• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Sebagai Sumber Perhatian Filsafat Masa Pertengahan

N/A
N/A
Wina Arsita

Academic year: 2025

Membagikan "Bahasa Sebagai Sumber Perhatian Filsafat Masa Pertengahan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BAHASA SEBAGAI SUMBER PERHATIAN FILSAFAT PADA ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat Bahasa)

Disusun oleh:

Ridwan Arrasyid 1195020124

Rifdi Fauzi 1195020126

Uzhmah Husnul Khulu 1195020155 Wigi Amanda Putri 1195020158

Wina Arsita 1195020159

Hamina Mardliya Rahmani 1205020069

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan ilmu pengetahuan, sehingga makalah ini bisa dapat selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan dari hasil data-data yang diperoleh dari sumber-sumber yang memuat tentang Bahasa Sebagai Sumber Perhatian Filsafat Pada Zaman Abad Pertengahan serta informasi yang diperoleh dari media massa yang berhubungan dengan materi tersebut. Sebelumnya kami berterima kasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar pembaca mengetahui hubungan antara novel dan film dalam karya sastra siber atau sastra digital.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan serta membantu para pembaca. Namun terlepas daripada itu, kami memahami bahwa makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritikan serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk selanjutnya.

Bandung, 18 Oktober 2022

Penulis

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara etimologi menurut Sudarsono (2008) istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah. dalam bahasa Inggris berasal dari philosophy. kedua istilah itu berakar dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Istilah tersebut memiliki dua unsur asasi, yaitu: philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan.

Secara keseluruhan dapat kita simpulkan bahwa pengertian filsafat itu sendiri adalah ilmu mengenai cinta kebijaksanaan. Belajar filsafat berarti belajar kebijakan, atau setidaknya ketika kita belajar filsafat berarti kita belajar atau menjadi manusia yang mencintai “kebijakan”.

Sehingga berfilsafat akan menghasilkan ilmu-ilmu yang betul-betul bermakna bagi berkelangsungan umat manusia.

Filsafat telah lama menjadi perhatian para filsuf tentang hubungan bahasa dengan masalah-masalah filsafat itu sendiri. Bahkan hal ini telah berlangsung sejak zaman Yunani.

Dimana perkembangan problem-problem filsafat pada jaman tertentu dipengaruhi oleh pasang surut perhatian filsuf. Suatu perubahan yang sangat penting terjadi ketika para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problem filsafat dapat di jelaskan melalui suatu analisis bahasa. Sebagai satu contoh problem filsafat yang menyangkut pertanyaan, ‘keadilan’,

‘kebaikan’, ‘kebenaran’, ‘hakikat ada’, dan pertanyaan-pertanyaan fundamental lainnya dapat di gunakan dengan metode analisis bahasa.

Sehingga perubahan-perubahan perhatian filsuf dapat di kaji menurut zaman-zaman tertentu, seperti zaman yunani, zaman romawi, zaman abad pertengahan, samapai zaman abad modern seperti saat itu.

Rumusan Masalah

a. Kapan dimulai nya abad pertengahan?

(4)

b. Bagaimana perkembangan bahasa sebagai sumber perhatian filsafat pada zaman abad pertengahan?

c. Bagaimana karakteristik filsafat pada masa abad pertengahan?

d. Apa saja periode filsafat pada masa abad pertengahan?

Tujuan

a. Mengetahui kapan dimulai nya abad pertengahan.

b. Mengetahui bagaimana perkembangan Bahasa sebagai sumber perhatian filsafat pada zaman abad pertengahan.

c. Mengetahui bagaimana karakteristik filsafat pada masa abad pertengahan.

d. Mengetahui apa saja periode filsafat pada masa abad pertengahan.

(5)

BAB II PEMBAHASAN 1. Permulaan Abad Pertengahan

Abad pertengahan dimulai setelah runtuhnya kerajaan Romawi pada saat abad ke-5 M dinyatakan sebagai abad pertengahan karena zaman ini berada di tengah-tengah antara dua zaman, yaitu zaman kuno dan zaman modern (Hasan, 2011:51). Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa abad pertengahan ini sejalan dengan berkembangnya periode filsafat yang disebut skolastik yang merupakan pertemuan antara pemikiran Aristoteles yang hidup kembali filsuf- filsuf Islam dan Yahudi dan Imam Kristiani.

Filsafat abad pertengahan lazim disebut filsafat skolastik. Kata tersebut diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. Pasalnya, sekolah yang diselenggarakan oleh Karel Agung mengajarkan apa yang diistilahkannya sebagai artes liberals, meliputi mata pelajaran gramatika, geometrika, arithmatika, astronomia, musika, dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat. Belakangan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama (Maksum, 2016:81).

