• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATUAN ACARA PENYULUHAN BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)

N/A
N/A
Rahmi Sartika

Academic year: 2023

Membagikan " SATUAN ACARA PENYULUHAN BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)

Pokok Bahasan : BHD (Bantuan Hidup Dasar)

Sub Pokok Bahasan : Langkah-langkah melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar

Sasaran : Usia Remaja-Dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecematan Koto Tangah

Hari/Tanggal : Jumat/24- Desember -2021 Tempat : Mesjid Darul Islah

Waktu : 14.00-14.30 WIB

A. Latar Belakang

Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan darurat untuk membebaskan jalan nafas, dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Bantuan hidup dasar biasanya diberikan oleh orangorang disekitar korban yang selanjutnya diambil alih oleh petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat, karena penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat hingga kematian pada korban (PUSBANKES 188 DIY, 2014). Bantuan Hidup Dasar (BHD) ditujukan untuk memberikan perawatan darurat bagi para korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya (Sudiatmoko, A, 2011). Tujuan bantuan hidup dasar adalah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009).

Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting khususnya pada pasien dengan sudden cardiac arrest (SCA) atau henti jantung mendadak yang terjadi di luar rumah sakit (Berg, 2010). Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2011).

Kondisi kegawatdaruratan diantaranya adalah serangan jantung. Kematian terjadi biasanya karena ketidakmampuan petugas kesehatan untuk menangani penderita pada fase gawat darurat (golden period). Frame (2003) menyatakan bahwa bantuan hidup dasar (BHD) dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang dewasa seharusnya

(2)

memiliki keterampilan BHD, bahkan anak-anak juga dapat diajarkan sesuai dengan kapasitasnya. Semua lapisan masyarakat seharusnya diajarkan tentang bantuan hidup dasar (Resusitacion Council, 2010).Kesempatan hidup pasien lebih mungkin terjadi ketika pasien segera menerima BHD, setelah mendapatkan BHD (Bantuan Hidup Dasar) pada korban kemugkinan selamat dapat berkurang 3-4% di tiap menitnya.

Dengan tindakan BHD secara cepat dan tepat akan memperbesar kemungkinan korban selamat dan dapat menekan angka mortalitas pada henti jantung(Rahardiantomo, 2016).Tujuan BHD ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital, seperti otak dan jantung, melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan, sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009 dalam Luthfi 2016).Menghubungi Emergency Call adalah langkah awal yang harus dilakukan penolong, selanjutnya penolong segera memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) untuk membantu pasien agar tetap bertahan hidup.

Kejadian henti jantung dapat terjadi dimana saja. Dalam hal ini tindakan pemberian BHD pada korban henti jantung dan sikap kesadaran masyarakat yang tepat dan cepat dalam menolong korban henti jantung menjadi faktor yang paling penting. Ketergantungan masyarakat terhadap tenaga medis menjadi penyebab tingginya mortalitas akibat henti jantung. Penting bagi masyarakat untuk menyikapi tentang pemberian Bantuan Hidup Dasar bagi penderita henti jantung. Dalam hal ini petugas kesehatan haruslah mampu meningkatkan sikap peduli masyarakat terhadap korban yang membutuhkan BHD dengan memberikan pelatihan atau Health Edukasi pada masyarakat awam. Pemberian tindakan yang tepat dan cepat dapat mengurangi angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup bagi penderita sehingga angka mortalitas akibat penyakit jantung dapat ditekan.

Berdasarkan fenomena diatas kelompok akan melakukan penyuluhan mengenai BHD (Bantuan Hidup Dasar) di RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan usia remaja-dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo mampu memahami cara melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

2. Tujuan Khusus

a. Warga usia remaja-dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui pengertian BHD (Bantuan Hidup Dasar)

(3)

b. Warga usia remaja-dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)

c. Warga usia remaja-dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui tujuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

d. Warga usia remaja-dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui langkah-langkah melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

C. Materi (Terlampir) D. Media

Leaflet dan PPT E. Setting Tempat

Ket:

: Pemateri

: Moderator

: Fasilitator

: Warga Usia Remaja-Dewasa RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo F. Penjabaran Tugas

1. Moderator :

Nama: Annisa Sholihat

a. Membuka dan menutup acara b. Memandu jalannya penyuluhan

c. Memberikan pengantar singkat dengan menjelaskan topik yang menjadi bahasan pada saat penyuluhan

Media dan Alat Peraga

Operator

(4)

d. Memastikan agar pembicaraan dalam penyuluhan tidak melenceng dari topik

2. Pemateri :

Nama: Fitri Juliana

a. Menyampaikan materi Bantuan Hidup Dasar b. Memberikan demonstrasi Bantuan Hidup Dasar

c. Mengevaluasi audiens tentang materi Bantuan Hidup Dasar 3. Fasilitator :

Nama: Doni Efendi Tiya Putri Yuni Annisa Mursalina Khairunisa

Rahmi Sartika

Aisyah Yuriska Putri Rima Dewita Sari Zakiah Amelia Sri Melati Fitri Annisa

a. Memberikan motivasi kepada peserta penyuluhan untuk aktif dan fokus selama kegiatan penyulihan berlangsung

4. Observer :

Nama: Destia Rahmayanti Enika Sintia

a. Menilai jalannya acara penyuluhan 5. Operator

Nama : Rachmad Aprilio

a. Mengoperasikan computer dan perangkat lunak lainnya sebelum, selama, dan setelah kegiatan penyuluhan.

G. Metode Penyuluhan a. Ceramah b. Diskusi

c. Demonstrasi BHD (Bantuan Hidup Dasar)

(5)

H. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audien Waktu Pengisi Acara 1. Orientasi 1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Kontrak waktu 4. Menjelaskan tujuan

1. Menjawab salam

2. Memperhatikan dan

mendengarkan

5 menit

2. Kerja 1. Menjelaskan pengertian BHD (Bantuan Hidup Dasar)

2. Menjelaskan pengertian RJP(Resusitasi Jantung Paru) 3. Menjelaskan tujuan

BHD 4. Menjelaskan

langkah-langkah melakukan BHD 5. Melakukan

Demonstrasi BHD 6. Mempersilahkan

warga untuk bertanya 7. Memberikan

kesimpulan

1. Memperhatikan dan

menengarkan 2. Bertanya

50 menit

3. Terminasi 1. Evaluasi dan validasi 2. Salam penutup

1. Menyebutkan kembali materi diskusi

2. Menjawab salam

5 menit

I. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang langkah-langkah melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

b. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk dilakukan satuan acara penyuluhan

c. Menyiapkan tempat dan peralatan d. Setting tempat

2. Evaluasi Proses

a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati.

b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyaji

(6)

c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai 3. Evaluasi Hasil

a. Warga usia remaja-dewasa RW 03 mampu menjelaskan pengertian BHD (Bantuan Hidup Dasar)

b. Warga usia remaja-dewasa RW 03 ma mpu menjelaskan pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)

c. Warga usia remaja-dewasa RW 03 mampu menjelaskan tujuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

d. Warga usia remaja-dewasa RW 03 mampu menjelaskan langkah- langkah melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

e. Warga usia remaja-dewasa RW 03 mampu mendemonstrasi BHD (Bantuan Hidup Dasar)

J. Evaluasi Hasil

a. Evaluasi Struktur

 Alat penunjang seperti phantom, infokus, microphone saat dilakukan tersedia dan sesuai materi yang disajikan

 Materi penyuluhan ringan dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan

 Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penyuluhan

 Media sudah 1 minggu sebelum penyuluhn

 Tempat sudah siap 1 hari sebelum cara penyuluhan

 SAP sudah siap 1 minggiu sebelum penyuluhan dan sudah dikonsulkan

b. Evaluasi Proses

 Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang telah di sepakati

 Penyuluhan berjalan dengan lancar

 Acara dimulai dari jam 14.30-13.00

 Peserta memperhatikan penjelasan penyaji

 Peserta dapat mendemonstrasikan BHD

 Peserta aktif bertanya

 Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat pada saat penyuluhan berlangsung

