• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG INTERNA RUMAH SAKIT UMUM SAWERIGADING KOTA PALOPO PERIODE APRIL - MEI 2011 - Karya Tulis Ilmiah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG INTERNA RUMAH SAKIT UMUM SAWERIGADING KOTA PALOPO PERIODE APRIL - MEI 2011 - Karya Tulis Ilmiah"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di ruang internal RSU Sawerigading Palopo. Untuk mengetahui hubungan budaya dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap di ruang internal RSU Sawerigading Palopo.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kulit

Pengkajian Keperawatan pada Kulit a. Warna Kulit

Di bawah keadaan biasa, kulit agak kering, dan dalam keadaan patologi, kekeringan boleh didapati di kawasan bibir.

Mandi

Hal ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan berpenampilan segar (Tarwanto & Wartonah, 2006). Jari kaki yang dipukul dapat mengindikasikan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung, sedangkan kuku yang berlekuk atau menonjol dapat mengindikasikan cedera, kekurangan zat besi, dan infeksi.

Kutu 2. Ketombe

Botak (alopecia)

Radang pada kulit di rambut (seborrheio dermatitis)

Penilaian dilakukan terhadap warna, ukuran dan komposisi rambut, selain jenis rambut apakah berminyak atau kering.

Handuk secukupnya 2) Perlak atau pengalas

Sampo atau sabun dalam tempatnya 5) Kasa dan kapas

Sisir dan bengkok

Gayung dan ember kosong

Pada umumnya rambut yang bersih dan sehat ditandai dengan kondisi rambut (segar, tidak rontok, tidak ada tanda peradangan pada kulit kepala, dan pertumbuhan yang baik. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dijaga kebersihannya, karena melalui organ tersebut berbagai kuman bisa masuk.

Halitosis, bau nafas tidak sedap yang dapat disebabkan oleh kuman atau lainnya

Radang pada daerah gusi

Karies, radang pada gigi

Stomatitis, radang pada daerah mukosa dan rongga mulut

Peridontal desease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak)

Glostitis, radang pada lidah

Chilosis, bibir yang pecah – pecah

Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Perawatan diri dilakukan setelah melakukan berbagai prosedur medis atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan menjaga kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

  • K ondisi Fisik
  • Tahu (know)
  • Memahami (Comprehension)
  • Budaya
  • Status Ekonomi
  • Sarana Rumah Sakit

Perawatan dilakukan setelah makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti membantu memenuhi kebutuhan eliminasi (buang air besar dan usus halus), mandi atau keramas, melakukan perawatan kulit, melakukan pijat punggung, membersihkan mulut, kuku dan rambut serta membersihkan diri. tempat tidur pasien. Berbagai aktivitas yang dapat dilakukan antara lain memenuhi kebutuhan buang air besar (buang air besar dan kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut dan memijat area punggung. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai dan kebiasaan individu. Perbedaan budaya dan etnis pada keluarga yang dirawat di rumah sakit perlu mendapat perhatian karena dapat mempengaruhi siapa yang merawatnya, bagaimana memenuhi kebutuhan kebersihan diri.

Demikian pula pemenuhan kebutuhan personal hygiene membutuhkan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, perlengkapan mandi, yang semuanya membutuhkan uang (Roshana S, 2008). Masalah lain yang mereka hadapi adalah pembayaran layanan rumah sakit yang sangat bervariasi antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Dari sudut pandang pasien sebagai pembeli pelayanan kesehatan, biaya meliputi jumlah nilai dalam rupiah yang diperlukan sebagai pertukaran ekonomi atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit, baik yang dibayarkan langsung oleh pasien (out-of-pocket), penjamin (Pertanggungan).

Dalam suatu fasilitas kesehatan seperti rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, terdapat standar pelayanan yang dijadikan acuan bagi petugas rumah sakit, baik tenaga medis (dokter), paramedis (perawat) maupun tenaga non medis. Apabila fasilitas rumah sakit yang tersedia kurang maka dapat dipastikan kualitas manajemen dan pelayanan rumah sakit akan rendah. Fasilitas rumah sakit sangat penting untuk membantu memperlancar penyampaian tindakan kepada klien yang menjalani perawatan.

