BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang diangkat yakni, “Analisa Pengaruh Kesalahan GPS Dalam Bernavigasi Di Alur Pelayaran Sempit Untuk Menghindari Bahaya Tubrukan” maka sebagai deskripsi data akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini Penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama Penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat Penulis mengadakan penelitian:
Name Of Ship’s : SV. LOGINDO ENERGY
Nationality : INDONESIA
Port Of Registry : PONTIANAK
Call Sign : J Z K C
IMO Number 9534248
Type Of Ship : AHTS VESSEL
Year Built 2012
Owner : PT. LOGINDO SAMUDRAMAKMUR Tbk
Gross Tonnage (GRT) : 3.594 T Net Tonnage (NRT) : 1.079 T
L O A : 78.2 METERS
L B P : 69.0 METERS
BOW THRUSTER : BOW ROLLS-ROYCE TT1650 DPN CP AUXILIARY ENGINE : 2 X CAT C32 590 KW 440/3/60
SPEED (MAXIMUM) : 14,00 Knot
CREWS : 16 Person including master
Gambar 4.1. SV. LOGINDO ENERGY
Kapal SV. LOGINDO ENERGY mempunyai Tugas Penarikan, peletakan jangkar, Mengangkut pasokan dan mendukung kegiatan pengeboran minyak, memindahkan posisi rig, kapal ini juga bertugas sebagai kapal darurat siaga dan memiliki kemampuan sebagai pemadam kebakaran.
B. Hasil Penelitian
Adapun temuan tentang menentukan posisi yang dilakukan diatas kapal berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan Penulis saat penelitian, sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas.
Pelaksanaan kegiatan menentukan posisi saat kapal berlayar di laut dan berlayar memasuki alur pelayaran sempit. Kegiatan tersebut sebenarnya menjadi kegiatan yang rutin dilaksanakan dan wajib dilaksanakan karena bersangkutan dengan keselamatan pelayaran hanya saja pada saat era teknologi modern ini menjadi lebih mudah menentukan posisi sehingga cara yang sejak dulu digunakan mulai ditinggalkan. Hal inilah yang menyebabkan Penulis mengatakan jika awak kapal tersebut dapat lebih mudah, cepat, dan akurat dalam menentukan posisi sehingga dapat meningkatkan keselamatan pelayaran.
Disini penulis membandingkan cara bernavigasi yang baik digunakan yaitu membaring posisi kapal secara manual dengan alat navigasi GPS (Global Positioning System).
Pada SV. Logindo Energy GPS (Global Positioning System) yang dimiliki adalah GPS Furuno GP-150
Gambar 4.2. GPS Furuno GP-150
a. Kejadian Pertama : Menentukan posisi memasuki alur Balikpapan
Tanggal : 27 November 2019 Voyage : VVP/LVOM/45
Pelayaran : Lamongan Menuju : Balikpapan
Kejadian pertama yang Penulis dapati yaitu pada saat menentukan posisi dengan baringan dan menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Waktu itu terjadi kerusakan pada GPS di atas kapal pada posisi lintang : 01∘25,30’ U ; bujur : 116∘79,80’ E.
Gambar 4.3. Alur pelayaran sempit Balikpapan
pada 14.00 LT (Local Time). Penulis mencoba menentukan posisi dengan mengunakan baringan azimuth circle sesuai dengan apa yang di dapat dalam ilmu pelayaran datar yaitu menentukan posisi kapal dengan membaringa benda di sekitar kapal namun tidak dapat menentukan, posisi kapal sehingga penulis memutuskan untuk menentukan posisi menggunakan yang lebih akurat.
b. Kejadian Kedua : Menentukan posisi memasuki alur Singapura
Tanggal : 14 Februari 2020 Voyage : VVP/LVOM/49
Pelayaran : Singapura Menuju : Natuna
Kejadian kedua yaitu pada waktu berlayar di alur Singapura:
01∘20,53’ U ; bujur : 103∘57,48’ E.
Gambar 4.4. Alur Singapura
Saat itu penulis sedang berjaga jam 12.00 LT (Local Time) – 18.00 LT (Local Time) dengan mualim 1, Penulis mencoba membandingkan dalam menentukan posisi dengan mengunakan baringan azimuth dan GPS ternyata ada selisih jarak dalam penentuan posisi.
a. Dari Kejadian Pertama dan Ke dua
Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan penulis di atas kapal di alur pelayaran sempit Balikpapan terdapat kesalahan dari kapal sendriri dimana kurangnya merawat dan pengecekan alat navigasi di atas kapal sehingga membuat alat GPS rusak.
begitupun di alur Singapura merupakan alur pelayaran sempit yang mana untuk menentukan posisi kapal harus mengambil baringan- baringan benda darat, tanjung, gunung, pelampung, atau baringan benda angkasa agar kapal selalu on track karena factor kesalahan GPS dari luar juga berpengaruh dalam penentuan posisi, maka baringan yang diambil harus benar (sejati), untuk itu kesalahan pedoman harus selalu diketahui.
C. Pembahasan
Dari analisa data tersebut, maka Penulis perlu membahas lebih lanjut mengenai kesalahan GPS diatas kapal yaitu factor dari dalam dan luar, dimana kesalahan dari dalam kapal itu sendiri atau dari luar untuk menentukan posisi kapal dengan mengambil baringan-baringan benda darat, tanjung, gunung, pelampung, atau baringan benda angkasa guna mendapatkan posisi kapal agar terhindar dari risiko kandas karena tidak sepenuhnya alat GPS selalu normal dan benar apalagi memasuki alur pelayaran sempit yang lebih berisiko dalam bernavigasi.
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisa dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat navigasi GPS memang memudahkan para pelaut dan dapat meningkatkan keselamatan pelayaran, maka dari itu IMO (International Maritime Organization) menerapkan peraturan yang mewajibkan kapal memiliki alat navigasi yang mencukupi untuk bernavigasi di berbagai keaadaan dan situasi. Bernavigasi diatas kapal dalam menentukan posisi juga mempertimbangkan keselamatan pelayaran sesuai P2TL (Peraturan Pencegahan Tubrukan Laut) Aturan 7 dan 8 tentang bahaya tubrukan dan tindakan kapal dalam menghindari bahaya tubrukan. Namun dalam bernavigasi menentukan posisi kapal tidak bisa hanya berpatokan kepada alat navigasi apalagi di dalam alur pelayaran sempit.
B. Saran
Dalam hal ini Penulis akan memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki kebiasaan buruk yang selama ini berlangsung diatas kapal. Adapun saran-saran yang akan Penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Seluruh ABK kapal diharapkan mengerti dengan sejelas-Jelasnya terkait menentukan posisi dengan berbagai macam baringan dan tiidak selalu berpatokan/mengandalkan GPS.
2. Lebih waspada dalam melaksanakan dinas jaga, karena kesalahan GPS juga dapat terjadi apalagi memasuki alur pelayaran sempit yang lebih berisiko dalam bernavigasi.
3. Lebih rutin, giat dengan melakukan pengecekan dan perawatan alat navigasi di atas kapal.