2. Perkembangan Filsafat Pada Masa Abad Pertengahan

Secara historis, khazanah pemikiran filsafat Yunani pernah mencapai kejayaan dan hasil yang gemilang dengan melahirkan peradaban Yunani. Menurut perkembangan sejarah pemikiran manusia, peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia.

Peradaban Yunani terus menyebar ke berbagai bangsa diantarannya adalah bangsa Romawi.

Romawi merupakan kerajaan terbesar di daratan Eropa pada waktu itu. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa di sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan nama Kristen, sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka muncullah filsafat Eropa sesungguhnya penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.

(6)

Sebagaimana telah penulis jelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa sekitar kira-kira abad 5 belum memunculkan ahli piker (filsuf). Tetapi, setelah abad ke-6 M, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan. Kekuatan antara pengaruh antara filsafat Yunani dengan agama Kristen dikatakan seimbang. Karena apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupun agama Kristen relative masih baru keberadaannya, pada saat bersamaan muncul anggapan bahwa filsafat Yunani dan agama Kristen saling berkaitan.

3. Keadaan Filsafat Pada Masa Abad Pertengahan

Maksum (2016:83) menjelaskan bahwa filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat ini tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebesan berpikir. Apalagi terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapat hukuman berat, pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama.

Karena itu kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan pada ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyeledikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudiaan diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang- orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat paus innocentius III di akhir abad XII, dan yang berhasil di Spanyol.

4. Karakteristik Filsafat Pada Masa Abad Pertengahan

Untuk mengetahui corak filsafat abad pertengahan, perlu dipahami karakteristik dan ciri has pemikirannya. Menurut Maksum (2016:83) beberapa karakteristik yang perlu dimengerti yaitu:

a. Cara berfilsafat dipimpin oleh gereja.

b. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles c. Berfilsafat dengan pertolongan Agustinus.

(7)

Abad pertengahaan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya mengiring manusia kedalam kehidupan atau sistem kepercayaan yang picik dan fanati, dengan menerima ajaran gereja dengan membabi buta. Karena itulah ilmu pengetahuan terhambat.

Masa ini didominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh.

Tetapi disisi lain, dominisa gereja ini tanpa dibarengi pemikiran martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pemikiraan, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depanya sendiri.

Pendapat-pendapat para pemikiran abad kegelapan ini terbelenggu oleh kebijakan dominasi gereja. Mereka tidak lagi memiliki kebebesan untuk mengembangkan pemikiran kritis akibat pengawasan gereja yang sangat ketat. Apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengumukaknya akan mendapatkan hukuman yang berat dan bahkan hukuman mati.

5. Periode Filsafat Masa Abad Pertengahan

Menurut Maksum (2016:84) Sejarah garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi dua pariode yaitu periode Skolastik Islam dan pariode Skolastik Kristen.

1. Periode Filsafat skolastik Islam (Arab)

Kenadati Islam sudah dikenal oleh dunia sejak abad VII namun filsafat kaum Muslim baru dimulai pada awal abad VIII. Ini disebabkan karena pada abad pertama perkembangan Islam tidak tedapat isme-isme atau paham-paham selain wahyu dikalangan kaum Muslim dianggap berkembang sangat baik pada abad IX M hingga abad XII. Keberadaan filsafat pada masa ini juga menandai masa kegemilangun dunia Islam, yaitu selama masa Daulah Abbasiah di Bagdad ( 750-1258) dan Daulah Amawiyah di Spanyol (755-7492). Menurut Hasbullah Bakhri, istilah skolastik islam jarang dipakai dalam kazanan pemikiran Islam. Istilah yang dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya dipisahkan. Periode skolastik Islam dibagi menjadi empat masa yaitu:

periode kalam pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok mutakallimin/ aliran-aliran dalam ilmu kalam , yakni:

a. Khawarij b. Murjiah

(8)

c. Qadariyah d. Jabariyah e. Mu’tazilah f. Ahli sunnah

Dalam kaitanya dengan filsafat, aliran yang paling menonjol adalah Mu’tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Ath dan dianggap sebagai rasionalisme Islam timbulnya aliran ini diantara lain sebagai jawaban atas tantangan-tantangn yang timbul berupa paham- paham mengenai masalah tuhan dan hubungan manusia dengan tuhan, yaitu paham tasybih ( antropomorphisme), jabariyah (determinisme), dan khawarij (paham teokratik). Mu’tazilah memberi jawaban dengan konsep-konsep dan ajarannya yaitu:

a. Keesaan tuhan (al-tauhid)

b. Kebebesan kehendak ( al-iradah) c. Keadilan tuhan (al-‘adalah)

d. Posisi tengah ( al-manzilah bain al-manzilataain)

e. Amar ma’ruf nahi munkar (al-amr bi al-ma’ruf al nahy ‘an al-munkar) Periode Filsafat Pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuwan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani, terutama filsafat Aristoteles. Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf Muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah:

a. Al-Kindi (806-873 M) b. AL-Razi (865-925 M) c. AL- Farabi (870-950 M) d. Ibn- Sina ( 980-1037 M) Periode Kalam Kedua

Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu akan kalam berikutnya, mereka anatara lain:

a. Al- Asy’ari ( 873-957 M)

(9)

Semula ia adalah penganut Mu’ tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan-keteraagan yang diberikan oleh gurunya, Al-Juba’i , akhirnya ia keluar dari Mu’tazilah. Aliaran dan pahamnya disebut Asy’ariyah. Di samping Ary’ariyah juga Al-matudiri

b. Al- Ghazali (1065-1111 M)

Ia adalah sosok muslim yang berpengruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar “hujjat Islam” ( banteng Islam). Semula ia adalah seorang mutakallimun, namun karena kemudian ia tidak menemukan kepuasan dengan metode- metode pemikiran kalam, ia berahli ke lapangan filsafat. Namun di filsafat ia juga tidak menemukan kepuasan dan akhirnya berahli ke lapangan tasawuf.

Di bidang terakhir inilah ia menemukan sesuatu yang dicarinya, sikapnya terhadap filsafat dan filsuf tecermin dalam bukunya tahafuft at- falasifah (kerancuan para filsuf).

Periode Filsafat Kedua

Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli- ahli dalam berbagai yang juga meminati filsafat, mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah di Spanyol ( Eropa) pada saat sedang dalam masa kegelapan.

Dengan tampilnya pada filsuf Muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh berkembangan dan terus meningkat. Mereka adalah:

a. Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat di kenal Avempace b. Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat di kenal Abubacer c. Ibnu Rusyd (1126-1198 M), di Barat di kenal

Periode Kebangkitan

Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan

kebangkitan kembali dunia Islam setelah mengalami kemerosotan alam pikiran sejak abad XV Sehingga abad XIX. Oleh karenanya, periode ini disebut juga sebagai Renaissans Islam. Di antara tokoh yang berpengaruh pada periode ini adalah Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Iqbal, dan masih banyak lagi.

2. Periode Filsafat Skolastik Kristen

(10)

Periode Skolastik Kristen dalam sejarah perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu masa skolastika awal, masa skolastik keemasan dan masa skolastika akhir.

Masa Skolastik Awal (Abad 9-12 M)

Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah terjadi kemerosotan.

Kemerosotan pemikiran filsafat pada masa pra-Yunani disebabkan kuatnya dominasi golongan gereja. Pada saat ini muncul ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Yaitu diterapkan kurikulum ajaran yang meliputi studi duniawi atau arts liberals yang meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, (seni diskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Pada masa ini persoalan pemikiran yang paling menonjol adalah hubungan antara rasio dengan wahyu (agama).

Menurut Anselmus (1033-1109 M), rasio dapat dihubungan atau digunakan untuk hal- hal yang berkaitan dengan keagamaan. Itu tidak berarti bahwa rasio saja dapat mencapai kebenaran keseluruhnya. Hubungan antara rasio dengan agama ini dirumuskannya dengan

“Credo Ut In Telligam” (saya percaya percaya supaya mengerti). Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti segala sesuatunya: Tuhan, manusia, dan dunia. Jadi baginya agamalah yang diutamakan dalam filsafat, tetapi tidak mengikari kemampuan rasio soal yang kedua mengenai universalian. Univarsalian ialah pengertiaan umum sperti kemanusiaan, kebaikan, keindahan, dan sebagainya. Yang dipersoalkan adalah universalian itu terdapat pada hal/ barangnya sendiri ataukah hanya sekedar nama buatan pikiran belaka yang tidak rill pada barang atau bendanya.

