BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia merupakan seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. lanjut usia juga merupakan periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam ukuran, fungsi dan telah menunjukkan perubahan seiring berjalanya waktu. Proses penuaan pada seseorang tidak hanya di mulai dari suatu waktu, akan tetapi sejak awal kehidupan dengan proses yang sangat panjang. Menjadi tua adalah pendekatan alami selangkah demi selangkah bagi seseorang yang telah berkembang melalui tiga tahap kehidupan: anak-anak, dewasa, dan tua. Ketiga tahap ini dapat dibedakan satu sama lain dan, baik secara biologis maupun psikologis. Karena bertambahnya usia, Anda akan melihat perubahan fisik seperti kulit kendur, rambut beruban, gigi yang hilang, pendengaran yang buruk, penglihatan yang menurun, gerakan mulai melambat, dan tubuh yang tidak seimbang. 1
Berdasarkan sensus penduduk 2020, persentase lansia di indonesia mencapai 9,92 persen atau sekitar 26,82 juta orang. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah dalam transisi menuju kondisi penuaan penduduk. Hal tersebut mengingat persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas telah berada di atas 7 persen dari keseluruhan penduduk dan akan berubah menjadi negara dengan struktur penduduk tua (ageing population) ketika angkanya di atas 10 persen.
Kondisi tersebut tentu tidak lepas dari peningkatan angka harapan hidup yang terbentuk dari berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Dan pada akhirnya, lansia diharapkan dapat turut berkontribusi dengan menjadi lansia yang sehat, tangguh, dan mandiri. 4
Berdasarkan sensus penduduk jambi 2020, memperlihatkan populasi lansia di Provinsi Jambi telah mencapai 7,90 persen atau sekitar 278.908 ribu orang dari keseluruhan penduduk. Penduduk lanjut usia dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu penduduk usia muda (60-69 tahun), penduduk paruh baya (70-79 tahun), dan penduduk lanjut usia (80 tahun keatas). Berdasarkan kelompok lanjut
usia, khususnya kelompok usia tua dan usia muda, terlihat bahwa proporsi lansia perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Namun, pada kelompok usia paru baya dan lebih tua, proporsi perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.5 Pada usia lanjut masalah kesehatan sering sekali terjadi sehingga lansia harus memperhatikan kebersihan diri mereka agar dapat mengurangi faktor penyakit pada lansia. Dampak yang disebabkan dari perilaku personal hygiene yang kurang seperti, dampak fisik dan dampak psikososial. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku, sedangkan dampak psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun dan gangguan dalam interaksi sosial.2
Untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan lansia. Personal hygiene adalah salah satu aspek yang paling penting untuk dipertimbangkan karena orang yang menjaga kebersihan yang baik memiliki risiko penyakit yang relatif rendah.
Meningkatkan kebersihan diri dari lingkungan yang mempengaruhi tingkat kesehatan. Kebersihan diri meliputi kebersihan kulit, kuku jari tangan dan kaki, rambut, gigi dan mulut, alat kelamin, serta hidung dan mata.3
Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dimana pada Pasal 138 disebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat.
Namun Data Kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan lebih dari separuh populasi lansia mengalami keluhan kesehatan. Jenis keluhan kesehatan yang dialami lansia yaitu panas sebanyak 33,43%, batuk sebanyak 62,56%, pilek sebanyak 42,36%, asma sebanyak 17,35%, diare sebanyak 6,3%, sakit kepala sebanyak 32,57%, sakit gigi sebanyak 5,56%.6
Keluhan-keluhan kesehatan ini terkait dengan kebersihan diri atau personal hygiene lansia. Personal hygiene yang kurang baik diimbangi dengan biologis lansia yang mengalami penurunan daya tahan fisik secara terus menerus, dan menjadikan lansia semakin rentan terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Personal hygiene senantiasa harus terpenuhi karena merupakan tindakan pencegahan primer yang spesifik untuk meminimalkan mikroorganisme bakteri yang pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Kebutuhan personal hygiene harus menjadi prioritas utama bagi lansia karena dengan personal hygiene yang baik membuat lansia memiliki resiko yang rendah untuk mengalami penyakit infeksi. Pada lansia kebutuhan seperti inilah yang hendaknya tetap terpenuhi, karena kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Personal hygiene haruslah mendapat dorongan yang kuat dari pribadi sendiri/atas kesadaran, sehingga terciptanya kebersihan yang dapat mencegah terjadinya penyakit.