Tinjauan Umum Tentang Rawat Inap

Kepentingan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi agar kebutuhan keperawatan klien (individu, keluarga, dan masyarakat) terpenuhi. Keperawatan adalah pelayanan sosial yang esensial dan klien memiliki hak untuk menggunakan pelayanan asuhan keperawatan secara profesional. Peran perawat dengan individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya, yang meliputi pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien karena kelemahan fisik dan psikis, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan hingga kemandirian pasien (Gaffar Jumadi , 2000).

Perasaan tidak pasti dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa mereka alami dan sesuatu yang terasa menyakitkan (Supartini.Y, 2004). Untuk klien yang baru pertama kali dirawat biasanya melalui beberapa kali pemeriksaan oleh beberapa orang tanpa ada bayangan untuk dirawat di rumah sakit. Pasien atau orang yang tinggal di panti jompo terpaksa kehilangan kontak jangka panjang.

Dia merasa bahwa dia tidak lagi berada di lingkungan aman yang dia tinggali hampir sepanjang hidupnya. Dalam perawatan orang sakit, perawatan harian pasien rawat inap merupakan bagian penting dari keseluruhan paket tugas yang ada.

BAB III

  • Kerangka Konsep
  • Hipotesis
    • Hipotesa Alternatif (HA)
    • Hipotesa Nol (H0)
  • Variabel Penelitian
    • Identifikasi Variabel
    • Defenisi Operasional kriteria objektif a) Kondisi Fisik
  • Desain Penelitian
  • Populasi dan Sampel
    • Populasi
    • Sampel

Yang dimaksud dengan kondisi fisik dalam penelitian ini adalah penyakit yang mempengaruhi kemampuan untuk melakukan kebersihan diri. Mampu : jika median skor jawaban responden ≥ 9 Tidak mampu : jika median skor jawaban responden < 9 b) Pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah semua yang diketahui tentang personal hygiene dan tata cara pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Yang dimaksud dengan budaya dalam penelitian ini adalah tentang kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi praktik personal hygiene. Mendukung : jika median skor jawaban responden ≥ 8 Tidak mendukung : jika median skor jawaban responden < 8 d) Personal hygiene. Yang dimaksud dengan personal hygiene dalam penelitian ini adalah personal hygiene yang meliputi: kebersihan kulit, kebersihan kulit kepala dan rambut, kebersihan gigi dan mulut serta kebersihan kuku yang diamati langsung oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitis dengan pendekatan cross-sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau pengamatan terhadap data independen dan variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap di ruang dalam RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 02-31 Mei 2011 dan tercatat sebanyak 142 orang di register. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Purposive sampling didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya.

2 Keterangan

Pasien rawat inap di Ruang Interna

Bersedia menjadi responden

Pasien tidak bersedia menjadi responden

Pasien pulang paksa atau permintaan sendiri 3. Pasien meninggal

Tempat Dan Waktu Penelitian

  • Tempat Penelitian
  • Waktu penelitian

Instrumen penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan kuesioner. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberikan rangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala Likert dan skala Guttman. Untuk mengukur variabel personal hygiene digunakan lembar observasi pernyataan negatif dan digunakan skala Guttman, dimana setiap alternatif jawaban diberi skor yaitu 2 = tidak, 1 = ya. Soal kondisi fisik sebanyak 6 item dengan skor pada setiap alternatif jawaban yaitu 2 = ya, 1 = tidak.

Dikatakan mampu jika skor jawaban responden lebih dari atau sama dengan 9 dan dikatakan tidak kompeten jika jawaban responden kurang dari 9. Untuk mengukur pengetahuan responden tentang personal hygiene digunakan soal pilihan ganda sebanyak 10 item pertanyaan dengan skor pada setiap alternatif jawaban yaitu 1 = jawaban benar, 0 = jawaban salah. Pengetahuan responden dikatakan baik jika skornya sama dengan atau lebih besar dari 5 dan dikatakan buruk jika skornya kurang dari 5.

Pada variabel budaya digunakan skala Likert dari 3 item pertanyaan dengan memberikan skor pada setiap alternatif jawaban yaitu.

Tehnik Pengumpulan Data

  • Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang digunakan sebagai data pelengkap data primer yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang diperoleh dari RSUD Sawerigading Palopo.

