• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersiap tanpa rencana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Bersiap tanpa rencana"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

Sejak tahun 2007, Provinsi Kalimantan Tengah selalu diundang oleh pemerintah pusat untuk terlibat dalam diskusi internasional mengenai perubahan iklim. Jadi, seperti halnya RPJPD, tidak ada pembahasan atau tanggapan dari pemerintah daerah Kalimantan Tengah terkait perubahan iklim atau REDD. Provinsi Kalimantan Tengah 2009 Isu perubahan iklim mulai diangkat pada RKPD Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2009 ketika berbicara tentang pelestarian lingkungan hidup11.

Oleh karena itu, pemerintah provinsi Kalimantan Tengah bersiap untuk terlibat dalam proses dan kegiatan REDD. Kedua situasi tersebut menjadi bukti kebingunan Pemerintah Pusat Provinsi Kalimantan dalam menyikapi isu perubahan iklim, khususnya dari sisi mitigasi. Ada keinginan dari pemerintah provinsi Kalimantan Tengah untuk terlibat dalam proses dan kegiatan pengembangan skema mitigasi perubahan iklim.

Namun Pemprov Kalimantan Tengah sebenarnya ingin terlibat atau terlibat dalam proses dan kegiatan program perubahan iklim melalui REDD. Namun perubahan iklim masih belum menjadi isu prioritas bagi Provinsi Kalimantan Tengah, hal ini terlihat dari penempatan isu perubahan iklim dalam program pengelolaan dan konservasi lingkungan hidup. Namun RKPD Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010 menunjukkan program dan kegiatan terkait perubahan iklim/REDD yang lebih konkrit dibandingkan dengan RKPD tahun 2009.

Belum ada kesamaan pandangan BPLLH Kalteng mengenai skema mitigasi perubahan iklim atau perubahan iklim. Hal ini tidak berarti bahwa perubahan iklim/REDD harus menjadi prioritas utama Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Peraturan Gubernur 13 Tahun 2009 tentang Tanah Adat dan Hak Adat Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Tengah.

Dengan demikian, gambaran perencanaan kebijakan pembangunan di atas sebenarnya bisa mewakili peran Bappeda dalam isu perubahan iklim/REDD di Kalimantan Tengah. Bappeda bersama BLH Kalimantan Tengah ditunjuk sebagai sekretariat Dewan Perubahan Iklim Daerah Provinsi Kalimantan Tengah. BLH atau Badan Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah ditunjuk sebagai semacam titik fokus di Kalimantan Tengah dalam isu perubahan iklim dan REDD.

Sebelumnya, permasalahan lingkungan hidup di Kalimantan Tengah menjadi kewenangan BPPLHD [Badan Pengelolaan dan Konservasi Lingkungan Hidup Daerah]. Selain itu, BLH juga kerap mendampingi Gubernur Kalimantan Tengah saat menghadiri acara terkait perubahan iklim/REDD. Belum pernah pemerintah provinsi Kalimantan Tengah memberikan perhatian yang begitu besar terhadap permasalahan lingkungan hidup selain ketika isu perubahan iklim dan REDD sampai ke Kalimantan Tengah.

Saat ini, sangat sulit bagi BLH untuk mengarusutamakan isu perubahan iklim di Kalimantan Tengah.

Respon kebijakan Pemerintah Kabupaten Kapuas

Dalam keterangan Kepala Bappeda Kabupaten Kapuas, Pemerintah Kabupaten Kapuas saat ini masih bisa menunggu kepastian pelaksanaan program perubahan iklim. Menunggu bukan hanya kebijakan pemerintah di atas, tapi juga pihak internasional yaitu dalam perubahan iklim.36. Namun kondisinya sama dengan yang direncanakan dalam RKPD Pemerintah Provinsi tahun 2009, dimana kegiatan pencegahan kebakaran hutan tidak dianggap sebagai bagian dari pencegahan dampak perubahan iklim.

