• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan melihat latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana metode pengambilan keputusan dalam syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Dengan melihat latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana metode pengambilan keputusan dalam syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Prinsip-prinsip umum syûrâ terdapat dalam Al-Qur’an, surat al-Baqarah ayat 233, surat al-Syurâ ayat 38 dan surat Ali Imran ayat 159, maka jika kita mengetahui praktik pengambilan keputusan dalam musyawarah Nabi Muhammad di Madinah, terdapat banyak metode yang berbeda-beda antara satu keputusan dengan keputusan lainnya, sehingga tidak ada metode yang baku atau baku dalam melaksanakan syura. Melihat latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah metode pengambilan keputusan syurâ pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam metode pengambilan keputusan syurâ pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah, ada tiga hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, Nabi Muhammad SAW tidak sembarangan dalam mengambil keputusan, beliau menghargai dan menghormati tradisi lokal ketika melakukan musyawarah yang melibatkan komponen masyarakat yang ada. Syûrâ pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah, ditinjau dari sudut pandang politik, sesuai dengan teori politik Barat modern yaitu “partisipasi politik”. Jika teori partisipasi politik Barat berfokus pada jumlah suara terbanyak, maka teori partisipasi politik Nabi Muhammad lebih pada kualitas pendapat yang diungkapkan.

ﺪﻤﺤﻟاﮫﻟﻟ

ﺐرﺎﻌﻟا

وﻣأر

ﻼﺻﻟاوة

ﻼﺴﻟاوﻢ

ﻰﻟﻋﻒرﺷأ

ﺎﯾﺑﻧﺀ

ﻰﻟﻋوﮫﻟآ

وﮫﺑﺎﺣﺻأ

Irfan Firdaus, selaku dosen konsultan akademik yang selalu membimbing dan memberikan motivasi selama menempuh studi. Siti Nurfaizah, Mbak Faza, Ka' Hasan Bashori, Ka' Halal Marzuki, Ka' Nizar Hamdun, Lek Solekah, De'.Trisni, De' Trisno yang selalu mengirimkan doa dan siraman motivasi serta keponakan yang selalu membahagiakan hati De' Nunung, De'Mila, De'Kamal, De'Sarif dan De'Ni'mah, De'. De'Ella Imoet yang Insya Allah menjadi pendamping hidup penulis, terima kasih atas jasa dan pengorbanannya selama ini.

Sahabat yang bernasib sama dengan SKI angkatan 2010, kalian yang selalu ada dalam suka dan duka yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا ّبر ﷲ ﺪﻤﺤﻟا

Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka fokus masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah praktik pengambilan keputusan politik Nabi Muhammad SAW di Madinah yang dilakukan melalui syûrâ atau musyawarah, sehingga syûrâ atau musyawarah menjadi sebuah pengambilan keputusan. membuat metode bagi pemimpin. Garis waktu dalam penelitian ini dimulai pada tahun 622 M, masa ini dianggap penting karena tahun tersebut merupakan awal kepemimpinan Nabi Muhammad SAW hingga berakhirnya kepemimpinan beliau pada tahun 632 M.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Hubungan antara karya ini dan penelitian ini menyangkut aspek kepemimpinan seseorang yang juga berunding. Karya ini membahas tentang sistem syûrâ sebagai sebuah institusi atau adat istiadat yang berkembang di kalangan masyarakat Arab pra-Islam dan kemudian diadopsi oleh Islam. Pembahasan pada buku di atas berkaitan dengan penelitian ini, yaitu pada bab kelima, ritual politik.

Perbedaan penelitian ini dengan buku adalah penelitian ini akan fokus pada pembahasan penerapan sistem syûrâ yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW pada pemerintahan Madinah, sedangkan pembahasan syûrâ pada buku hanya berfokus pada analisis sejarah berbagai masa pra-Islam. Ritual Arab yang dianut Islam. . Karya ini menjelaskan konsep syûrâ sebagai antitesis terhadap konsep demokrasi, sehingga terlihat jelas perbedaan keduanya. Karya ini juga menjelaskan strategi Nabi Muhammad SAW dalam membangun kota Madinah sebagai pemerintahan yang merdeka.

Penelitian ini fokus menganalisis konsep syûrâ yang terdapat dalam surat Ali ‘Imran menurut tafsir al-Misbah M. Karya ini mempunyai persamaan atau keterkaitan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas tentang syûrâ atau pertimbangan. Bedanya, karya ini merupakan kajian terhadap pemikiran seorang tokoh (Quraish Shihab) mengenai konsep syurâ pada surat Ali ‘Imran ayat 159, sedangkan penelitian ini merupakan kajian sejarah sistem syurâ pada masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW. . Muhammad di Madinah.

Penelitian ini sama sekali bukan penelitian sejarah dan uraian syurâ dijelaskan dari sudut pandang Fiqih Siyasah. Dalam karya-karya tersebut terdapat penjelasan mengenai konsep syûrâ, namun sulit menemukan pembahasan yang lengkap dan menyeluruh, mulai dari gambaran umum tradisi masyarakat Arab hingga berjalannya sistem syûrâ pada masa pemerintahan Nabi. . Muhammad di Madinah.

Landasan Teori

Oleh karena itu, fokus kajian ilmu politik tidak pernah jauh dari perilaku pemerintahan, keputusan, kebijakan, rekrutmen, suksesi, massa dan pemilu, konflik dan konsensus.6 Dalam politik, persoalan kepemimpinan biasanya dipandang sebagai faktor penentu dan selalu menjadi kriteria. . Otoritas yang memperoleh legitimasinya dari karisma, yaitu otoritas yang didasarkan pada kesetiaan pengikutnya terhadap kesucian yang luar biasa, kepribadian yang patut diteladani, kepahlawanan, atau kekuatan khusus. Kekuasaan yang mempunyai legitimasi tradisional, yaitu kekuasaan yang didasarkan pada kepercayaan yang mapan terhadap kesucian tradisi kuno dan legitimasinya dalam menjalankan kekuasaan berdasarkan tradisi tersebut.

Kewenangan yang memperoleh legitimasi hukum-rasional, yaitu kewenangan yang didasarkan pada keyakinan akan legalitas tertulis dan hak orang yang diberi kewenangan berdasarkan aturan yang akan dikeluarkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Weber yaitu kewenangan yang mempunyai kharisma dan legitimasi hukum-rasional. Dari sudut pandang kharisma wibawa ini, peneliti melihat bagaimana kharisma Nabi Muhammad SAW sejak kecil menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan diakui oleh masyarakat Mekkah, sehingga para pengikutnya mengikutinya dengan setia dan patuh sehingga menjadikannya sebagai teladan. untuk hidup.

Kemudian perspektif teori otoritas legal-rasional digunakan peneliti untuk melihat Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh masyarakat Madinah dan untuk mengarahkan keberhasilannya agar beliau melaksanakan syûrâ dengan otoritasnya. Marsana Windhu, berpendapat bahwa “keperkasaan (kekuasaan) adalah hubungan yang bersifat eksploitatif dan menindas (tekanan).” 10 Hal ini sesuai dengan pendapat Mohtar Mas’oed Nasikun yang berpendapat bahwa kekuasaan adalah hasil dari suatu hubungan. 9 Miriam Budiharjo, “Konsep Kekuasaan: Tinjauan Pustaka”, dalam Miriam Budiharjo (ed.), Berbagai Pemikiran tentang Kekuasaan dan Kewenangan (Jakarta, PT Sinar Harapan, 1984), hal. 13-17.

Ada beberapa pengertian yang berkaitan erat dengan kekuasaan, yaitu otoritas (otoritas, wewenang), legitimasi (legitimasi, legitimasi), kekuasaan (power, power), 12 dalam bahasa inggris istilah power identik dengan force, energy dan power yang artinya secara umum , kemampuan untuk melakukan segala upaya untuk mencapai suatu tujuan atau kemampuan untuk mempengaruhi sesuatu atau sesuatu.13. Menurut Miriam Budiharjo, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi perilaku orang atau kelompok lain agar perilaku tersebut sesuai dengan keinginan dan tujuan orang yang mempunyai kekuasaan tersebut.14 penulis menggunakan Teori kekuasaan Miriam Budiarjo karena penulis melihat Nabi Muhammad mempunyai pengaruh yang besar dalam mengendalikan masyarakat Madinah agar sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka.

