Keterangan:
1. Program dimulai dengan video pemaparan guru untuk menyampaikan materi kepada murid.
Melakukan pemaparan materi melalui video yang pre-recorded berarti murid yang mungkin sulit mengerti materi bisa mengulang video dan penjelasan sesukanya hingga ia mengerti. Format lain yang bisa digunakan untuk pemaparab materi termasuk audio dan teks (infografis, artikel, dst).
Aktivitas menonton bisa diiringi o;eh forum diskusi menggunakan fitur komentar di bawah video, yang bisa digunakan untuk memastikan murid telah mengerti materi yang diajarkan.
2. Aktivitas berikutnya adalah riset mandiri. Kegiatan mandiri seperti ini penting untuk membangun proses inkuiri dan memberi murid kesempatan mengeksplor suatu topik sesuka mereka. Dari sisi guru, cukup menyiapkan prompt dan unstruksi yang cukup jelas dan memotivasikan murid untuk belajar.
3. Berikut ada aktivitas luring pertama, sebuah pratikum lan. Karena pratikum membutuhkan alat khusus, maka murid harus bertemu dalam ruangan luring unruk kegiatan ini.
4. Setelah itu, murid diberikan tugas mempresentasikan hasil dari pratikum mereka, yang mereka akan kerjakan di rumah. Konsultasi kepada guru mengenai tugas ini bisa dilakukan melalui video call saja, dengan jadwal yang bisa disesuaikan oleh murid.
5. Pertemuan luring berikutnya merupakan presentasi dari murid; kegiatan ini dilakukan di ruang luring agar mempermudah interaksi dan diskusi setelah presentasi selesai. (5a) ada juga kegiatan aktivitas add-on yang sifatnya optional atau tidak wajig, yaitu flied trip. Ini adalah aktivitas yang bisa memperkaya pemebelajaran murid tetapi tidak dibutuhkan untuk memenuhi tujuan pembelajaran program.
6. Kegiatan berkelompok dan interaksi antar murid sangat dianjurkan karena murid tentu bisa banyak belajar dari sesame lain juga. Kerja kelompok bisa dilakukan melalui media daring seperti group chat dan video cal. Ini memberi murid lebih banyak fleksibilitas jika murid mempunyai pertanyaan, dan memberi motivasi dan feedback melalui channel daring.
7. Puncak dari program ini adalah karya hasil murid yang dilakukan secara luring.
8. Lalu program diakhiri dengan refleksi. Proses refleksi sangat penting untuk memastikan murid bisa terus mengembangkan proses belajar mereka di program-profram berikutnya.
Salah satu tahapan dalam merencanakan pembelajaran blended learning adalah menentukan model pembelajaran. Sekarang, mari kita simak 7 model pembelajaran blended learning beserta contohnya.
Model I: Rotasi Stasiun (Station Rotation)
 Model yang memungkinkan murid untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memutari stasiun-stasiun pembelajaran melalui jadwal tertentu
 Setidaknya terdapat satu stasiun yang merupakan pembelajaran secara daring Berikut merupakan contoh implementasinya:
Model II: Rotasi Lab (Lab Rotation)
 Model yang memungkinkan murid untuk mengikuti pembelajaran dengan memutari stasiun namun pelaksanaannya dengan lab komputer khusus
 Murid mempunyai kesempatan untuk memutar stasiun melalu jadwal yang telah ditetapkan oleh guru namun pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kecepatan murid masing- masing
Berikut merupakan contoh implementasinya:
Model III: Flipped Classroom
 Model yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi untuk pembelajaran sinkronus dan asinkronus yang terintegrasi digital
 Dalam pembelajaran, murid diberikan materi terlebih dahulu untuk dipelajari secara mandiri atau disebut dengan pembelajaran asinkronus yang kemudian akan dibahas di dalam pembelajaran di sekolah secara tatap muka atau disebut dengan pembelajaran sinkronus Berikut merupakan contoh implementasinya:
Model IV: Rotasi Individual (Individual Rotation)