(7)

c. Evaluasi Hasil

 Masyarakat yang hadir dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 24 peserta

 Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit, warga usia remaja-dewasa RW 03 mampu memahami tentang BHD

 Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien mampu:

 Menyebutkan pengertian BHD

 Menyebutkan tujuan BHD

 Menyebutkan pengertian RJP

 Dapat mendemonstrasikan RJP

(8)

Lampiran Materi :

BHD (BANTUAN HIDUP DASAR) A. Pengertian BHD (Bantuan Hidup Dasar)

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung

B. Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Resusitasi jantung paru (RJP) sendiri adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung

C. Tujuan BHD (Bantuan Hidup Dasar)

Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah- oksigenasi ke seluruh tubuh

D. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar pada saat tiba di lokasi kejadian

Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari segala situasi dan potensi bahaya yang ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si penolong

1. 3A

a. Aman Penolong : Menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.

b. Aman Lingkungan : Perhatikan dahulu segala yang berpotensi menimbulkan bahaya sebelum menolong pasien, seperti lalu lintas, kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim, api, gas beracun, atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian

c. Aman Korban : Menghindari segala hal yang dapat melukai atau memperparah kondisi korban. Jika penolong harus memindahkan korban, maka harus dilakukan secepat mungkin dan seaman mungkin dengan sumber daya yang tersedia

(9)

2. Evaluasi penyebab cedera atau mekanisme cedera

Evaluasi petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya terjatuh dari tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan obat dari botolnya. Gali informasi melalui saksi mata apa yang terjadi dan menggunakan informasi tersebut untuk menilai apa yang terjadi.

3. Memastikan kesadaran dari korban

Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban, dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dengan tegas dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!!

/ Mas !!! / Mbak !!!

4. Meminta pertolongan

Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting karena akan sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih dari satu penolong maka akan lebih efektif menangani korban. Kemudian hubungi petugas kesehatan untuk pertolongan lebih lanjut.

5. Cek nadi pasien

Pemeriksaan nadi harus dilakukan dengan cepat, tidak melebihi 10 detik dengan menggunakan dua jari.

Lokasi nadi yang dapat diraba antara lain di pembuluh nadi leher (karotis), terletak di samping kiri dan kanan jakun. Cara mengecek nadi

(10)

Bila nadi tidak berdenyut, segera mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)

6. Lakukan RJP dengan mengingat singkatan “C-A-B”

C-A-B adalah kependekan dari Chest Compression (tekanan pada dada) - Airway (pembebasan jalan nafas) – Breathing (meniupkan bantuan nafas buatan)

C : Compression (Circulation) Lokasi kompresi (posisi tangan)

- Letakkan tangan anda, satu diatas yang lain pada sternum yaitu bagian tengah tulang dada, kira-kira diantara kedua puting (bagi laki-laki).

- Tempatkan tangan di 3 jari di atas PX (Processus Xipoideus) - Atau di 1/3 bagian bawah sternum

Teknik kompresi

- Berikan tekanan pada dada kurang lebih sedalam 2 inci (5 cm), dengan lengan lurus tanpa menekukkan siku

- Lakukan 30 kali tekanan dengan kecepatan 100x/menit (artinya satu tekanan kurang lebih 1,5 detik). Tetap berikan waktu rongga dada untuk membal kembali ke posisi semula diantara tiap tekanan yang diberikan agar jantung mendapat kesempatan untuk terisi darah kembali.

- Satu siklus kompresi yang terdiri dari 30 kali tekanan dada hanya memerlukan waktu 18 detik saja.

- waktunya jangan melebihi 10 detik.

- Saat melakukan RJP, perhatikan posisi poros lutut anda jangan terlalu jauh dari tubuh pasien agar anda tidak

(11)

mudah lelah.

Kompresi pada anak

- Untuk 1 orang penolong  30 : 2 - Untuk 2 orang penolong  15 : 2 - Kedalaman 1,5 sampai 4 cm

Posisi penolong yang benar saat melakukan kompresi dada A (AIRWAY) Jalan Napas

Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan :

Pemeriksaan jalan napas

Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.