Terhadap persoalan ini, ada tiga pendapat.

a. Ultra-realisme

pendapat ini mengatakan bahwa universalia adalah perkara atau esensi yang benar- benar ada, lepas dari pengembaraan dalam pikiran. Dalam kata lain kata universalia mempunyai nilai objektif lepas dari subjek yang menggambarkanya, misalnya kemanusiaan memang merupakan sesuatu yang rill.

b. Nominalisme

(11)

Berpendapat bahwa universalia hanyalah nama atau bunyi saja (flatus voice) dan tidak ada dalam realitas. Jadi universalia tidak mempunyai nlai objektif pada bendanya tetapi hanyalah merupakan penggambaran dalam pikiran manusia.

c. Moderator Relisme

Menyikapi perbedaan dua aliaran dia atas, moderator realism mengambil jalan tengah dengan menyatakan bahwa universalia yang nyata tidak ada pada dirinya sendiri. yang ada hanya ide ada dasarnya yang objektif, artinya di luar pikiran , yaitu pada kemiripan yang nyata dari satuan-satuan sesuatu golongan. Tokoh-tokoh aliran ialah Thomas Aguinas dan Petrus Abaelardus (1079-1180 M).

Masa Skolastik Keemasan

Pada masa skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya kristiani.

Tetapi sejak pertengahan abad ke-12 karya-karya non-kristiani mulai muncul dan filsuf Islam mulai berpengaruh, masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M. masa ini juga disebut masa berbunga disebabkan kebersamaan dengan munculnya beberapa universitas dan ordo- ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.

Masa Skolastik Akhir

Masa skolastik akhir ditandai dengan

kemalasan berpikir filsafat sehingga menyebabkan stagnasi pemikiran filsafat skolastik kristik, meskipun demikian masih muncul tokoh yang terkenal pada masa ini, yaitu Nicolas Cusanus (1401-1404 M). dari pemikiran filsafatnya ia membedakan tiga macam pengenalan yang kurang sempurna.

Rasio membentuk konsep-konsep atas dasar pengenalan indriawi dan aktivitasnya sama sekali dikuasai oleh prinsip-prinsip nonkontradiksi. Tetapi pengenalan rasioanal tidak melebihi dugaan saja. Rasio hanya secara kasar mencapai realitas.

3. Skolastik Thomas Aquinas (1225-1274)

Puncak tradisi pemikiran skolatisisme adalah pada masa Thomas Aquinas. Ia adalah seorang pendeta dominikan Gereja Katolik. Karya filsafatnya yang terpenting adalah multivolume summa contra gentiles (sebuah rangkuman melawan orang kafir), sedangkan sums theological (rangkuman teologi) menjadi karya teologinya – yang disajikan

(12)

secara sistematis – yang dipersembahkan bagi orang-orang yang ingin menjadi biarawan dan pendeta. Karya tersebut menjadi rangkuman definitive filsafat Katolik.

Dalam banyak hal Thomas Aquinas lebih dipengaruhi oleh filsafat Aristoteles ketimbang Plato. Karena begitu gandrungnya dengan pemikiran Aristoteles, ia menganggap sang filsuf sebenarnya adalah Ariestoteles. Karenanya, ia memberi tempat khusus atau pemikiran Aristetolian dalam tradisi Kristen dengan memberi penghargaan yang relative tinggi terhadap dunia alamiah dan pengetahuan manusia. Bahkan, Thomas Aquinas tidak hanya menyajikan dunia alamiah sebagai hal yang nyata dan dapat diketahui, tetapi juga sebagai suatu refleksi hukum Tuhan. Metafisika bagi Thomas Aquinas mengarah pada pengetahuan atas Tuhan. Akal budi harus digunakan untuk memikirkan hakikat kehidupan dunia dan alam semesta. Dengan begitu, tidak salah kalau Thomas Aquinas lebih dengan sebagai pemikir empiris ketimbang idealis.

Perkembangan filsafat bahasa menuju pada dua arah yaitu pertama dengan ditentukannya grammatika sebagai pilar pendidikan latin serta bahasa latin sebagai titik sentral dalam khasanah pendidikan maka pemikiran spekulatif filosofis memberikan dasar yang kokoh bagi ilmu bahasa. Kedua oleh karena sistem pendidikan dan pemikiran filosofis pada saat itu sangat akrab dengan teologi, maka analisis filosofis diungkapkan melalui analisis bahasa sebagaimana dilakukan oleh Thomas Aquinas. Kemudian dasar-dasar yang mendukung berkembangnya ilmu bahasa antara lain konsep pemikiran kaum Modistae dan konsep bahasa spekulativa (Cahyani, 2013:15).

Pemikiran Thomas Aquinas

Pemikiran Thomas yang lekat dengan teologi tersebut dalam sistematika filsafatnya merupakan karya terbesar pada periode abad pertengahan terutama karyanya yang berjudul Summa Theologiae (ikhtisar teologi) , Bertens 1989:35(dalam Cahyani, 2013:15). Pemikiran filosofis Thomas sangat dipengaruhi terutama oleh filsafat Aristoteles.