Pengolahan Dan Analisa Data

  • Analisa Data

Yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat signifikansi α = 0,05.

Etika Penelitian

  • Lembar Persetujuan (Informed consent)
  • Tanpa Nama (Anonimity)
  • Kerahasiaan (Confidentiality)

Hasil Penelitian

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner yang diisi oleh responden.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  • Analisis Univariat a. Kondisi Fisik
  • Analisis Bivariat

Berdasarkan Tabel 5 diatas terlihat bahwa dari hasil survey dengan 58 responden, 9 (90%) mampu memenuhi kondisi fisiknya dan 90% memenuhi personal hygiene, sedangkan 6 responden (12,5) tidak terpenuhi. seperti kebersihan pribadi tidak terpenuhi. Berdasarkan analisis data dengan Chi-Square diperoleh p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat bahwa dari hasil penelitian dengan 58 responden, 8 (80%) memiliki pengetahuan baik dan personal hygiene terpenuhi sedangkan 9 responden (18,8%) tidak. Responden yang memiliki pengetahuan dan higiene perorangan kurang puas sebanyak responden yang memiliki higiene perorangan tidak puas. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. .

Berdasarkan tabel 7 diatas didapatkan hasil dari hasil penelitian dengan 58 responden, budaya yang mendukung dan personal hygiene terpenuhi oleh 7 responden (70%) sedangkan tidak terpenuhi sebanyak 4 (8,3). yang tidak mendukung dan higiene perorangan terpenuhi sedangkan higiene perorangan tersebut tidak begitu terpenuhi. Berdasarkan analisis data dengan Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya dengan pemenuhan kebutuhan pribadi. kebutuhan kebersihan.

Pembahasan

  • Hubungan kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
  • Hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
  • Hubungan budaya dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene

Hasil penelitian dari 58 responden yang memiliki pengetahuan dan personal hygiene baik terpenuhi sebanyak 8 (80%) dan yang belum memenuhi personal hygiene sebanyak 9 responden (18,8%), sedangkan responden dengan pengetahuan dan personal hygiene kurang sebanyak sebanyak 2 (20%) dan 39 responden (81,2) tidak terpenuhi. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pengetahuan responden. kebersihan diri kurang, tindakan responden berdasarkan apa yang diketahuinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 (70%) dari 58 responden memiliki budaya yang mendukung dan memenuhi personal hygiene, sedangkan 4 (8,3) tidak.Sedangkan jumlah responden dengan budaya yang tidak mendukung dan memenuhi personal hygiene. terpenuhi, 3 (30%) dan personal 44 responden (91,7) tidak memenuhi higiene Dari hasil uji chi-square terlihat bahwa nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka kita dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penting antara budaya dan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Jika dilihat dari hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki budaya yang tidak mendukung dimana budaya tersebut menghalangi penerapan personal hygiene. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden masih mempercayai mitos atau larangan yang menghalangi penerapan personal hygiene, antara lain tidak mandi saat sakit karena akan memperparah penyakit, tidak memotong kuku karena akan memperpendek umur. , tidak bisa keramas karena. Namun, masih ada responden yang tidak percaya lagi dengan mitos atau larangan yang menghalangi pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

Kesimpulan

  • Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan nilai signifikansi p =
  • Ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan signifikan p = 0,000 lebih kecil
  • Ada hubungan yang bermakna antara budaya dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan signifikan p = 0,000 lebih kecil

Saran

  • Di harapkan agar meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya personal hygiene dan perilaku hidup sehat
  • Di harapkan agar menambah buku referensi tentang personal hygiene dan metodologi penelitian agar dapat dipergunakan oleh mahasiswa

Kami berharap buku referensi tambahan tentang kebersihan pribadi dan metodologi penelitian akan tersedia untuk digunakan siswa, dan metodologi penelitian untuk digunakan siswa sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Besar harapan kami agar faktor perawat dimasukkan sebagai salah satu variabel penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai pembanding bagi peneliti selanjutnya. 2011), Tata cara pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Rawat Inap Pasien Demam Berdarah Dengue Anak di Rumah Sakit Bethesda.. Universitas Sanata