(12)

Membuka jalan napas

Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasanya pada korban tidak sadar tonus otot–otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas.

Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tilt – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula.

B: Breathing

Periksa pernafasan selama 5 detik (lihat, dengar, dan rasakan).

Jika korban tidak bernafas lakukan 2 kali bantuan nafas. Cara Memberikan Bantuan Nafas

(13)

- Pindahkan tangan yang tadinya di dahi pasien untuk menjepit hidungnya, sementara dua jari tangan lain tetap mengangkat dagu pasien.

- Tarik nafas dan hembuskan perlahan nafas buatan ke mulut pasien selama 1 detik. Bila tiupan terlalu kuat, kadang- kadang udara bisa meleset masuk ke lambung. Karena itu sambil meniup biarkan mata melirik ke dada, apakah mengembang naik atau tidak seiring masuknya udara ke paru-paru.

- Pastikan mulut anda menempel rapat ke mulut pasien sehingga udara yang diberikan efektif & tidak bocor keluar lagi.

- Bila nafas buatan belum masuk dengan benar, posisikan kepala kembali dan ulangi. Apabila sudah masuk maka nafas buatan diberikan sekali lagi, sehingga totalnya adalah 2 hembusan efektif.

7. Periksa nadi karotis (leher) (5-10 detik).

a. Jika nadi karotis tidak teraba dan nafas tidak ada, lanjutkan RJP. Ulangi pemberian 30 kompresi dada + 2 nafas buatan (30:2), sebanyak 5 siklus dalam waktu 2 menit. Tempo kompresi 100X/menit

Setelah 5 siklus, periksa nadi karotis. Jika nadi karotis tidak teraba, lanjutkan RJP 30:2 sebanyak 5 siklus dimulai dari kompresi. Jika nadi karotis teraba tapi nafas tidak ada, lakukan rescue breathing, 10X/menit (satu ventilasi tiap 6 detik)

Hitungan: tiup, 1,2,3,4,1,1,2,3,4,2,1,2,3,4,3,...,4,...dst

(14)

8. Posisi pemulihan bila RJP berhasil

a. Bila RJP berhasil dimana nadi dan nafas spontan sudah nyata, maka pasien diberikan posisi pemulihan untuk mencegah tersedak bila pasien tiba-tiba muntah.

b. Caranya letakkan lengan pasien yang terdekat dengan anda terlentang dengan telapak menghadap ke atas. Lalu, letakkan tangan lainnya diatas dada. Angkat lutut pasien yang terjauh sehingga kaki pasien menekuk dan telapak kaki menjejak lantai. Tarik lutut pasien ke arah anda sehingga pasien akan terguling ke sisi. Kemudian, tarik telapak tangan yang tadi diatas dada ke bawah kepala sebagai bantalan, sehingga telapak tangan yang bersentuhan dengan lantai dan kepala tersanggah oleh punggung tangan.

Posisi pemulihan (Recovery Position)

(15)

K. Dokumentasi

Link: https://drive.google.com/drive/folders/10mW8JLq0EdL6upXP2lm9nvcjaO8cjEPJ?usp=sharing

(16)

PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Bantuan Hidup Dasar adalah pertolongan pertama terhadap seseorang yang henti napas dan henti jantung.

Apa Tujuan BHD?

Untuk mempertahankan pasokan oksigen ke otak dan mencegah kematian sel otak.

Prinsip BHD

C : Circulation, memberikan bantuan aliran darah buatan

A : Airway, menjaga jalan nafas

B: Breathing, memberikan nafas bantuan

Algoritma BHD

1. Cek respon

Tidak ada nafas/nafas tidak normal

2. Aktifkan Sistem PenangananGawat Darurat terpadu

(panggil bantuan)

3. Cek Nadi Carotis 10 detik

4. Resusitasi Jantung Paru (Pijat Jantung)

1. CEK RESPON / MENILAI KESADARAN

Tepuk bahu pasien dgn lembut sambil bertanya dengan cukup keras “Apakah kamu baik-baik saja?”

atau “Siapa namamu?”

