• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biomonitoring Plankton Dan Makrobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air Pada Kolam Ruang Terbuka Hijau Cilacap

N/A
N/A
Rifaldy Putra

Academic year: 2024

Membagikan "Biomonitoring Plankton Dan Makrobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air Pada Kolam Ruang Terbuka Hijau Cilacap"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Biomonitoring Plankton Dan Makrobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air Pada Kolam Ruang Terbuka Hijau Cilacap

Biomonitoring of Plankton and Makrobenthos as Bioindicators of Water Quality in Cilacap Green Open Space Pools

Rifaldy Bkay(220107067)1, Nadinda Avril Iwantia(220307063)2, Yiputa Putri Nurhalisa(220307071)3

1,2,3 Program Studi D4 Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Politeknik Negeri Cilacap Email: 1[email protected], 2[email protected] , 3[email protected]

*Penulis korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup. Kondisi air yang buruk dapat menimbulkan banyak dampak negative baik bagi kesehatan manusia maupun dampak negative pada populasi dari makhluk hidup yang berada pada perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati jumlah makrobentos dan plankton serta mengetahui kondisi kualitas perairan dan tingkat pencemaran yang terdapat pada Kolam Ruang Terbuka Hijau, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa metode survey. Metode survey yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan wawasan tentang berbagai topik yang di inginkan secara akurat, yakni berupa pengambilan sampel makrobentos dan plankton yang terdapat di lokasi pengambilan sampel (insitu) dan laboraturium, kemudian dimasukkan ke dalam transek untuk makrobentos, sedangkan plankton diambil dengan menggunakan plankton net. Analisis makrobentos dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar dan plankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan pembesaran 4×, 10×, dan 40×. Hasil penelitian ditemukan berupa 4 spesies dan 4 famili makrobentos serta 9 spesies dan 3 filum fitoplankton. Analisis pengamatan makrobentos berdasarkan nilai Indeks Keanekaragaman sebesar 1,031 dengan kategori komunitas sedang. Dan nilai Indeks Dominansi bernilai 0,41 yang termasuk kategori jenis makrobentos tidak mendominasi serta nilai Indeks Kemerataan sebesar 0,743 yang dimana pemerataan antar spesies relatif seragam. Nilai FBI yang didapatkan sebesar 4,96 dan termasuk dalam kategori kualitas air tercemar sedang dengan spesiesnya berjumlah total 13. Sedangkan untuk fitoplankton memiliki spesies yang berjumlah total 18 yang mana kelimpahan plankton sebesar 4.1564,1 𝑖𝑛𝑑

⁄𝐿. Indeks Keanekaragaman bernilai 1,714 dengan kategori komunitas sedang dan Indeks Kemerataan bernilai 0,780 dengan kategori seragam. Namun Koefisien Saprobik bernilai (-1,8) yang menunjukkan bahwa air Kolam Ruang Terbuka Hijau tercemar sangat berat dan memiliki polutan yang cukup tinggi.

Kata kunci: Biomonitoring, Makrobentos, Fitoplankton, Kolam Ruang Terbuka Hijau

ABSTRACT

Water is a basic need for every living thing. Poor water conditions can cause many negative impacts both for human health and negative impacts on the population of living things in the waters. This study aims to observe the amount of macrobenthos and plankton and determine the condition of water quality and the level of pollution found in the Green Open Space Pond, Cilacap Regency, Central Java. The method used in this study is a survey method. The survey method is a method used to accurately obtain information and insights on various desired topics, namely in the form of taking samples of macrobenthos and plankton found at sampling locations (in situ) and laboratories, then entering into transects for macrobenthos, while plankton is taken by using plankton net. Macrobenthos analysis was performed using a magnifying glass and plankton was performed using a binocular microscope with 4×, 10×, and 40× magnification. The results of the study found 4 species and 4 families of macrobenthos and 9 species and 3 phyla of phytoplankton. Analysis of macrobenthos observations based on the Diversity Index value of 1.031 with the medium community category. And the Dominance Index value is 0.41 which belongs to the macrobenthos type category which does not dominate and the Evenness Index value is 0.743 which is where the distribution between species is relatively uniform. The FBI value obtained was 4.96 and it was included in the category of moderately polluted water quality with a total of 13 species. As for phytoplankton, it had a total of 18 species, of which the abundance of plankton was 4.1564.1 ind⁄L. The Diversity Index is 1.714 in the moderate community category and the Evenness Index is 0.780 in the uniform category. However, the Saprobic Coefficient is (-1.8) which indicates that the Green Open Space Pond water is very heavily polluted and has quite high pollutants.