Meskipun dalam RKPD tahun 2010 tidak disebutkan [artinya Pemkab Kapua belum mempunyai rencana untuk terlibat dalam proses atau kegiatan terkait skema mitigasi perubahan iklim pada tahun 2010] namun respon politik pemerintah pusat dan provinsi dalam isu perubahan iklim perubahan/REDD [serta janji untuk mendapatkan insentif yang besar dari luar negeri] masih memerlukan kerja keras dari pemerintah Kabupaten Kapuas untuk menanggapi permasalahan ini, setidaknya sebagai pendamping atau peserta dalam lokakarya peningkatan kapasitas. Pembakaran hutan yang dibiarkan secara terus-menerus jelas akan mengganggu perkembangan perubahan iklim dalam bentuk REDD. Isu lain yang akan menjadi fokus pemerintah Kabupaten Kapuas adalah isu perlindungan masyarakat, misalnya dengan merancang kegiatan yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat sekitar, termasuk melakukan upaya sosialisasi yang lebih intensif dan tepat sasaran terkait isu tersebut. pencegahan perubahan iklim/REDD.

Penelusuran di Dinas Perkebunan dan Kehutanan bernasib sama seperti di Pemerintah Kabupaten Kapuas: tidak ada program/kegiatan khusus terkait perubahan iklim/REDD. Meski demikian, ada kegiatan yang sebenarnya berkaitan langsung dengan perubahan iklim, namun tidak ada jalan keluar dari isu perubahan iklim. Menurut staf BLH Kapuas, tidak ada penyebutan perubahan iklim atau REDD dalam dokumen perencanaan kebijakan yang disiapkan BLH.

Sayangnya, kegiatan Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Terkait Perubahan Iklim tidak berlanjut hingga tahun 2010. Namun masih terdapat fokus pada kegiatan yang tidak menyinggung perubahan iklim, namun berkaitan erat dengan perubahan iklim, berupa program penanggulangan kebakaran hutan. Posisi menunggu pemerintah Kabupaten Kapuas berarti pemerintah Kabupaten Kapuas lebih menunggu inisiatif dari pemerintah diatasnya terkait perubahan iklim atau REDD.

Tidak ada peraturan khusus yang diadopsi oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas yang mengatur perubahan iklim/REDD atau peraturan lain yang mungkin terkait dengan pengendalian kebakaran hutan, misalnya. Selain itu, BLH Kapuas juga rajin melakukan penyadaran masyarakat dan berkolaborasi dengan KLH pusat terkait perubahan iklim/REDD. Sementara itu, di lingkungan Dinas Perkebunan dan Kehutanan, wacana perubahan iklim atau REDD masih kurang dikenal.

Kesimpulan

Kedua pemerintah daerah tersebut belum memiliki peraturan mengenai perubahan iklim/REDD, namun pemerintah provinsi Kalimantan Tengah memiliki peraturan daerah yang mengatur tentang kebakaran hutan. Hanya saja jika hal ini diterapkan, tetap tidak menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan justru merugikan masyarakat yang menggunakan cara tradisional dalam membuka lahannya. Hal ini terjadi di tengah kegagalan pemerintah memenuhi kewajibannya melakukan inventarisasi jenis kegiatan dan wilayah yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan.

Padahal, Pemkab Kapua mempunyai pandangan berbeda mengenai karhutla: ada jenis kebakaran terkendali dan tidak terkendali. Di sisi lain, tampaknya sia-sia saja melindungi kepentingan masyarakat adat atas tanah adat dan hak-hak adat atas tanah mereka selama pemerintah belum mampu menetapkan tujuan pembangunan yang lebih aspiratif dan belum mampu menerima penolakan masyarakat. Peraturan Pertanahan Adat Gubernur memang dapat mengatasi kesulitan dalam persoalan bukti tertulis kepemilikan ulayat, namun tidak memberikan solusi ketika bukti tertulis tersebut digugat oleh peraturan pertanahan dalam Undang-Undang Pokok Pertanahan yang notabene merupakan acuan tertinggi bagi tanah adat. Peraturan Gubernur.

Penguatan kepemilikan tanah adat juga harus dibarengi dengan pemberdayaan lembaga adat Kademangan dalam arti lembaga Kademangan lebih mandiri dan benar-benar memperhatikan kepentingan masyarakatnya. Kondisi ini terkait dengan betapa mudahnya [secara teoritis] proses penyerahan tanah adat/hak adat atas tanah untuk alasan pembangunan dibandingkan jika itu atas kemauan pemiliknya. Di tengah kondisi masyarakat yang cukup rentan, niat pemerintah provinsi untuk lebih terlibat dalam proses implementasi skema REDD semakin nyata dengan terbentuknya dua lembaga: DDPI dan Komda REDD.

Rupanya, Komisi Daerah DZHP harus diredefinisi setelah DDPI terbentuk sebulan kemudian, karena ternyata kedudukan Komisi Daerah DZHP berada di bawah koordinasi DDPI dan tidak lagi bertanggung jawab langsung kepada Gubernur. Pujian patut diberikan kepada Pemerintah Pusat Provinsi Kalimantan yang telah berani membentuk dua badan tingkat provinsi pertama di Indonesia. Permasalahan yang melumpuhkan lembaga lama juga akan dihadapi oleh dua lembaga ad-hoc tersebut: buruknya koordinasi baik di tingkat pemerintah maupun antar pemerintah, anggaran yang tidak mencukupi dan tidak efisien untuk hal yang sederhana, sosialisasi.

Pengalaman Pengembangan Kegiatan Pengelolaan Lahan Gambut oleh Pemerintah Daerah, Presentasi Makallah, Seminar Proyek Karbon Hutan, Perlindungan Iklim Global dan Pembangunan Berkelanjutan, Palangkaraya, 28-29 Agustus. Konsep Hak Milik Tanah Bagi Bangsa Indonesia: Tinjauan Doktrin Hak Asasi Manusia, Bandung: Mandar Maju. Perjanjian Hutang "Mawas" BOS untuk Pertukaran Alam dan Pengimbangan Karbon, Makalah, Seminar Proyek Karbon Hutan, Perlindungan Iklim Global dan Pembangunan Berkelanjutan, Palangkaraya, 28-29 Agustus.

Kertas Kerja EPISTEMA

EPISTEMA INSTITUTE merupakan lembaga penelitian dan pengelolaan ilmu pengetahuan tentang hukum, masyarakat dan lingkungan hidup yang didirikan pada bulan September 2010 oleh Yayasan Epistema. Mendirikan pusat pembelajaran hukum, masyarakat dan lingkungan hidup untuk mendukung gerakan mewujudkan sistem hukum nasional yang berdasarkan nilai-nilai, demokrasi, keadilan sosial dan lingkungan serta pluralisme budaya. Lingkaran Pembelajaran untuk Keadilan Sosial dan Lingkungan (LeSSON-JUSTICE).

Penelitian interdisipliner tentang hak sosial untuk kehidupan yang lebih baik, tradisi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan atau Penelitian interdisipliner tentang hak sosial untuk penghidupan yang lebih baik, tradisi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan (IN-CREASE). Pusat Data dan Sumber Daya Keadilan Sosial dan Lingkungan atau Resource Center for Social and Environmental Justice (RE-SOURCE).

Struktur organisasi dan personel

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien terhadap suatu organisasi sebenarnya sangat memegang peranan penting dalam persaingan di segmen pasar karena pasien/klien sebagai

memegang peranan penting. Mereka yang memiliki kesempatan untuk menjadi agen penuntut perubahan di dalam berbagai situasi yang di dalamnya terdapat tindak atau kebijakan

Umumnya dalam masyarakat nelayan dikawasan pesisir, wanita memegang peranan yang amat penting untuk ikut serta menjaga kelangsungan hidup rumah tangganya disamping

Kesimpulan: Melakukan modifikasi gaya hidup dengan mengurangi risiko meningkatnya berat badan dan lingkar perut, memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

Sesuai dengan ketentuan, pada dasarnya ada tiga sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Pertama,

Abstrak - Pada sistem pengaturan modern, eksitasi memegang peranan penting dalam mengendalikan kestabilan suatu pembangkit karena apabila terjadi fluktuasi beban maka

Evaluasi Implementasi Pendekatan Adlerian di Sekolah Pendekatan Adlerian dalam sesi konseling kelompok memegang peranan dalam melihat hal-hal berharga dalam hidup, dimana memori