Bila pasien menjawab atau bergerak;

- biarkan pasien tetap pada posisi ditemukan - Pindahkan bila bahaya sambil dipantau Bila pasien tdk memberikan respons;

- lihat apakah bernafas atau nafas tidak normal - teriaklah minta bantuan

2. MENGAKTIFKAN SPGDT / Panggil Bantuan dengan berteriak atau menelepon SPGDT misalnya 118.

Pada waktu meminta bantuan sebutkan:

1. lokasi kejadian

2. jenis kejadian, misalnya kecelakaan, bencana, dll,

3. berapa pasien yg perlu bantuan, 4. kondisi pasien (jenis kelamin, umur) 5. bantuan apa yg sudah diberikan dll.

CIRCULATION 3. CEK NADI KAROTIS

Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda- tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi.

Cara:

Raba Saluran Nafas Besar / Trakhea dengan 2-3 jari. Tarik ke arah samping. Tempat nadi karotis di antara batas trakhea dan otot-otot samping leher.

Raba selama 10 detik

Apabila nadi karotis tidak teraba atau ragu- ragu segera lakukan Pijat Jantung.

(17)

4. RESUSITASI JANTUNG PARU / PIJAT JANTUNG

Lokasi: setengah-bagian-bawah tulang dada.

Cara: Posisikan tumit tangan satunya di atas tulang dada. Ini adalah titik tumpu kompresi.

Tumit tangan satunya diletakkan diatas tangan yang sudah berada tepat di titik kompresi

MENENTUKAN LOKASI KOMPRESI DAN POSISI TANGAN

Penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus.

Prinsip:

1. Tekan sedalam 4-5 cm secara cepat, kuat.

2. Lepas maksimum, tetapi tangan tetap menempel dada

3. Gangguan minimal

4. 30 kali kompresi dada diikuti pemberian 2 nafas buatan, kemudian kompresi dada lagi 30 kali dan seterusnya (30:2).

(12341, 12342, 12343, ...12346)

Evaluasi tiap 4 siklus: cek nadi, cek nafas

AIRWAY

BUKA JALAN NAFAS

Pada pasien yg tidak sadar, otot-otot rahang lemah sehingga lidah dapat jatuh ke belakang dan

menyumbat jalan nafas Cara:

1. angkat kepala-angkat dagu (head tilt-chin lift ) 2. dorong rahang bawah (jaw thrust)

3. posisi Mantap

BREATHING

PERNAFASAN BUATAN MULUT KE MULUT Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling sederhana, cepat.

PERNAFASAN BUATAN MULUT KE HIDUNG Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut- ke-mulut sulit misalnya mulut pasien tidak bisa dibuka.

PERNAFASAN BUATAN MULUT KE SUNGKUP Sungkup menutupi mulut dan hidung pasien.

(18)

Oleh Kelompok 1

Praktek Profesi Ners Keperawatan Bencana Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas 2021

(19)

APA ITU BHD ??

(20)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

1. Pengertian BHD (Bantuan Hidup Dasar)

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk

menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung dan henti napas

2. Tujuan utama dari BHD

Suatu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat seseorang mengalami keadaan yang mengancam nyawa atau keadaan kegawatdarurat

3. Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Resusitasi jantung paru (RJP) sendiri adalah suatu tindakan

darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti

napas dan atau henti jantung

(21)

PRINSIP BHD

C: Circulation, memberikan bantuan aliran darah buatan

A: Airway, menjaga jalan nafas B: Breathing, memberikan nafas

bantuan

(22)

LANGKAH-LANGKAH BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Aman Penolong

Menggunakan alat pelindung diri sesuai (APD) yang sesuai.

Misal: sarung tangan, masker

01 Aman Lingkungan

Perhatikan dahulu segala yang berpotensi

menimbulkan bahaya sebelum menolong pasien, seperti lalu lintas, kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca

ekstrim, api, gas beracun, atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian

02 Aman Korban

Menghindari segala hal yang dapat melukai atau

memperparah kondisi korban. Jika ingin

memindahkan korban, maka harus secepat mungkin dan seaman mungkin sesuai sumber daya yang tersedia.