Keywords: Biomonitoring, Macrobentos, Phytoplankton, Green Open Space Ponds

(2)

1. PENDAHULUAN

Pengelolaan sumberdaya air merupakan bagian integral dari pengelolaan wilayah dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tidak dapat dipisahkan.

Sumberdaya air yang berkelanjutan menjadi kebutuhan esensial dalam segala aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam upaya monitoring dan evaluasi DAS,Sumber daya air merupakan salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan, karena air menjadi sumber kehidupan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup (Susanti Pranatasari & Rahardyan Nugroho, 2017). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan daratan yang terisolasi dari wilayah sekitarnya karena adanya pemisah alam yaitu topografi seperti punggung bukit atau gunung. DAS menerima curah hujan, menyimpannya dan mengalirkannya melalui sungai utama hingga mencapai laut atau danau. Sungai merupakan bagian dari ekosistem dan juga mempunyai peran yang krusial dalam keberlangsungan kehidupan makhluk hidup (Rachman et al., 2016).

Tidak hanya sungai, ekosistem buatan seperti kolam pun juga mempunyai peran penting bagi makhluk hidup seperti ikan, serangga dan plankton.

Kolam merupakan suatu area perairan kecil yang dapat terbentuk secara alami atau dibuat oleh manusia, dan termasuk dalam ekosistem air tawar yang tenang dan stabil. Kolam dapat terbentuk secara alami di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Ketika aliran air berpindah, air akan tertinggal di bekas aliran yang terisolasi, membentuk perairan yang tergenang.

Kolam memiliki kedalaman yang tidak melebihi 4 hingga 5 meter, sehingga memungkinkan tumbuhan berakar dapat tumbuh di seluruh bagian perairan tersebut (Maslina, 2018). Menurut Maslina, (2018) kolam sebagai ekosistem air tawar memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Kandungan garam atau salinitas dalam kolam rendah, kurang dari 1%, (2) Kolam dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca, (3) Suhu kolam bervariasi dan umumnya rendah dan (4) Pencahayaan matahari yang masuk ke kolam terbatas.

Perairan kolam adalah perairan atau air yang berada di suatu kolam atau lahan yang memiliki ukuran yang lebih kecil dan terbatas dalam luas dan kedalaman. Perairan kolam memiliki karakteristik yang berbeda dari perairan alami, seperti danau, sungai, dan laut. Fungsi kolam juga berbeda-beda tergantung dengan penggunaannya. Perairan kolam yang ada di Ruang Terbuka Hijau daerah Cilacap, Jawa Tengah ini digunakan untuk tujuan kegiatan manusia seperti resapan dan rekreasi. Kegiatan manusia tersebut mempengaruhi kehidupan akuatik.

Kelangsungan hidup organisme sungai dan kesejahteraan manusia yang memanfaatkan air sungai secara langsung sangat bergantung pada kualitas air yang ada di sungai tersebut. Kualitas air mengacu pada faktor fisik dan kimia yang memengaruhi

kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung (Megawati et al., 2014). Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di sepanjang sungai seperti MCK (mandi, cuci, kakus), pembuangan limbah pabrik, limbah ternak, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian dapat menyebabkan pencemaran air yang berdampak pada kualitas air sungai (Rachman et al., 2016).

Pencemaran air adalah penurunan mutu air di sungai, danau, laut, atau waduk akibat aktivitas manusia.

Sampah dan limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia sering menjadi penyebab pencemaran air (Zakky, 2018). Menurut (peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001) pencemaran air didefinisikan sebagai:

pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Selain mengacu pada pendekatan fisika dan kimia untuk mengevaluasi kualitas air, tingkat kualitas air juga dapat ditentukan melalui pendekatan biologi dengan menganalisis struktur komunitas organisme yang hidup di dalam perairan tersebut. Komunitas organisme yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengindikasikan kualitas perairan di mana organisme tersebut hidup ialah Makrozoobentos.

Makrozoobentos adalah kelompok hewan bentos dengan ukuran 1,0 mm atau lebih. Berdasarkan tempat tinggalnya, zoobentos dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu infauna dan epifauna. Infauna merujuk pada bentos yang hidup di dalam substrat perairan, sedangkan epifauna merujuk pada bentos yang hidup di atas substrat perairan (Desmawati et al., 2019).

Makrozoobentos memiliki karakteristik yang cenderung tetap dan memiliki mobilitas yang sangat terbatas, sehingga akan langsung terpengaruh oleh perubahan kualitas air. Perubahan kualitas air memiliki potensi untuk mengubah komposisi dan populasi makrozoobentos secara signifikan (Rachman et al., 2016).