Adapun hasil penelitian dari Chairil dan Hardiana (2017), menyatakan bahwa gambaran perilaku personal hygiene lansia yang tidak baik yaitu pada perawatan gigi dan mulut sebanyak 31 responden atau 52,5 % dan pada perawatan kuku yaitu sebanyak 41 responden atau 69,5 %. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kebiasaan lansia, faktor pendidikan lansia, dan usia lansia.7 Dari hasil penelitian dari Tantin Ermawanti (2016) menyatakan bahwa 35 orang lansia (80 %) telah melakukan pembersihan gigi dan mulut, dan hanya 9 orang lansia (20 %) yang tidak/jarang menggosok gigi. Namun demikian, kondisi kebersihan gigi dan mulut mereka sebagian besar masih tergolong buruk. Kondisi ini terjadi karena lansia belum memahami cara membersihkan mulut dan gigi. Selain itu, penurunan fungsi muskuloskeletal pada usia lanjut merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebersihan mulut lansia, sehingga kelainan dalam rongga mulut semakin beragam.8 Sedangkan hasil penelitian dari La Satu (2016), menyatakan bahwa dari 71 responden maka diperoleh hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal hygiene pada lansia yaitu kurang berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkan yang baik berjumlah 35 responden (49,3%). Hal ini disebabkan adanya faktor perilaku lansia dalam menjalankan kebersihan diri.9
Panti Sosial Tresna Werdha
Pelaksanaan Teknis Daerah Dinas Sosial, Kependudukan dan catatan sipil provinsi Jambi yang memiliki misi utama yaitu memberikan pelayanan
perlindungan sosial pada lansia yang terlantar, berupa pelayanan dan pembinaan, baik fisik maupun mental agar lansia bisa hidup dengan normal. Saat ini di Panti Sosial Tresna Werdha menampung dan menerima 70 orang lansia terlantar dengan syarat penerima adalah lansia laki-laki atau perempuan yang berusia dari 60 tahun ke atas.
Menurut hasil wawancara pada pengelola panti yaitu lansia yang mandiri tidak diberikan arahan dalam masalah pemenuhan personal hygiene atau bisa dikatakan pemenuhan personal hygiene lansia dilakukan secara mandiri tanpa adanya bantuan dari pengelola panti. Dan berdasarkan hasil wawancara yang memperoleh data dari panti sosial tresna werdha
November 2021, menunjukan seluruh jumlah lansia ada 64 orang lansia.
Berjumlah 26 orang lansia wanita dan 38 orang lansia pria, dengan jenjang umur dari 60-97 tahun. Di panti sosial tresna we
14 wisma. Semua lansia yang tinggal di panti sosial tresna werdha
jambi, terdapat 34 orang lansia yang dibantu dalam pemenuhan kebersihan diri mereka dan 30 orang lansia yang tidak dibantu dalam pemenuhan kerbersihan diri atau sering disebut lansia mandiri. Lansia mandiri adalah lansia yang tidak dibantu dalam pemenuhan kebersihannya oleh pengelola panti sehingga mereka sadar dalam akan perilaku kebersihan diri mereka.
Berdasarkan hasil dari uraian latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti bagaimana gambaran perilaku lansia mandiri di panti sosial tresna w
apakah pemenuhan personal hygiene/kebersihan diri sudah baik. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran perilaku personal hygiene pada lansia di panti sosial tresna w Provinsi Jambi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas personal hygiene merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan pada lansia. Di panti tresna werdha (Budi Luhur) Jambi seluruh jumlah lansia ada 64 orang yang mana dari 64 orang lansia ada 30 lansia mandiri. Lansia mandiri itu sendiri merupakan lansia yang tanpa dibantu pemenuhan kebersihannya oleh pengelola panti. Sehingga
mereka sadar akan kebersihan mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, penulis
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku personal hygiene Provinsi Jambi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melihat gambaran perilaku personal hygiene pada lansia di Panti Sosial Provinsi Jambi.
2. Mengidentifikasi peran pengelola Panti Sosial Tres Provinsi Jambi
3. Mengidentifikasi peran tenaga kesehatan puskesmas terhadap personal hygiene lansia
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti terkait dengan perilaku personal hygiene pada usia lanjut di panti sosial tresna w
1.4.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Diharapkan dapat menambah referensi bacaan dan menambah pengetahuan diri bagi mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa ilmu kesehatan masyaraat di bidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku, dan sebagai bahan pemikiran dan menambah pedoman informasi dan pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lansia..
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Terkait
adanya penelitian ini dapat memberi masukan untuk lebih meningkatkan pelayanan perlindungan sosial yang optimal.