Analisis bahasa

Analisis bahasa praktis menjadi metode yang akrab dalam penuangan pemikiran-pemikiran filosofis. Dalam pemikiran filosofis, Thomas menggunakan ungkapan-ungkapan dengan melalui bahasa yang bersahaja, terang dan berbentuk murni. Untuk mencapai suatu kebenaran dalam sistem pemikirannya Thomas menggunakan analisis bahasa melalui penalaran logis dengan menggunakan prinsip deduksi yang dilakukan dengan melalui analisis premis.

(13)

Analogi dan metafor

Dalam filsafat Thomas doktrin tentang ‘analogi’ sebenarnya dimaksudkan justru untuk mengangkat wacana teologis ke taraf ilmiah filosofis sebagaimana dilakukan Aristoteles dan menghindarkan diri dari wacana puitik religius (Sugiharto, 1996:124). Selain melalui analogi upaya Thomas untuk mengangkat wacana teologi ke tingkat wacana ilmiah filosofis ia mengembangkan melalui metafor. Adanya dilema yang kemudian dipecahkan oleh Thomas melalui karyanya dengan menggunakan analisis bahasanya terutama melalui analogi dan metafor.

Mazhab Modistae

Kaum Modistae menaruh perhatian terhadap pemikiran hakikat bahasa secara tekun mereka mengembangkan dan nama Mostae muncul karena ucapan mereka yang dikenal dengan ‘De modis Significandi’. Dalam konsep pemikiran kaum Modistae ini unsur semantik mendapat perhatian yang utama dan digunakan pula dalam penyebutan definisi-definisi bentuk-bentuk bahasa.

Konsep Bahasa Spekulativa

Konsep bahasa spekulativa adalah merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin seperti yang dirumuskan oleh Priscia dan Donatus ke dalam filsafat Skolastik. Tugas dari konsep bahasa spekulativa adalah untuk menemukan prinsip-prinsip tempat kata-kata sebagai sebuah tanda dihubungkan pada satu pihak dengan intelek manusia dan pada pihka lain dihubungkan kepada benda yang ditunjuk atau yang diwakilinya. Disimpulkan pula bahwa prinsip-prinsip bersifat universal dan konstan.

Kaum spekulativa berdasarkan filsafat metafisik mereka ingin mendeskripsikan bahwa semua bahasa mempunyai kesamaan jenis kata dan kategori-kategori gramatikal lainnya. Seorang tokoh yang terkenal pada masa itu yaitu Peter Helias yang secara garis besar doktrin Priscia akan tetapi ia selalu memberikan komentar berdasarkan logika Aristoteles, dan logika ini dipakai sebagai dasar kaidah penuturan bahasa yang benar dalam zaman itu Parera, 1983:59 (dalam Cahyani, 2013:22).

(14)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Abad petengahan dimulai setelah runtuhnya kerajaan Romawi pada saat abad ke-5 M dinyatakan sebagai abad pertengahan karena zaman ini berada di tengah-tengah antara dua zaman, yaitu zaman kuno dan zaman modern. Abad pertengahan ini sejalan dengan berkembangnya periode filsafat yang disebut skolastik yang merupakan pertemuan antara pemikiran Aristoteles yang hidup kembali filsuf-filsuf Islam dan Yahudi dan Imam Kristiani.

Untuk mengetahui corak filsafat abad pertengahan, perlu dipahami karakteristik dan ciri has pemikirannya, yaitu: (1) Cara berfilsafat dipimpin oleh gereja, (2) Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles, (3) Berfilsafat dengan pertolongan Agustinus. Sejarah garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi dua pariode yaitu periode Skolastik Islam dan pariode Skolastik Kristen.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Haryati, dkk. 2017. Makalah Filsafat Bahasa (Bahasa Sebagai Sumber Perhatian Filsafat Zaman Romawi dan Zaman Pertengahan).

https://haryati2017.wordpress.com/2017/03/22/makalah-filsafat-bahasa-bahasa-sebagai- sumber-perhatian-filsafat-zaman-romawi-dan-zaman-pertengahan/ Diakses pada 18 Oktober 2022 pukul 02.44

Cahyani, Linda Dwi. 2013. Makalah Filsafat

Bahasa (http://materilindadwicahyani.blogspot.co.id) diakses pada 18 Oktober 2022 pukul 02.45

Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Referensi

Dokumen terkait