Makrozoobentos sendiri dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas air yang dimana dapat berfungsi untuk mengindikasikan kualitas air yang tercemar melalui populasi dan komposisi dari organisme tersebut. Selain itu peran makrozoobentos pada ekosistem perairan yaitu menguraikan materi organik yang jatuh kedasar perairan. Makrozoobentos mentransfer energi dari produsen primer ketingkatan trofik berikutnya, dan juga mengubah balik limbah organik menjadi sumber makanan yang mengakibatkan lingkungan perairan dapat dinetralisasi sehingga kondisinya menjadi stabil (Desmawati et al., 2019).

Selain makrozoobentos, Organisme lain yang dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas air yaitu

(3)

plankton. Komunitas plankton memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem perairan, karena plankton khususnya fitoplankton sebagai komponen utama berperan sebagai produsen primer dan merupakan dasar dari rantai makanan (Amelia et al., 2012). Memiliki sifat autotrofiknya, fitoplankton mampu mengubah nutrien organik menjadi bahan organik dan memproduksi oksigen yang sangat penting bagi kelangsungan hidup biota perairan (Suhadi et al., 2020).

Zat organik dan anorganik yang berlebihan tersebut berfungsi sebagai sumber nutrisi atau zat makanan bagi plankton dalam proses fotosintesis.

Populasi plankton dapat dijadikan sebagai alat monitoring dalam merespons perubahan kualitas air di suatu ekosistem perairan. Kehadiran plankton dapat menunjukkan keseimbangan alam. Namun, jika populasi plankton meningkat secara berlebihan, dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang sulit dikendalikan. Organisme perairan seperti plankton dan bentos, yang mendiami wilayah perairan tertentu, dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena mobilitas dan masa hidupnya yang relatif lama (Prasidya et al., 2022).

Oleh karena itu, Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan dan tingkat pencemaran pada Kolam Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kelimpahan, indeks keragaman, indeks dominansi dan indeks Kemerataan pada komunitas makrobentos dan plankton sebagai bioindikator kualitas air.

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan wawasan tentang berbagai topik yang di inginkan secara akurat.

Penelitian ini dilakukan di Kolam Ruang Terbuka Hijau, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati jumlah makrobentos dan plankton yang terdapat pada Kolam Ruang Terbuka Hijau. Cara pengambilan makrobentos dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang berada di dalam Kolam Ruang Terbuka Hijau dan memasukkannya ke dalam transek yang berukuran 1 × 1 meter. Sampel tanah yang didapatkan kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan kaca pembesar.

Analisis jumlah plankton dilakukan dengan mengambil sampel air di Kolam Ruang Terbuka Hijau sebanyak 5 liter dan dituangkan ke dalam plankton net.

Plankton yang terjaring ke dalam plankton net kemudian dimasukkan ke dalam botol, plankton yang didapatkan kemudian di analisis menggunakan mikroskop binokuler yang berada di laboraturium dengan pembesaran 4×, 10×, dan 40×. Plankton yang didapatkan berdasarkan pembesaran di mikroskop binokuler dan dikategorikan sesuai dengan jenisnya.

a. Kepadatan.

Kepadatan makrobentos adalah jumlah jenis individu persatuan luas (m2) yang dimana dapat dihitung jumlahnya menggunakan persamaan (1).

𝐵 = 𝑇

𝐴 𝑥 𝑆 𝑥 𝑃 (1)

Dimana:

B : Kepadatan individu/m2 T : Luas satu m2 (10.000 cm2)

A : Luas transek pengambilan sample (cm2) S : Jumlah transek pengambilan sample (kali) P : Jumlah individu suatu spesies ke-i

b. Indeks Keanekaragaman.

Indeks Keanekaragaman makrobentos dan plankton adalah cara untuk mengukur variasi jenis dan kelimpahan makrobentos dan plankton dalam suatu ekosistem. Perhitungan Keanekaragaman makrobentos dan plankton yang didapatkan dihitung menggunakan persamaan (2).

𝐻= ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖

𝑠

𝑡=1

= −∑𝑛𝑖 𝑁ln𝑛𝑖

𝑁 (2)

Dimana:

H : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi : ni/N

S : Jumlah genus

ni : Jumlah individu tiap spesies ke-i N : Jumlah total individu semua spesies

Indeks Keanekaragaman makrobentos dan plankton dapat digunakan untuk menilai kualitas perairan, karena makrobentos sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Adapun kriteria Keanekaragaman dalam persamaan Shannon-Wiener, dimana:

H’<1 : Kualitas air tercemar berat (Tinggi) 1<H’<3 : Kualitas air tercemar ringan (Sedang) H’>3 : Kualitas air bersih (Stabil)

c. Indeks Dominansi.