03

(23)

ALGORITMA BHD

(24)

Tepuk bahu pasien dgn lembut sambil bertanya dengan cukup keras

“Apakah kamu baik-baik saja? atau “Siapa namamu?’ , sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!

Bila pasien menjawab atau bergerak;

a. biarkan pasien tetap pada posisi ditemukan b. Pindahkan bila bahaya sambil dipantau

Bila pasien tdk memberikan respons;

a. lihat apakah bernafas atau nafas tidak normal b. teriaklah minta bantuan

1. CEK RESPON atau Kesadaran

01

(25)

2. PANGGIL BANTUAN SEBAGAI SAKSI PERTOLONGAN

02

(26)

CIRCULATION

3. CEK NADI KAROTIS

Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi.

Cara:

Raba Saluran Nafas Besar / Trakhea dengan 2-3 jari. Tarik ke arah samping. Tempat nadi karotis di antara batas trakhea dan otot-otot samping leher.

Raba selama 10 detik

Apabila nadi karotis tidak teraba atau ragu-ragu segera lakukan Pijat Jantung

03

(27)

4. RESUSITASI JANTUNG PARU / PIJAT JANTUNG a. Posisikan korban di tempat yang keras dan datar b. Penolong berlutut sejajar bahu korban

Lokasi: setengah-bagian-bawah tulang dada/2-3 jari diatas ulu hati.

Cara: Posisikan tangan yang dominan untuk melakukan penekanan dada (dengan cara kedua tangan tegak lurus 90⁰

04

(28)

MENENTUKAN LOKASI KOMPRESI DAN POSISI TANGAN

Penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus. Posisi kedua tangan Penolong tegak lurus 90 ◦

Prinsip:

1. Tekan sedalam 4-5 cm secara cepat, kuat.

2. Lepas maksimum, tetapi tangan tetap menempel dada 3. Gangguan minimal

4. 30 kali kompresi dada diikuti pemberian 2 nafas buatan, kemudian kompresi dada lagi 30 kali dan seterusnya (30:2).

(12341, 12342, 12343, ...12346)

Evaluasi tiap 4 siklus: cek nadi, cek nafas

(29)

AIRWAY (BUKA JALAN NAFAS)

Pada pasien yg tidak sadar, otot-otot rahang lemah sehingga lidah dapat jatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas

Cara:

1. angkat kepala-angkat dagu (head tilt-chin lift )

(30)

2. Posisi Mantap

3.Dorongan Rahang (Jaw Thrust)

Jika ada sumbatan jalan napas, lakukan sapuan jari.

(31)

Jika korban belum sadar lakukan Pijatan jantung/RJP sebanyak 5 siklus, 30 kompresi.

Setelah 5 siklus lakukan evaluasi dengan cek nadi karotis

Jika nadi dan napas belum ada, lakukan RJP kembali

Jika nadi dan napas sudah ada, posisi mantap atau pasien

dimiringkan.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang akan dicapai dalam pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) kepada kader kesehatan ini adalah terciptanya tenaga awam yang mampu mengenali kondisi henti jantung yang

Peneliti menjadikan fenomena yang menarik dan penting untuk diteliti, Yaitu Hubungan Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dengan kesiapan menolong siswa anggota

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran tingkat pengetahuan perawat di Ruang Rawat Inap Lantai 8B RSUD KOJA Jakarta tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah

Peranan orang awam dalam hal ini siswa SMA menjadi sangat penting utuk peningkatan harapan hidup seseorang melalui pengetahuan dan kemampuan melakukan Bantuan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam Pengaruh Praktikum Klinik BHD (Bantuan Hidup Dasar) terhadap Keterampilan pada Mahasiswa DIII Keperawatan STIK Siti

Berdasarkan pemaparan seluruh kegiatan penyuluhan dan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Sederhana di Dusun Kasuari Desa Asilulu, maka dapat disimpulkan bahwa sejumlah

Kuatnya hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan bantuan hidup dasar (BHD) tenaga pra rumah sakit dapat disebabkan karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan