. and Mr. Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yuda, S.Si.T.

We know there are still many cases of ship accidents caused by lack of knowledge when operating echosounder navigation equipment, echosounder sense itself is an electronic navigation tool using an echo system mounted on the bottom of the ship that serves to measure the depth of the waters, know the basic shape of a waters and to detect horde of fish at the bottom of the vessel vertically.

Where by knowing and understanding echosounder we will sail safely and comfortably. There is a great lack of understanding in the operation of echosounder navigation tools that can cause accidents while sailing.

This research was conducted at the time of marine Precek (Prala) on board by writer to get primary data through field research, hence writer will use observation technique, interview and documentation by conducting direct observation to object being studied and interview with entire crew ship.

Keyword : Echosounder, traffic saparation schemes

(9)

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN ... iii

PENGESAHAN PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN...iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Landasan Teori ... 4

Gambar 2.1Echosounder ... 4

Gambar 2.2 sistem kerja Echosounder ... 9

Gambar. 2.3 Peta Alur Pelayaran Tanjung Perak ... 15

a. Kerangka Berpikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Jenis dan Sumber Data ... 22

D. Pemilihan Informan ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

B. HASIL PENELITIAN...Error! Bookmark not defined.

(10)

x

Gambar 3.1 Echosounder KM. NIKI SAE ...Error! Bookmark not defined.

C. PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ...Error! Bookmark not defined.

A. KESIMPULAN ...Error! Bookmark not defined.

B. SARAN ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Echosounder ... 4

Gambar 2.2 sistem kerja Echosounder ... 9

Gambar 2.3 Peta Alur Pelayaran Tanjung Perak...15

Gambar 3.1 Echosounder KM. NIKI SAE...27

Gambar 3.2 Log Book saat kandas...29

Gambar 3.3 Peta saat kandas...30

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang amat luas, meliputi 17.504 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah darat dan laut 5.180.053 km2. Dari total luas wilayah Indonesia tersebut, sekitar 75% (3.257.483 km2) merupakan wilayah lautan yang posisi geografisnya diapit oleh tiga benua, yaitu benua Asia, Pasifik dan Australia. Dengan memperhatikan luas wilayah lautan yang dimiliki serta posisi yang merupakan jalur perdagangan internasional maka Indonesia berada pada jalur strategis lalu lintas pelayaran.

Keberadaan potensi pelayaran yang amat strategis tersebut dapat menjadi faktor pendorong aktifitas kapal yang ramai di daerah Alur pelayaran sempit

Berhubungan dengan situasi alur pelayaran sempit semakin ramai di mana kapal-kapal berada pada saat resiko tinggi tabrakan dan kandas. Maka untuk mengurangi dan mencegah resiko bahaya tabrakan dan kandas di lalu lintas laut tersebut maka dari sisi kecakapan nahkoda dan mualim jaga dalam pengamatan dan pengelihatan di alur pelayaran sempit dengan menggunakan alat navigasi yang berada di kapal. Salah satunya dengan penggunaan Echosounder adalah Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan.

(13)

2

Di saat melewati alur pelayaran sempit kemahiran bernavigasi tidak hanya untuk dalam penentuan haluan kapal, jarak antara kapal lain, dan kedalaman kapal, jika dengan pengamatan menggunakan penglihatan di sekitar dalam cuaca yang cerah kita bisa melaksanakanya tanpa kendalam tetapi di saat penglihatan terbatas karena cuaca buruk yang di alami akan menambah tingkat resiko bahaya kandas di laut. Dalam hal ini banyak kejadian kandas di alur pelayaran sempit. Dari masalah yang di ungkit di atas penelitian yang diangkat adalah PENGOPERASIAN DAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI ECHOSOUNDER DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH BAHAYA KANDAS, semoga dengan penelitian ini bisa mengetahui pengaruh apa saja dari Echosounder dalam mengatasi bahaya kandas di laut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disusun identifikasi masalah yang timbul sebagai berikut : Bagaimanakah keakuratan Echosounder saat mendeteksi kedalaman air dan saat memasuki alur pelayaran sempit?

C. Batasan Masalah

Sehubungan dengan masalah yang berkaitan dengan Pengamatan Echosounder di Alur Pelayaran Sempit, maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada saat kapal berlayar di alur pelayaran sempit.

(14)

3

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan Echosounder saat mendeteksi kedalaman air dan saat memasuki alur pelayaran sempit.

.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan dalam perkembangan ilmu pelayaran datar khususnya dalam bidang dinas jaga di atas kapal.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk nahkoda dan mualim jaga agar melaksanakan pengamatan di alur pelayaran sempit mengunakan Echosounder dengan lebih efektif.

(15)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Echosounder

Gambar 2.1Echosounder

A. Penertian echosounder

Echosounder adalah Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan

.

Menurut Parkinson, B.W, (1996) Echosounder atau Gema Duga atau Echoloading adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Menurut Burdic, (1991) Echosounder dilengkapi dengan proyektor untuk menghasilkan gelombang akustik yang akan di masukan ke dalam air laut. Sonar bathymetric memerlukan proyektor yang dapat menghasilkan berulang-ulang kali pulsaakustik yang dapat dikontrol. .

(16)

5

Menurut Lurton, (2002) multibeam Echosounder pada mulanya terdiri dari perpanjangan single-beam Echosounder. Bukan transmisi dan menerima sinar vertikal tunggal, multibeam Sounder mengirimkan dan menerima seberkas beam dengan lebar individu kecil (1-3º), di sumbu kapal. Yang terpenting, tentu saja, adalah kemungkinan mengalikan jumlah pengukuran simultan kedalaman (biasanya 100-200), menyapu koridor di sekitar jalan kapal (lebar total 150 mencakup hingga 7.5 kali kedalaman air).

Kebanyakan Multibeam Sounder menggunakan besar lebar sudut mereka untuk merekam gambar akustik menggunakan prinsip yang sama sebagai side scan sonar. Tetapi kinerja yang dihasilkan lebih buruk daripada dalam sistem (towfish), karena gerakan platform dukungan dan karena insiden sudut tidak cukup merumput. Dengan sistem tersebut, ahli geologi telah mengintegrasi pembuangan alat-alat yang memberikan, pada saat yang sama, bathrymetry dan reflektivitas pengukuran. Pengumpulan simultan seismik dan sedimen profiler data dapat membantu dalam menyediakan penyelidikan yang sangat lengkap dan menyeluruh mengenai struktur sedimen.

B. Bagian-bagianEchosounder : a. Time Base

Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter melalui transducer. Suatu perintah dari time base akan memberikan saat kapan pembentuk pulsa bekerja pada unit transmitter dan receiver.

(17)

6

b. Transmiter

Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan dipancarkan.

Suatucperintah dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan memberitahukan kapan pembentuk pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh oscillator kemudian diperkuat oleh power amplifier, sebelum pulsa tersebut disalurkan ke transducer

c. Transducer

Fungsi utama dari transducer adalah mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan ke medium dan mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika echo diterima dari suatu target. Selain itu fungsi lain dari transducer adalah memusatkan energi suara yang akan dipantulkan sebagai beam.

Pulsa ditransmisikan secara bersamaan oleh keempat kuadran tetapi sinyal diterima oleh masing-masing kuadran dan diproses secara terpisah. Keempat kuadran diberi label a – d. Sudut θ pada satu bidang dibedakan oleh perbedaan fase (a – b) dan (c – d), jumlah sinyal (a + c) dibandingkan dengan jumlah sinyal (b + d). Sudut φ di dalam bidang tegak lurus terhadap yang pertama adalah sama dibedakan oleh perbedaan fase antara (a + b) dan (c + d). Kedua sudut tersebut mendefinisikan arah target yang spesifik (MacLennan dan Simmonds, 2005).

Kesulitan yang dihadapi untuk mengeliminir faktor beam pattern dapat diatasi dengan menggunakan split beam method. Metode ini menggunakan receiving transducer yang dibagi menjadi 4 kuadran.

(18)

7

Pemancaran gelombang suara dilakukan dengan full beam yang merupakan penggabungan dari keempat kuadran dalam pemancaran secara simultan. Selanjutnya, sinyal yang memancar kembali dari target diterima oleh masing-masing kuadran secara terpisah, output dari masing-masing kuadran kemudian digabungkan lagi untuk membentuk suatu full beam dengan 2 set split beam. Target tunggal diisolasi dengan menggunakan output dari full beam sedangkan posisi sudut target dihitung dari kedua set split beam.

Transducer dengan sistem akustik split beam ini pada prinsipnya terdiri dari empat kuadran yaitu Fore, Aft, Port dan Starboard transducer. Transducersplit beam memiliki beam yang sangat tajam (100) dan mempunyai kemampuan menentukan posisi target dalam bentuk beam suara dengan baik yaitu dengan mengukur beda fase dari sinyal echo yang diterima oleh kedua belah transducer (Simrad, 1993).

d. Reciever

Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang dihasilkan oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum disalurkan ke recorder. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian transducer menerima echo dari target, dimana target yang terdeteksi oleh transducer terletak dari pusat beam suara dan echo dari target akan dikembalikan dan diterima oleh keempat bagian Transducer pada waktu yang bersamaan

(19)

8

Split beam Echosounder modern memiliki fungsi Time Varied Gain (TVG) di dalam sistem perolehan data akustik. TVG berfungsi secara otomatis untuk mengeliminir pengaruh attenuasi yang disebabkan oleh geometrical sphreading dan absorpsi suara ketika merambat di dalam air.

e. Recorder

Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara pemancaran pulsa suara dan penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal kepada transmitter untuk menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder juga mengirimkan sinyal ke receiver untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO, 1983).

C. Tombol-tombol Echosounder:

a. POWER : untuk mengaktifkan dan mematikan pesawat.

b. BASIC RANGE : berfungsi untuk memilih skala jarak jangkauan kedalaman perairan.

c. RANGE PHASING : berfungsi untuk mengukur kedalaman secara bertahap.

d. EXPANTION RANGE : berfungsi untuk memfokuskan tampilan baik pada dasar perairan maupun pertengahan perairan agar lebih detail.

e. PICTURE FEED : Untuk mengatur kecepatan jalannya pergerakan tampilan layar monitor.

f. VARIABLE RANGE MARKER (VRM) : berfungsi untuk mengukur jarak kedalaman target (membaring) secara pasti.

(20)

9

g. POINTER : berfungsi untuk mengarahkan dan memfokuskan kursor.

h. ECHO THRESHOLD : berfungsi untuk memberikan sensitivitas gema yang diinginkan sehngga akan dihasilkan pancaran gema yang tepat dan akan terlihat tampilan yang memuaskan.

i. WHITE LINE : untuk membedakan gema yang berasal dari dasar perairan dengan gema yang berasal dari ikan.

j. SENSITIVITY TIME CONTROL (STC) : untuk mengatur sensitivitas gema yang dihasilkan sehingga dihasilkan gema yang optimal.

k. BRIGHT : untuk memperjelas tingkat kecerahan monitor.

2. Pengoperasian Echosounder :

Gambar 2.2 sistem kerja Echosounder

Echosounder dikenal terdapat suatu pemancar yang membangkitkan getaran-getaran listrik disalurkan ke suatu alat yang ditempatkan pada dasar kapal dan mengubah energi listirik menjadi getaran dalam laut. Getaran inilah yang dialirkan dalam bentuk impuls vertikal kedasar laut dan dipantulkan kembali satu pesawat penguat memberikan kepada getaran-getaran gema listrik satu amplitude lebih besar lalu disalurkan ke

(21)

10

satu pesawat petunjuk (indikator) dan membuat gambar (Marine Inside, 2013).

Ketika getaran mengenai objek maka sebagian energinya ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya, akan diterima oleh recorder ,hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dari pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang dideteksi (Dias, 2012).

Echosounder mengukur kedalaman air dengan membangkitkan pulsa akustik pendek atau ping yang dipancarkan kedasar air kemudian mendengarkannya kembali echo dari dasar air itu. Waktu antara pulsa akustik yang dipancarkan dan kembalinya echo adalah waktu yang diperlukan gelombang akustik untuk merambat ke dasar air dan memantul kembali ke permukaan air. Dengan mengetahui waktu dan kecepatan suara dalam air, maka kedalaman dasar air dapat dihitung (Firdaus. 2008).

3. Cara Menghidupkan Echosounder:

a. Periksa bagian-bagian utama Echosounder.

b. Periksa kabel-kabel listrik sudah tersambung dengan baik, lalu tekan tombol saklar listrik ke posisi “ON”, selanjutnya tekan tombol

POWER DCIC RegulateadPower Supply ke posisi “ON”.

c. Tekan tombol “POWER” sampai terdengar bunyi “beep” sebanyak 2 kali.

d. Echosounder siap untuk dipergunakan.

(22)

11

e. Atur tingkat kecerahan tampilan monitor dengan cara menekan tombol

BRIGHT”.

f. Putar “GAIN CONTROL”, gunakan : – “LOWER” untuk dipergunakan pada perairan dangkal. – “HIGH” untuk dipergunakan di perairan dalam.

g. Atur skala jarak kedalaman perairan, dengan menekan tombol “BASIC RANGE.

h. Tekan tombol “PICTURE FEED” untuk mengatur kecepatan pergerakan layar monitor.

i. Tekan tombol “STC” untuk melihat sensitivitas GEMA.

j. Tekan tombol “MENU” untuk melihat dan mengatur hal-hal lain sesuai kebutuhan. Gbr. Transducer / Receiver.

4. Cara mematika Echosounder :

a. Normalkan “VARIABLE RANGE MARKER” ke posisi nol dengan menekan tombol cara menekan tombol “VARIABLE RANGE MARKER

lanjutkan dengan menekan tombol ▲ . b. Tekan tombol “POWER” ke posisi “OFF”.

c. Tekan tombol “POWER DC” Power Supply ke posisi “OFF”.

d. Tekan tombol saklar arus listrik ke posisi “OFF”.

5. Fungsi – Fungsi Lain Dari Echosounder:

a. Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers).

b. Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping).

c. Pencarian kapal-kapal karam di dalam laut.

(23)

12

d. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.

e. Analisa Dampak Lingkungan di Dasar laut..

6. Koreksi Pada Sistem Echosounder:

a. Koreksi Draft. Yaitu koreksi jarak antara pernukaan transducer dengan permukaan laut.

b. Koreksi penyimpangan kecepatan rambat getaran mekanik ultrasonic.

Koreksi ini di sebabkan oleh pengaruh kadar garam, suhu, dan tekanan air laut.

c. Koreksi Paralax

Koreksi ini dapat terjadi jika :

1. Jika perum gema menggunakan 2 tranducer, 1 tranducer khusus untuk pemancaran dan 1 tranducer lagi khusus untuk menerima.untuk itu biasany digunakan tranducer magneto strictive 2. Penempatan tranducer terpisah, secara transversal, 1 dilambung-kiri,

1 lagi dilambung kanan.

Besarnya kesalahan Paralax tergantung dari:

a. jarak penempatan keduan tranducer, makin besar jaraknya makin besar kesalahan paralax

b. Dalamnya laut yang di ukur, makin besar kedalaman laut makin besar kesalahan paralax.

7. Kelemahan dan Kelebihan Echosounder

Menurut Varina (2013), Echosounder memiliki kelemahan yaitu jika semakin dalam laut,gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas.

(24)

13

Sedangkan kelebihannya yaitu dapat mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar laut.

Sehingga Echosounder bisanya digunakan untuk kapal-kapal perang, kapal penumpang dan kapal barang. Echosounder memiliki beberapa kelebihan yaitu akurasi pengelihatan kedalaman sebanyak 99%

(Salem, 2012).

Menurut Burczynski dan Ben-Yami (1985), kelemahan dan kelebihan Echosounder adalah sebagai berikut :

a. Kelemahan :

1. Harganya mahal untuk membeli sebuah Echosounder.

2. Kebanyakan Echosounder menggunakan kertas khusus dan baterai yang mahal.

3. Harus menghabiskan waktu yang diperlukan untuk membersihkan dan memperbaikinya hingga bisa bekerja.

4. Jika rusak, akan memerlukan tukang khusus, seperti tukang perbaikan radio transistor, untuk memperbaikinya.

b. Kelebihan :

1. Echosoundermenunjukkan kedalaman air.

2. Dapat melihat batu, bangkai kapal kapal atau sampah di bawah sehingga dapat menghindari kapal kandas.

(25)

14

2. Alur Pelayaran sempit

A. Pengertian alur pelayaran sempit

Berdasarkan Kepmenhub 68 tahun 2011 mendefinisikan Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman,lebar dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan sehat untuk di layari kapal angkutan laut. Alur pelayaran bertujuan untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar masuk ke pelabuhan sehingga pelabuhan bisa lebih teratur. Alur pelayaran harus memiliki kedalaman dan lebar yang cukup agar bisa dilalui kapal-kapal yang direncanakan akan berlabuh.

Sedangkan kata sempit berarti kurang dari ukuran luas (besar) yang diperlukan , maka arti dari alur pelayaran sempit adalah jalur yang digunakan atau dilewati oleh kapal sebelum memasuki pelabuhan yang ukurannya kurang untuk dilewati banyak kapal.

B. Fungsi Alur Pelayaran Sempit

Alur pelayaran digunakan unuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran ini ditandai dengan alat bantu pelayaran yang berupa pelampung dan lampu-lampu

(26)

15

Gambar. 2.3 Peta Alur Pelayaran Tanjung Perak

3. Yang Perlu Di Perhatikan Pada Alur Pelayaran Sempit 1. Pemilihan Karakteristik Alur

Alur masuk ke pelabuhan biasanya sempit dan dangkal. Alur-alur tersebut merupakan tempat terjadinya arus, terutama yang disebabkan oleh pasang surut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk ke pelabuhan adalah sebagai berikut :

a) Keadaan trafik kapal

b) Keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur.

c) Sifat-sifat fisik dan variasi dasar saluran

d) Fasilitas-fasilitas atau bantuan-bantuan yang diberikan pada pelayaran

e) Karakteristik maksimal kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan.

f) Kondisi pasang surut, arus dan gelombang.

2. Traffic Control

(27)

16

Ada dua sistem gerakan untuk menganalisis gerakan alat transportasi, yakni :

a. Sistem arus terputus.

b. Sistem arus menerus.

Gerakan kapal laut sebagai alat transportasi termasuk pada sistem arus terputus di mana gerakan kapal laut yang melalui suatu titik pada jalur adalah terputus-putus (Edward, 1984).

3. Benda-Benda Pembantu Navigasi

Fungsi pemasangan alat bantu navigasi adalah:

1. Untuk penentuan posisi kapal, sebagai contoh mercusuar, alat bantu elektronik, Aero Light ( diperlukan untuk pengukuran arah alur pelayaran)

2. Untuk penunjuk bahaya, sebagai contoh, pelampung, rambu laut, suar penuntun.

3. Untuk keamanan di alur pelayaran.

Penjaga pantai mendefinisikan bantuan untuk navigasi sebagai beberapa alat eksternal pada kapal yang bertujuan untuk membantu navigator untuk menentukan posisi atau menentukan daerah yang aman atau untuk menjauhi daerah berbahaya di dalam berlayar.

Buoy, lighthouses, foghorn, dan GPS merupakan alat bantu dalam navigasi. Sistem navigasi yang digunakan adalah Lateral System dalam membantu untuk navigasi, maksud dari Lateral System adalah bantuan untuk navigasi pada selat disisi – sisi yang sempit.

(28)

17

Ketika memasuki selat dari laut bebas Port, mempertemukan warna merah dengan bagian Star Board dan bagian hijau dengan ( bagian kanan kapal ). Mercusuar adalah bangunan pokok yang mempunyai skema warna khusus dan karakteristik rangkaian kilasan warna untuk membedakan antara mercusuar satu dengan yang lainya pada satu daerah yang sama. Diantaranya mempunyai signal suara yang sama. Pada peta ditunjukan nama, warna cahaya dan karakteristik, tinggi dan Nominal Range. Lampu harus mempunyai kecakupan yang tinggi untuk melihat secara Horizontal dan Intensifitas yang baik untuk dilihat dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Nominal Range adalah jarak dimana cahaya dapat dilihat dengan baik pada saat cuaca cerah.

Minor Light atau suar ( Beacon ) lebih kecil dari pada mercusuar. Suar juga menampilkan Day Board yang dipergunakan untuk membuat lebih mudah dilihat secara harian. Day Board biasanya terbuat dari bentuk papan datar yang berwarna dengan nomor – nomor atau tanda dan tanda surut yang mencerminkan dari warna. Minor Light biasanya terpasang pada struktur bangunan atau tiang yang Single Pile atau Multi Pile. Day beacon merupakan bangunan yang tidak berlampu hanya menampakkan Day Board.

Biasanya Day Beacon terdiri dari struktur bangunan yang Single Pil.

Buoy biasanya berwarna atau tidak berwarna. Buoy yang tidak berwarna mempunyai bentuk yang bermacam – macam, sebagai

(29)

18

contoh Buoy warna hijau mempunyai bentuk silinder sedangkan Bouy warna merah rata – rata berbentuk kerucut.

Bouy warna merah solid dan Day Board pada Minor Light atau Day Beacon berada disebelah kiri dari Star Board ketika memasuki perairan bebas. Lampu dari Bouy berwarna merah dan Beacon selalu berwarna merah dan berkelap – kelip. Selain itu juga bernomor genap dan Day Board merah berbentuk segitiga. Bouy merah yang tidak berlampu berbentuk kerucut tetapi hanya beberapa Bouy merah yang berlampu berbentuk kerucut.

Bouy warna hijau solid dan Day Board pada Minor Light atau Day Beacon berada disebelah kiri dari Port Side ketika memasuki selat dari perairan bebas. Lampu dari Bouy ini berwarna hijau dan biasanya berkelap – kelip serta Bouy ini juga selalu bernomor ganjil.

Bouy warna hijau yang tidak berlampu berbentuk tabung tetapi hanya beberapa Bouy hijau yang berlampu berbentuk tabung.

4. Olah Gerak Kapal Pada Saat Melayari Alur Pelayaran Sempit

Kapal berlayar sepanjang alur pelayaran sempit seperti canal, selat maupun sungai maka kapal akan dipengaruhi oleh bermacam- macam faktor. Diantaranya adalah 2 faktor penting yaitu pengaruh pengisapan dan pengaruh penolakan tebing atau tepi alur terhadap bagian dari badan kapal.

Keadaan perairan merupakan faktor luar yang mempengaruhi olah gerak kapal. Pengaruh pengisapan dan penolakan tebing seperti ini, biasanya dituliskan pada peta laut, agar kapal lebih berhati-hati

(30)

19

dalam melayari alur tersebut. Sebagai contoh pengaruh seperti ini besar sekali di Panama canal yang menghubungkan Cristobal dan Balboa.

(31)

20

a. Kerangka Berpikir

Masih adanya kapal yang kandas karena tidak mengetahui kedalaman air khususnya di alur pelayaran sempit dengan menggunakan alat navigasi

Echosounder

Kurangnya pemahaman saat menggunakan alat navigasi Echosounder sehingga terjadi kapal

kandas

Pengoperasian yang kurang tepat saat menggunakan alat navigasi

Echosounder

Perlunya pengetahuan dan kesadaran yang baik dalam pengoperasian alat

navigasi Echosounder

(32)

21

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses dari suatu rangkaian langkah- langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis, guna mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tertentu.

Proposal ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti mempelajari dokumen-dokumen, transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Sehingga metode penelitian berisi pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode- metode yang digunakan dalam penelitian. Pada umumnya penelitian merupakan refleksi keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian, pada saat penulis melaksanakan praktek laut (PRALA) selama 12 bulan yang akan dilaksanakan pada semester V dan VI.

2. Tempat Penelitian

Penulis akan melaksanakan penelitian diatas kapal, dimana penulis melakukan praktek berlayar.

(33)

22

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber melalui artikel dan buku tentang Echosounder. Juga memper oleh dari hasil wawancara dengan pihak terkait, yang mengetahui tentang permasalahan yang akan penulis angkat. Penulis memperoleh dari hasil wawancara atau berdiskusi dengan seluruh awak kapal yang lebih tahu tentang permasalahan-permasalahn diatas kapal.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah.

D. Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini subjek penulis atau informan merupakan awak kapal sehari-hari yang bersinggungan dengan masalah kedalaman laut.

(34)

23

(Dilakukan pada saat nanti selama penulis melakukan praktek laut/ PRALA yaitu 12 bulan). Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik prngumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Metode Survey

Survey adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan juga dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan sekitar. Metode ini dilakukan dengan observasi partisipasi penuh yaitu dengan ikut serta pada semua kegiatan yang dilakukan diatas kapal misalkan mengukur kedalaman air, menentukan posisi kapal, dll. Peneliti mengamati seluruh kejadian yang diketahui ditas kapal ketika bekerja sesuai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tujuan penulis saat mengadakan observasi adalah agar mengerti akan keadaan kapal ketika kapal berlayar di alur pelayaran sempit dan pengetahuan tentang kedalaman air dan cara penanganannya diatas kapal.

2. Metode Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi ini juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna

(35)

24

3. Metode Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri dan menelaah teori-teori yang terdapat di perpustakaan. Studi pustaka juga bertujuan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam- macam material referensi yang berupa buku majalah, naskah, catatan- catatan, kisah sejarah dan dokumen. Tujuan dilakukan metode ini yaitu diharapkan mampu menambah infomasi tentang topik yang dibahas agar memperkuat nilai penelitian.

4. Metode Komparatif

Metode ini adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua variable ada perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan secara alami yaitu dengan mengumpulakan data dengan suatu instrumen. Hasilnya dianalisis secara statistic.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Patton (Moleong, 2001:103) penerbit buku metodologi penelitian kualitatif, analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”.

Tujuan definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

(36)

25

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003:70), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan juga pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

FAO (1983) Buku Daulay “pengenalan alatnavigasi electronik diatas kapal. 12 Oktober 2014

Lurton, Xavier. 2002. An Introduction to Underwater Acoustics: Principles and Applications. Praxis Publishing, Ltd. UKSimmonds E.J., MacLennan D. 2005.

Fisheries acoustics: theory and practice (rev. ed). Oxford (UK) : Blackwell Science.

Marine Inside. 2013. Echosounder.http://marineinside.echosounder

Marine Inside. 2013. Echosounder atau Perum Gema.http://marineinside.echosounder- atau-perum-gema/.

Natasasmita, Dias, dkk. 2012. Laporan Resmi Praktikum Akustik Kelautan

“Echosounder”laporanakustikkelautanechosounder.docx.

Parkinson BW. (1996), Echosounder: Theory and Applications, Chap.

1:Introduction and Heritage of NAVSTAR, the Global Positioning System. American Institute ofAeronautics and Astronautics.Washington DC.

SIMRAD, 1993. Simrad EK 500 Scientific Echo sounder (Manual Instruction). Horten: A Kongsberg company. 74p.

Varina, Larasati, dkk. 2013. Makalah Alat Bantu dan Alat Ukur: Alat Pengukur Kedalaman Laut

Gambar

Gambar 3.1 Echosounder KM. NIKI SAE .......................Error! Bookmark not defined
Gambar  2.1Echosounder
Gambar  2.2 sistem kerja Echosounder

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan alat atau perangkat navigasi dan komunikasi sebagai bagian dari sistem navigasi dan komunikasi merupakan salah satu syarat penerbitan berbagai macam

Dari pemaparan pada poin ini dapat disimpulkan bahwa uji akurasi software stellarium mobile versi 2014 atas alat navigasi kapal berupa kompas, GPS dan peta tidak akurat

a) Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari, jika keadaan mengizinkan harus dilaksanakan dengan tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup dan benar-benar

Dalam kondisi eksisting dermaga di Pelabuhan Pancer saat ini masih kurang efisien, terbukti dari keluh kesah para warga disana terutama pada kapal besar yang berukuran lebih dari

Pembahasan Dari analisa data tersebut, maka Penulis perlu membahas lebih lanjut mengenai kesalahan GPS diatas kapal yaitu factor dari dalam dan luar, dimana kesalahan dari dalam kapal

Keadaan malam hari dan tiba – tiba terjadi masalah pada battery backup alat navigasi error dan menyebabkan alat navigasi modern seperti RADAR Radio Detection and Ranging dan GPS Global

Untuk peningkatan perencanaan kelas pelabuhan tipe D sebagai berikut : Ikan yang didaratkan >10 ton/hari Jumlah kapal yang berlabuh perhari 20 unit/hari Jumlah kapal yang merapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alat navigasi dan alat keselamatan yang digunakan oleh salah satu kapal huhate dengan wilayah penangkapan di perairan Bitung, serta