Indeks Dominansi adalah perhitungan untuk menunjukkan ada atau tidaknya organisme makrobentos yang mendominasi suatu komunitas makrobentos di suatu perairan. Perhitungan Indeks Dominansi makrobentos yang didapatkan dihitung menggunakan persamaan (3).

𝐷 = ∑𝑛𝑖 (𝑛𝑖 − 1)

𝑁 (𝑁 − 1) (3)

Dimana:

D : Indeks Dominansi S : Jumlah spesies

ni : Jumlah individu tiap spesies ke-i N : Jumlah total individu semua spesies

(4)

Indeks Dominansi makrobentos dapat digunakan untuk menilai keseimbangan komunitas makrobentos, karena makrobentos sensitif terhadap perubahan lingkungan. Adapun kriteria penilaian Indeks Dominansi (D) yang berkisar antara 0 sampai 1. Nilai D yang mendekati 0 menunjukkan bahwa tidak ada individu yang mendominansi, sebaliknya apabila nilai D yang mendekati 1 maka terdapat salah satu individu yang mendominansi.

d. Indeks Kemerataan.

Indeks Kemerataan adalah perhitungan yang menunjukkan pola sebaran biota yaitu merata atau tidak, jika nilai indeks relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata.

Perhitungan Indeks Kemerataan makrobentos dan plankton yang didapatkan menggunakan persamaan (4)

𝐸 = 𝐻

𝐻𝑚𝑎𝑥 = 𝐻

ln 𝑆 (4)

Dimana:

S : Jumlah keseluruhan spesies H : Indeks Keanekaragaman E : Indeks Kemerataan

Indeks kemerataan digunakan untuk menilai kesehatan ekosistem, karena makrobentos sensitif terhadap perubahan lingkungan. Adapun kriteria penilaian dalam kategori Indeks Kemerataan yang dimana:

(E) 0 - 0,5 : Pemerataan antar spesies rendah

(E) 0,6 - 1 : Pemerataan antar spesies relatif seragam e. Family Biotic Index (FBI)

FBI merupakan singkatan dari Family Biotic Index, yang merupakan salah satu indeks biologis untuk menilai kualitas air sungai berdasarkan nilai toleransi dari setiap famili makrobentos terhadap pencemaran organik. Perhitungan FBI makrobentos yang didapatkan menggunakan persamaan (5)

𝐹𝐵𝐼 = ∑𝑛𝑖 𝑥 𝑇

𝑁 (5)

Dimana:

ni : Jumlah individu tiap spesies ke-i

T : Nilai toleransi dari masing masing famili atau genus

N : Jumlah total individu yang ditemukan dalam sample

Skor untuk makrobentos paling toleran adalah 10 sedangkan skor makrobentos paling intoleran adalah 1.

Adapun klasifikasi tingkat pencemaran kualitas air terhadap nilai indeks FBI makrobentos ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi tingkat pencemaran kualitas air berdasarkan nilai Indeks FBI

Klasifikasi Nilai Indeks FBI

Tidak tercemar 0,00-3,75

Tercemar ringan 3,76-4,25

Tercemar sedang 4,26-5,00

Tercemar kritis 5,01-5,75

Tercemar berat 5,76-6,50

Tercemar sangat berat 6,51-7,25

Tercemar ekstrim 7,26-10,00

f. Koefisien Saprobik

Sistem Koefisien Saprobik digunakan untuk melihat organisme yang dominan saja dan banyak digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran dengan persamaan Dresscher dan Van Der mark. Perhitungan Koefisien Saprobik yang didapatkan menggunakan persamaan (6)

𝑋 = 𝐶 + 3𝐷 − 𝐵 − 3𝐴

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷 (6)

Dimana:

X : Koefisien Saprobik (-3 sampai dengan 3) A : Kelompok organisme Cyanophyta B : Kelompok organisme Dinophyta C : Kelompok organisme Chlorophyta D : Kelompok organisme Chrysophyta

Adapun Kriteria Hubungan antara koefisien saprobik dengan tingkat pencemaran perairan ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara koefisien saprobik dengan tingkat pencemaran perairan

Bahan Pencemar

Tingkat Pencemaran

Fase Saprobik Koefisien Saprobik Bahan

Organik

Sangat Berat

Cukup Berat

Polisaprobik Poli/α-

mesosaprobik α-

meso/Saprobik α-mesosaprobik

(-3)-(-2) (-2)-(-1,5)

(-1,5)-(-1) (-1)-(-0,5) Bahan

Organik dan Anorganik

Sedang

Ringan

Sangat Ringan

α/β-

mesosaprobik β/α-

mesosaprobik β-mesosaprobik β-meso/

Oligosaprobik Oligo/β- mesosaprobik Oligosaprobik

(-0,5)-(0) (0)-(0,5)

(0,5)-(1,0) (1,0)-(1,5)

(1,5)-(2) (2)-(3)

(5)

g. Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton adalah cara untuk mengukur jumlah individu plankton per satuan volume air.

Perhitungan Kelimpahan plankton yang didapatkan menggunakan persamaan (7)

𝑁 = 𝑛 𝑥 1 𝐴 𝑥𝐵

𝐶 (7)

Dimana:

N : Kelimpahan plankton (𝑖𝑛𝑑

⁄𝐿) n : Jumlah plankton yang tercacah A : Volume air contoh yang disaring (L) B : Volume air contoh yang tersaring (mL) C : Volume air pada SRC (mL)

Kelimpahan plankton dapat digunakan untuk menilai produktivitas dan kesehatan ekosistem, karena plankton merupakan produsen primer dan sumber makanan bagi organisme lain.

h. Indeks Kesamaan

Indeks Kesamaan plankton merupakan cara untuk mengukur seberapa mirip komposisi jenis plankton antara dua lokasi atau waktu yang dibandingkan.

Perhitungan Indeks Kesamaan plankton yang didapatkan menggunakan persamaan (8)

𝑆 = 2𝐶

𝐴 + 𝐵 + 𝐷 𝑥 100% (8) Dimana:

S = Jumlah keseluruhan Spesies A = Jumlah Spesies pada Komunitas A B = Jumlah Spesies pada Komunitas B

C = Jumlah Spesies pada Komunitas A, B, dan D D = Jumlah Spesies pada Komunitas D

Adapun kriteria Indeks Kesamaan plankton yang dimana:

Nilai S berkisar antara 0 sampai 100%, nilai S yang mendekati 0% menunjukkan bahwa tidak ada kesamaan jenis plankton antara dua lokasi atau waktu yang dibandingkan. Sedangkan nilai S yang mendekati 100%

menunjukkan bahwa semua jenis plankton sama antara dua lokasi atau waktu yang dibandingkan

i. Aturan 50%

Aturan 50% adalah cara untuk menentukan jumlah jenis plankton yang dominan dalam suatu komunitas plankton. Perhitungan Aturan 50% plankton yang didapatkan menggunakan persamaan (9)

𝐴𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 50%

= 𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖𝑓 + 𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘

𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 + 𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘 + 𝑛𝑈𝑏𝑖𝑞𝑢𝑖𝑡𝑜𝑠(9 𝑥 100%

)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 4 Famili dan 4 Spesies makrobentos serta 3 Filum dan 9 Spesies fitoplankton. 4 Spesies makrobentos berupa Trichogaster Pectoralis, Onychogompus Farcipatus, Eisenia Fetida, dan Thiara Granifera. Sedangkan untuk spesies fitoplankton berupa Anabaena Affinis, Aphanizomenon, Brasilonema Octagenarum, Pithophora, Gloeocapsa, Orhithocercus, Oedogonium, Oscillatoria, dan Nostoc.

Spesies makrobentos dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Makrobentos yang ditemukan di lokasi penelitian

No. Spesies Famili

1.

2.

3.

4.

Trichogaster Pectoralis Onychogompus Farcipatus Eisenia Fetida Thiara Granifera

Osphronemidae Gomphidae Lumbricidae Thiaridae Makrobentos dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas air. Makrobentos merupakan organisme yang melekat pada dasar atau hidup pada sedimen dasar.

Bioindikator dikatakan dapat digunakan sebagai pengukur kualitas air karena bioindikator memberikan respon secara spesifik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi misalnya suhu, pH dan sebagainya. Makrobentos sering digunakan sebagai bioindikator kualitas air karena tiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap gangguan bahan pencemar organik dalam perairan. Hasil pengamatan pada Kolam Ruang Terbuka Hijau ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Pengamatan Makrobentos pada Kolam Ruang Terbuka Hijau

N o.

Spesies ∑ Kepa datan

Keaneka ragaman

Domi nansi

Keme rataan 1. Trichog

aster

3 3 -0,338 2. Thiara 8 8 -0,298

0,41 0,743 3. Eisenia 1 1 -0,197

4. Onycho gompus

1 1 -0,197 Total 1

3

13 1,031 0,41 0,743

(6)

Pada tabel 4 didapatkan bahwa nilai kepadatan makrobentos yaitu 13. Pada kepadatan spesies Thiara didapatkan lebih besar dibandingkan yang lain yaitu 8.

