• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa mineral strategis yang

N/A
N/A
Muhammad Dhani Gumilang 24@9

Academic year: 2023

Membagikan "Beberapa mineral strategis yang "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Beberapa mineral strategis yang sedang banyak dibicarakan di Indonesia saat ini beserta definis, aplikasi dan model geoligi nya :

1. Nikel

Nikel yang diproduksi di Indonesia umumnya adalah nikel laterit. Nikel laterit berasal dari pelapukan batuan ultramafik, yaitu jenis batuan yang mengandung mineral seperti olivin, piroksen, dan serpentin. Batuan ini terbentuk dari kristalisasi magma yang berasal dari mantel bumi dan memiliki komposisi kimia yang kaya akan magnesium dan besi. Proses pelapukan batuan ultramafik yang terjadi di daerah dengan kondisi iklim tropis yang lembap, seperti di Indonesia, menyebabkan mineral-mineral nikel terkandung dalam batuan tersebut terlepas dari batuan utama dan terakumulasi di atas tanah menjadi endapan nikel laterit. Endapan nikel laterit terbentuk melalui proses pelapukan, perkolasi, oksidasi dan leaching, yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk terjadi dan memerlukan kondisi geologi dan iklim yang spesifik.

Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia. Nikel digunakan sebagai bahan baku untuk produksi stainless steel dan baterai lithium-ion. Permintaan nikel diperkirakan akan terus meningkat dengan semakin populernya kendaraan listrik dan teknologi baterai.

2. Timah

Timah di Indonesia terbentuk dari endapan bijih timah alluvial yang terbentuk dari proses pelapukan batuan granitik dan sedimen. Batuan granitik mengandung kandungan timah dalam jumlah yang kecil, tetapi karena proses pelapukan yang terjadi selama jutaan tahun, partikel- partikel timah yang terkandung dalam batuan tersebut terbawa oleh aliran sungai dan terendapkan di daerah-daerah yang lebih rendah dan datar seperti lembah dan delta sungai.

Endapan bijih timah alluvial ini biasanya terletak di sekitar aliran sungai yang besar dan membutuhkan teknik penambangan yang khusus untuk mengambil partikel timah dari pasir dan kerikil. Indonesia adalah produsen timah terbesar kedua di dunia setelah Cina, dengan sebagian besar produksi timah datang dari Pulau Bangka dan Belitung. Indonesia adalah produsen timah terbesar kedua di dunia setelah Cina. Timah digunakan sebagai bahan baku untuk produksi solder, baterai, dan pigmen.

3. Tembaga

Indonesia memiliki cadangan tembaga yang cukup besar. Endapan bijih tembaga terbentuk melalui proses geologi yang kompleks, termasuk intrusi magma ke dalam batuan induk dan pengendapan mineral oleh fluida hidrotermal di dalam batuan beku dan sedimen. Proses

(2)

pembentukan bijih tembaga dimulai dari adanya aktivitas magma yang membawa mineral tembaga dalam bentuk cairan atau gas ke dalam batuan di bawah permukaan bumi. Kemudian, batuan di sekitarnya teroksidasi dan terkonsentrasi oleh fluida hidrotermal yang mengandung mineral tembaga. Proses ini dapat memakan waktu ribuan atau bahkan jutaan tahun untuk terjadi.

Di Indonesia, deposit bijih tembaga utama terdapat di Pulau Papua dan sekitarnya, terutama di wilayah pegunungan dan dataran tinggi yang kaya akan mineral. Di daerah-daerah ini, batuan beku vulkanik seperti andesit dan dasit yang mengandung mineral tembaga, teroksidasi dan terkonsentrasi membentuk bijih tembaga. Proses pengendapan mineral tembaga dalam endapan bijih juga dapat dipengaruhi oleh keberadaan sumber panas, tekanan, dan waktu yang cukup lama. Tembaga sering berasosiasi dengan emas terutama dalam nedapan tembaga epitermal seperti porfiri, LS, IS, dan HS.

Tembaga digunakan untuk produksi kabel listrik, peralatan rumah tangga, kendaraan, dan konstruksi.

4. Emas

Indonesia memiliki tambang emas yang cukup besar, terutama di Papua dan Sumatera. Emas terbentuk melalui proses geologi yang sangat kompleks dan memakan waktu yang sangat lama.

Bijih emas biasanya terbentuk melalui pengendapan mineral emas.

Proses pembentukan bijih emas dimulai dari adanya aktivitas magma yang membawa mineral emas dalam bentuk cairan atau gas ke dalam batuan di bawah permukaan bumi. Kemudian, batuan di sekitarnya teralterasi dan mieral emas tadi terkonsentrasi ke batuan samping oleh fluida hidrotermal. Proses ini dapat memakan waktu ribuan atau bahkan jutaan tahun untuk terjadi. Secara umum tipe endapan emas berdasarkan proses tersebut adalah porfiri, HSE, LSE, ISE, dan skarn.

Bijih emas juga dapat terbentuk melalui proses alluvial atau terendapkan oleh aliran sungai.

Tipe endapan ini sering disebut dengan tipe emas placer. Proses ini terjadi ketika partikel- partikel emas terkikis dari batuan di sekitarnya dan terbawa oleh aliran air hingga akhirnya terendapkan di dasar sungai atau danau.

Emas digunakan sebagai logam mulia dan juga sebagai bahan baku untuk produksi perhiasan dan industri elektronik.

(3)

5. Batu bara

Batu bara berasal dari fosil tumbuhan yang mengalami pengubahan atau transformasi melalui proses yang dikenal sebagai karbonisasi. Proses ini terjadi ketika tumbuhan mati terkubur dalam lapisan sedimen di dasar laut atau danau, dan terkena tekanan serta suhu yang tinggi selama jutaan tahun.

Karbonisasi mengubah bahan organik seperti lignin dan selulosa dalam tumbuhan menjadi karbon dan hidrokarbon. Proses ini menghasilkan batu bara dengan berbagai jenis dan kualitas, seperti batu bara antrasit, bituminus, sub-bituminus, dan lignit.

Batu bara yang terbentuk dari tumbuhan terdiri dari karbon, sedikit belerang, mineral pengotor, volatile dan ash matter, serta residu organik lainnya. Kandungan karbon dalam batu bara yang lebih tinggi menghasilkan batu bara yang lebih berkualitas, yang digunakan sebagai bahan bakar dalam pembangkit listrik dan industri. Sedangkan kandungan belerang yang lebih tinggi dapat menghasilkan sulfur dioksida yang berbahaya bagi lingkungan.

Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan batu bara terbesar di dunia. Kandungan batu bara di Indonesia terutama terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Batu bara adalah salah satu sumber daya alam yang penting bagi perekonomian Indonesia karena digunakan sebagai bahan bakar dalam pembangkit listrik, industri, dan transportasi.

6. Bijih besi

Bijih besi terbentuk dari proses geologi yang melibatkan pengendapan mineral besi dalam bentuk oksida, seperti magnetit (Fe3O4) dan hematit (Fe2O3), di dalam batuan. Proses ini dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain:

1. Pengendapan di dasar laut atau danau: Bijih besi dapat terbentuk melalui pengendapan mineral besi dari air yang mengalir di dasar laut atau danau yang terisolasi.

2. Pelapukan batuan besi: Bijih besi juga dapat terbentuk melalui pelapukan batuan yang mengandung mineral besi, seperti magnetit dan hematit.

3. Proses hidrotermal: Bijih besi dapat terbentuk melalui proses hidrotermal, yaitu ketika fluida hidrotermal mengalir melalui celah dan rekahan dalam batuan samping dan membawa mineral besi. Batuan samping yang berinteraksi dengan fluida tersebut akan ter alterasi dan menghasilkan mineral bijih besi.

(4)

Indonesia memiliki cadangan bijih besi yang cukup besar, terutama di daerah-daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Bijih besi adalah bahan baku penting untuk industri pembuatan besi dan baja, yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur, manufaktur, dan berbagai sektor ekonomi lainnya.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Angeles, Ciceron A., Sukmandaru Prihatmoko, & James S. Walker. 2001. A Low- Sulphidation Epithermal Quartz-Adularia Gold-Silver Vein System at the Cibaliung Gold Project, Banten, Indonesia. Yogyakarta: Proceedings of The 30th IAGI Annual Conference and Exhibition.

Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Edward, R. K, Atkinson. 1986. Placer and Paleo-placers in Ore Deposit Geology and its Influence on Mineral Exploration. Springer, Dodrecht., pp 175 -274.

Evans, Anthony M.. 1993. Ore Geology and Industrial Minerals: An Introduction.

Oxford, United Kingdom: Blackwell Publishing.

Mardiah. 2013. Karakteristik Endapan Timah Sekunder Daerah Kelayang dan Sekitarnya Kebupaten Bangka Barat. Jurnal Promine., 1(1)., 14 hlm

Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. Penerbit ITB. Bandung.

Syafrizal, 2011. Karakterisasi Mineralogy Endapan Nikel Laterit di daerah Tinanggea Kabupaten Palangga Provinsi Sulawesi Tenggara. JTM. XVIII (4/2011).

Tonggiroh, A., Mustafa, M., Suharto, 2012. Analisis Pelapukan Serpentin dan Endapan Nikel Laterit Daerah Pallangga Kabupaten Palangga Sulawesi Tenggara.

Referensi

Dokumen terkait

Tolerance characteristics of plants to acid soils Figure 5a and b shows the relationship between plasticity index IP and liquid limit WL, which shows soil conditions under different

Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed Based on table 4.4, the results of the SPSS 25 output from each statement on variable x meet the requirements, with the number of