Metode Penelitian

Langkah kedua, penulis memilih sumber data yang dikumpulkan, kemudian melakukan pengecekan keabsahan sumber (keaslian), yang dilakukan dengan kritik eksternal dengan cara meneliti penulis artikel dan sumber yang digunakan penulis. Selain itu, peneliti juga menelaah bahasa yang digunakan dan membandingkan sumber satu dengan sumber lainnya.18 Selain kritik eksternal untuk mendapatkan validitas mengenai keabsahan sumber, peneliti juga melakukan kritik internal. Kritik internal dilakukan dengan cara menelaah isi tulisan dan membandingkannya dengan tulisan lain guna memperoleh data yang autentik.

Penafsiran ini dilakukan dengan menganalisis peristiwa yang diteliti dan didasarkan pada pendekatan yang digunakan yaitu politik. Pada tahap ini, hasil pencarian sumber, mengkritisi sumber, dan menafsirkan sumber dicatat secara tertulis dalam sistem penulisan yang baku. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologis sangatlah penting.19 Dalam penulisan ini, penulis memaparkan data-data yang ditemukan berdasarkan urutan kronologis, sehingga menjadi fakta sejarah.

Lapisan pertama merupakan lapisan fakta, kemudian lapisan kedua merupakan kumpulan fakta, sehingga menjadi suatu cerita sejarah yang runtut.20 Kedua lapisan ini akan muncul dalam tahapan historiografi, yang disusun secara deskriptif-analitis dan kronologis, berdasarkan pada sistem yang sistematis, yang terbagi dalam lima bab pembahasan.

Sistematika Pembahasan

Pembahasan pada bab ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi masyarakat Madinah pra Islam, serta berbagai kebijakan politik mengenai syûrâ, sehingga pada bab berikutnya dapat diketahui adanya hubungan atau korelasi yang ada dengan syûrâ. berkenaan dengan metode syûrâ pada masa pra Islam dan masa Islam. Uraian pada bab ini diawali dengan penjelasan tentang latar belakang kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di Madinah, sehingga Nabi SAW mempunyai wewenang atau wewenang untuk melaksanakan syura pada masa pemerintahannya. Bab terakhir juga menyebutkan saran penulis mengenai sistem syurâ dalam pemerintahan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Dari uraian dan pembahasan syûrâ pada masa pemerintahan Nabi Muhammad saw di Madinah, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa situasi dan kondisi masyarakat Madinah saw sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, kehidupan mereka dipenuhi dengan konflik dan peperangan antar suku dan kelompok. Prinsip syura yang terkandung dalam Al-Qur'an kemudian dipahami dan diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, praktik musyawarah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai cara yang baku dalam mengambil keputusan.

Selain itu, pelaksanaan syura pada masa Nabi Muhammad SAW selalu berpedoman pada prinsip keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kontrol. Dari segi politik, Syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah mencerminkan bahwa Nabi Muhammad telah menerapkan kebijakan yang tepat pada saat itu dan sejalan dengan teori politik modern saat ini, yaitu “partisipasi politik”. Syûrâ juga menyatakan pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah bahwa seluruh elemen masyarakat mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapat dan berpartisipasi aktif dalam menentukan kebijakan politik.

Namun teori partisipasi politik ala Barat modern dan teori Nabi Muhammad SAW mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama mempunyai keterbatasan tertentu dalam teknis pelaksanaannya, yaitu tidak seluruh masyarakat menjadi dewan musyawarah, melainkan hanya wakil-wakil yang mampu. pada bidang tertentu saja sudah cukup. Jadi dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam musyawarah hanya mencari ide-ide terbaik dari yang baik sebelum mengambil keputusan.

Saran

Machfud, Sahal, “Bahsul Masa’il dan Istimbat Hukum NU: Catatan Singkat” dalam kata pengantar buku Kritik Nalar Fiqh NU. Nurcholish Madjid, “Mengingat kemanfaatan menangkap makna dan semangat hukum agama, kasus Ijtihad Umar Ibnu al-Khatab” dalam Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana validitas, praktikalitas, dan