Sedangkan nilai kepadatan spesies terbesar yang kedua didapatkan oleh spesies jenis Trichogaster dengan nilai 3. Dan juga Indeks Keanekaragaman pada Kolam Ruang Terbuka Hijau didapatkan nilai 1,031 yang dimana kategori pencemaran kualitas air pada Kolam Ruang Terbuka Hijau yaitu kualitas air tercemar ringan yang berada pada kisaran 1<H’<3 dan dapat dilihat pada persamaan (2). Untuk nilai dominansi didapatkan nilai yaitu sebesar 0,41 yang dimana dominansi nya mendekati 0 maka kategorinya tidak ada dominansi jenis makrobentos dalam Kolam Ruang Terbuka Hijau yang dapat dilihat pada persamaan (3). Sedangkan untuk nilai Indeks Kemerataan makrobentos yaitu 0,743 dengan kategori pemerataan antar spesies relatif seragam yang dapat dilihat pada persamaan (4). Hasil jumlah spesies makrobentos pada Kolam Ruang Terbuka Hijau ditunjukkan pada gambar 1.

(a)

(b) Gambar 1. Makrobentos yang terdapat di Kolam

Ruang Terbuka Hijau. (a) Jumlah spesies makrobentos, (b) Kepadatan spesies

makrobentos.

Gambar 1 dapat diketahui bahwa spesies Thiara lebih dominan terdapat di Kolam Ruang Terbuka Hijau dibandingkan dengan jenis lainnya. spesies Thiara ini

merupakan jenis dari salah satu jenis keong. Spesies yang kedua lebih banyak adalah jenis Trichogaster yang mana jenis ini merupakan salah satu jenis ikan sepat.

Jumlah spesies makrobentos sebanding dengan jumlah kepadatan makrobentos yang mana spesies jenis Thiara memiliki kepadatan lebih banyak dari pada jenis lainnya. Selain itu spesies jenis Eisenia dan Onychogompus memiliki jumlah dan kepadatan paling kecil dibandingkan yang lainnya. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh spesies jenis Eisenia dan Onychogompus kurang peka/tahan terhadap kondisi air pada Kolam Ruang Terbuka Hijau. Tingkat pencemaran kualitas air terhadap makrobentos berdasarkan nilai FBI yang terdapat didalam Kolam Ruang Terbuka Hijau dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil pengamatan makrobentos pada Kolam Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Family Biotic Index (FBI).

Jenis Spesies

Family Juml ah (Xi)

Nilai Tolera nsi (Ti)

Xi×

Ti Trichogaste

r Pectoralis Osphronem idae

3 3,5 10,5

Onychogo mpus Forcipatus

Gomphiade 1 1 1

Eisenia Fetida

Lumbriciad e

1 5 5

Thiara

Granifera Thiaridae 8 6 48

Total 13 15,5 64,5

FBI = 4,96

Berdasarkan perhitungan pada tabel 5, diperoleh hasil FBI yaitu sebesar 4,96 yang mana menunjukkan bahwa tingkat kualitas air pada Kolam Ruang Terbuka Hijau berada pada kategori tercemar sedang yang berada di kisaran 4,26-5,00 yang dapat dilihat pada tabel 1. Fitoplankton yang terdapat didalam Kolam Ruang Terbuka Hijau dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Spesies Fitoplankton yang terdapat pada Kolam Ruang Terbuka Hijau

Spesies Filum Jumlah Anabaena Affinis Cyanophyta 1 Aphanizomenon Cyanophyta 2 Brasilonema

Octagenarum

Cyanophyta 9 3

8

1 1

0 2 4 6 8 10

Jumlah

3

8

1 1

0 1 23 45 67 89

Kepadatan

(7)

Pithophora Chlorophyta 1 Gloeocapsa Cyanophyta 1 Orhithocercus Dinophyta 1 Oedogonium Chlorophyta 1 Oscillatoria Cyanophyta 1

Nostoc Cyanophyta 1

Total 18

Gambar 2. Jumlah spesies fitoplankton yang terdapat pada Kolam Ruang Terbuka Hijau.

Gambar 2 menunjukkan spesies Fitoplankton yang terdapat pada Kolam Ruang Terbuka Hijau. Jumlah Spesies fitoplankton yang paling banyak terdapat pada spesies Brasilonema Otagenarum yang memiliki jumlah sebanyak 9. Jenis spesies lainnya memiliki rata rata jumlah 2 & 1. Spesies Fitoplankton Anabaena Affinis, Aphanizomenon, Brasilonema Octagenarum, Gloeocapsa, Oscillatoria & Nostoc merupakan jenis Cyanophyta. Pithophora dan Oedogonium merupakan jenis Chlorophyta. Sedangkan Orhithocercus merupakan jenis Dinophyta. Sehingga jenis fitoplankton yang terdapat di dalam Kolam Ruang Terbuka Hijau memiliki 3 jenis yaitu: Cyanophyta, Chlorophyta dan Dinophyta. Indeks keanekaragaman plankton pada ruang terbuka hijau dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Indeks Keanekaragaman plankton pada Kolam Ruang Terbuka Hijau.

Jenis Fitoplankton

Family Keanekaragama n Anabaena

Affinis

Cyanophyta -0,160 Aphanizomeno

n

Cyanophyta -0,244 Brasilonema

Octagenarum

Cyanophyta -0,346

Pithophora Chlorophyt a

-0,160 Gloeocapsa Cyanophyta -0,160 Orhithocercus Dinophyta -0,160 Oedogonium Chlorophyt

a

-0,160 Oscillatoria Cyanophyta -0,160

Nostoc Cyanophyta -0,160

Total 1,714

Pada tabel 7 didapatkan hasil indeks keanekaragaman fitoplankton pada Kolam Ruang Terbuka Hijau yaitu sebesar 1,714. Hal ini menunjukkan tingkat pencemaran kualitas air yang berada di Kolam Ruang Terbuka Hijau yakni dengan kategori tercemar ringan karena berada pada kisaran 1<H’<3 yang bisa dilihat pada persamaan (2). Hasil pengamatan plankton dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Pengamatan plankton pada Kolam Ruang Terbuka Hijau.

Jenis Plankton

Kelimpahan Kemerataan Saprobik

Fitoplankton 4.1564,1𝑖𝑛𝑑

⁄𝐿 0,780 -1,8

Berdasarkan hasil pengamatan plankton pada tabel 8, didapatkan nilai Kelimpahan fitoplankton yaitu sebesar 4.1564,1 𝑖𝑛𝑑

⁄𝐿. Dan pada hasil Indeks Kemerataan fitoplankton tersebut didapatkan nilai sebesar 0,780 dengan kategori pemerataan antar spesies relatif seragam yang bisa dilihat pada persamaan (4).

Selanjutnya pada hasil Koefisien saprobik fitoplankton yang didapatkan yakni sebesar (-1,8) dengan kategori tingkat pencemaran kualitas air sangat berat karena berada pada kisaran (-2) sampai (-1,5) (fase Poli/α- mesosaprobik) yang bisa dilihat pada tabel 2. Dari hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Koefisien Saprobik tersebut dapat diketahui bahwa air Kolam Ruang Terbuka Hijau memiliki polutan yang cukup tinggi bagi jenis Fitoplankton dan juga Makrobentos.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian Biomonitoring ini yang berada di Kolam Ruang Terbuka Hijau yaitu makrobentos yang terdapat di kolam ruang terbuka hijau memiliki 4 spesies berupa Trichogaster dengan jumlah 3 dan kepadatan 3; Thiara dengan jumlah 8 dan kepadatan 8; Eisenia dengan jumlah 1 dan kepadatan 1 serta Onichogompus dengan jumlah 1 dan kepadatan 1. Makrobentos ini juga memiliki 4 famili yaitu Osphronemidae, Gomphidae, Lumbriciade, serta Thiaridae. Dan juga ditemukan beberapa fitoplankton yang memiliki 9 spesies berupa

1 2

9

1 1 1 1 1 1

0 2 4 6 8 10

Jumlah Spesies

(8)

Brasilonema Octagenarum dengan jumlah 9, Aphanizomenon dengan jumlah 2, serta Anabaena Affinis, Pithophora, Gloeocapsa, Orhithocercus, Oedogonium, Oscillatoria dan Nostoc dengan jumlah masing-masing 1 sehingga total dari keseluruhan spesies fitoplankton berjumlah 18. Adapun dari fitoplankton ini sendiri memiliki 3 Filum yaitu Cyanophyta, Chlorophyta serta Dinophyta.

Dari hasil pengamatan makrobentos dan plankton pada Kolam Ruang Terbuka Hijau, didapatkan hasil perhitungan dari masing-masing pengamatan.

Pengamatan makrobentos yang diketahui bahwa jenis makrobentos pada Kolam Ruang Terbuka Hijau cukup stabil. Indeks Keanekaragaman (H) bentos termasuk kedalam kategori komunitas sedang dengan tingkat pencemaran kualitas air ringan yaitu sebesar 1,031, serta Indeks dominansi (D) bentos di kolam ini menandakan bahwa jenis makrobentos tidak mendominasi yakni sebesar 0,41 karena kategori mendekati 0. Namun pada Indeks Kemerataan (E) Pemerataan makrobentos antar spesies relatif seragam yakni sebesar 0,743. Family Biotic Index yang didapat sebesar 4,96 yang dimana tingkat kualitas air berada dalam kategori tercemar sedang yang dimana spesies yang memiliki skor paling toleran adalah spesies Thiara Granifera yaitu sebesar 8. Sedangkan skor paling intoleran dimiliki spesies Onychogompus Forcipatus dan Eisenia Fetida karena memiliki skor masing-masing 1.

