• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Epidemiologi Kesehatan Mental

N/A
N/A
bella indah

Academic year: 2023

Membagikan "Tugas Epidemiologi Kesehatan Mental"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENUGASAN ASINKRON MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL

PERTEMUAN MINGGU KEDUA

OLEH:

BELLA INDAH PUSPITA SARI NIM: 113221083

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2023

(2)

Tugas Epidemiologi Kesehatan Mental 1. Apa perbedaan dari prevalensi dan insidensi?

- Insidensi adalah ukuran resiko penyakit atau sebagai ukuran untuk menemukan beban penyakit dari jumlah kasus baru suatu penyakit selama jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah orang yang beresiko terkena penyakit tersebut selama jangka waktu yang sama.

- Prevalensi adalah jumlah orang yang terkena dampak dalam suatu populasi dari kasus baru suatu penyakit dalam satu periode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode waktu tertentu.

2. Bagaimana estimasi prevalensi dihitung dan dilaporkan?

Prevalensi = ∑ jumlah individu sakit

∑ jumlah seluruh populasix 1000

Estimasi prevalensi biasanya dilaporkan dalam bentuk persentase yang menunjukkan seberapa besar proporsi populasi yang terkena gangguan mental pada saat survei dilakukan.

3. Mengapa gangguan mental menggunakan estimasi prevalensi?

Estimasi prevalensi membantu mengukur sejauh mana gangguan mental mempengaruhi populasi. Dengan mengetahui seberapa umumnya gangguan mental tersebut, peneliti dan pihak berwenang dapat menilai beban penyakit yang ditimbulkan oleh gangguan tersebut pada tingkat populasi. Ini membantu dalam alokasi sumber daya yang tepat untuk perawatan dan intervensi. Prevalensi pada populasi umum biasanya lebih tinggi dibandingkan prevalensi yang dinilai pada fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun alat ukur yang digunakan pada berbagai survei yang terdapat pada studi metaanalisis tersebut bervariasi, seperti menggunakan Composite International Diagnostic Interview (CIDI), Structure Clinical Interview for DSM IV (SCID), Schedules for Clinical Assessment in Neuropsychiatry (SCAN), diagnosis klinis, dan sebagainya.

(3)

4. Bagaimana prevalensi gangguan mental di Indonesia?

Dalam masa tiga dekade (1990 – 2017), terjadi perubahan pola penyakit mental, dimana yang mengalami peningkatan DALYs diantaranya skizofrenia, bipolar, autis, dan gangguan perilaku makan. Gangguan depresi tetap menduduki urutan pertama dalam tiga dekade. Gangguan deprsi dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun), dengan prevalensi 6,2%.

Pola prevalensidepresi semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia, tertinggi pada umur 75+ tahun sebesar 8,9%, 65-74 tahun sebesar 8,0% dan 55- 64 tahun 6,5%.

Kasus gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 meningkat. Peningkatan ini terlihat dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang memiliki ODGJ di Indonesia. Ada peningkatan jumlah menjadi 7 permil rumah tangga. Artinya per 1000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga dengan ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat. Prevalensi (permil) Rumah Tangga dengan ART Gangguan Jiwa Skizofrenia/Psikosis menurut Tempat Tinggal menunjukkan yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia/psikosis lebih banyak di perdesaan daripada di perkotaan.

Dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 terdapat indicator kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza yaitu indikator jumlah kabupaten/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dengan target 230 kabupaten/kota tahun 2018 dan dengan capaian sebanyak 247 kabupaten/kota.

Referensi

Dokumen terkait

1 Kerangka Penelitian MATERIAL Lempung METODE Pembuatan Larutan Adsorpsi Ion Logam Pb2+ Karakterisasi VARIABEL Variasi massa adsorben 0,1; 0,3 dan 0,5 gram Variasi waktu

Belajar Algoritma Pemograaman di Universitas Muhammadiyah