Sedangkan untuk plankton terdapat jenis spesies fitoplankton yang berada pada Kolam Ruang Terbuka Hijau yang mana Kelimpahan plankton sebesar 4.1564,1 𝑖𝑛𝑑

⁄𝐿. Indeks Keanekaragaman fitoplankton yang bernilai 1,714 dan termasuk kedalam kategori komunitas sedang dengan tingkat kualitas air tercemar ringan. Kemudian Indeks kemerataan fitoplankton yang bernilai 0,780 dengan kategori pemerataan antar spesies relatif seragam. Namun pada Koefisien Saprobik didapatkan nilai (-1,8) dengan kategori kualitas air tercemar sangat berat yang mana menunjukkan bahwa air Kolam Ruang Terbuka Hijau memiliki polutan yang cukup tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, C., Hasan, Z., & Mulyani, Y. (2012). Distribusi Spasial Komunitas Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Situ Bagendit Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 3(4), 301–

311.

Desmawati, I., Adany, A., & Java, C. A. (2019). Studi Awal Makrozoobentos di Kawasan Wisata Sungai Kalimas, Monumen Kapal Selam Surabaya.

Jurnal Sains Dan Seni ITS, 8(2).

https://doi.org/10.12962/j23373520.v8i2.49929

Maslina. (2018). Ekosistem Kolam: Pengertian, Karakteristik dan Komponen. MateriIPA.

https://materiipa.com/ekosistem-kolam

Megawati, C., Yusuf, M., & Maslukah, L. (2014).

Sebaran Kualitas Perairan Ditinjau Dari Zat Hara, Oksigen Terlarut Dan pH Di Perairan Selat Bali Bagian Selatan. Jurnal Oseanografi, 3(2), 142–

150. http://ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jose.50275Telp/Fax Prasidya, D. A., Novembrianto, R., Munawar, Jawwad,

M. A. S., & Rhomadhoni, M. N. (2022).

Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan.

Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 14(2), 169–175.

Rachman, H., Priyono, A., & Yusli Wardiatno. (2016).

Makrozoobenthos sebagai Biondikator Kualitas Air Sungai di Sub Das Ciliwung Hulu. Media Konservasi, 21(3), 261–269.

Suhadi, M., Gustomi, A., & Supratman, O. (2020).

Struktur Komunitas Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Di Sungai Upang Desa Tanah Bawah Kecamatan Puding Besar. Akuatik:

Jurnal Sumberdaya Perairan, 14(1), 26–32.

https://doi.org/10.33019/akuatik.v14i1.2014 Susanti Pranatasari, D., & Rahardyan Nugroho, A.

(2017). Makroinvertebrata Sebagai Indikator Pengamatan Kualitas Air. Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2017, 439–448.

Zakky. (2018). Pencemaran Air | Pengertian, Penyebab, Dampak dan Contohnya.

Zonareferensi.

https://www.zonareferensi.com/pencemaran-air/

LAMPIRAN FOTO PAKTIKUM

Referensi

Dokumen terkait

Ruang terbuka berfungsi sebagai ventilasi kota, dapat berupa jalan, trotoar, ruang terbuka hijau,

Pada peraturan yang berlaku kawasan terbuka hijau di perkotaan adalah 30% dari seluruh luas kota, tetapi di Jakarta kurang dari 10% ruang terbuka hijau.. Agenda ruang terbuka

Tak Cuma itu, Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, tempat

Masyarakat kota, berkepentingan terhadap tersedianya ruang terbuka hijau dengan berbagai fungsi ekologisnyai. Masyarakat pendatang, yang cenderung memanfaatkan ruang terbuka

Jika teknik penghitungan untuk penentuan kualitas ruang terbuka hijau dengan menggunakan burung sebagai indikator ini dapat dipergunakan oleh semua kalangan

Konsep pada penelitian ini yang berjudul “Aktivitas Ekonomi dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Aktif di Kota Denpasar” ini adalah melihat bagaimana dampak dari pemanfaatan ruang

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi eksisting ruang terbuka hijau kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan proyeksi ruang terbuka hijau pada tahun 2028 di kampus

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis luas dan sebaran ruang terbuka hijau di Kota Banjarbaru berdasarkan kondisi tutupan lahan, luas kawasan, jumlah penduduk, dan karbon dioksida