 Model ini memungkinkan murid melakukan pembelajaran mandiri secara sinkronus dan asinkronus yang disesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman belajar individu
 Murid tidak wajib menghadiri setiap stasiun Berikut merupakan contoh implementasinya:
Model V: Flex
 Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam kelompok, maupun tutoring secara individu untuk membantu murid yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran berdasarkan hasil pantauan aktivitas pembelajaran
 Kunci dari model kelas Flex adalah guru dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat fleksibel bagi murid namun tetap ada interaksi yang bermakna antar murid dan guru selama kegiatan pembelajaran
Berikut merupakan contoh implementasinya:
Model VI: Enriched Virtual
 Model ini pada dasarnya diawali dengan lembaga atau sekolah yang fokus pada pembelajaran daring namun ingin memperkaya aktivitas belajar murid dengan mengadakan pertemuan tatap muka secara offline
Berikut merupakan contoh implementasinya:
Model VII: A La Carte
 Model ini berfokus pada adanya kelas/kursus tambahan baik mengenai konten pembelajaran yang dipelajari di sekolah maupun terlepas dari apa yang dipelajari di sekolah. Dapat dilakukan secara sinkronus online dan offline maupun asinkronus online
Berikut merupakan contoh implementasinya:
Mengenal Blended Learning dan PJJ, sama atau berbeda?
Pembelajaran Jarak Jauh adalah system pemebelajaran yang dilakukan mulai saat pandemi. Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh guru dan murid secara tidak langsung melalui aplikasi virtual yang dapat diakses di tempat masing-masing berada yang dipisahkan oleh jarak (tidak dalam satu tempat). Blended learning merupakan startegi pembelajaran yang mendukung system pembelajaran jarak jauh. Strategi pembelajaran blended learning merupakan pembelajaran campuran yang dijalankkan dengan mengkombinasikan antara pembelajaran sinkronus dan pembelajaran asinkronus.
1. Pembelajaran asinkronus adalah pembelajaran yang dilakukan secara mandiri, tidak didampingi secara langsung oleh guru dan murid dapat belajar secara fleksibel.
2. Pembelajaran sinkronus adalah pembelajaran yang berlangsung disatu waktu yang sama dan didampingi secara langsung oleh guru (dapat dilakukan secara tatap muka ataupun virtual)
Bentuk-bentuk pembelajaran sinkronus dan asinkronus
Blended learning adalah strategi pembelajaran yang mendukung pembelajaran jarak jauh (PJJ), strategi ini mengkombinasikan sistem pembelajaran sinkronus dan asinkronus. Sekarang mari kita lihat bentuk-bentuk dari pembelajaran sinkronus dan asinkronus. Pembelajaran sinkronus merupakan pembelajaran yang sifatnya di fasilitasi langsung oleh guru baik di kelas maupun secara virtual jadi kegiatan antara guru dan murid terjadi di waktu yang bersamaan serta pembelajaran yang dilakukan dapat memperkuat pemahaman materi yang telah dipelajari.
Contoh aktivitas dari pembelajaran sinkronus :
1. Mencakup penjelasan materi menggunakan berbagai media misalnya PowerPoint, Google slide, ataupun video.
2. Asesmen singkat atau soal-soal pembelajaran selama sesi sinkronus. guru dapat menggunakan aplikasi Google form, Kahoot dan quizizz.
3. Mengadakan diskusi kelompok yang dilakukan menggunakan meeting virtual dan diskusinya dilakukan di break out room kelompok masing-masing.
Macam-macam media pembelajaran sinkronus:
1. Dapat digunakan adalah pengaturan sistem pembelajaran daring atau kelas virtual seperti Google classroom atau aplikasi sekolahmu dan karirmu.
2. Media pembelajaran untuk pertemuan secara virtual yang dapat digunakan adalah aplikasi Zoom atau Google Meet.
3. Komunikasi virtual dengan orang tua bisa menggunakan aplikasi WhatsApp, Telegram maupun Email.
Pembelajaran asinkronus sifatnya tidak didampingi guru secara langsung artinya ada alokasi waktu tertentu untuk menyelesaikannya serta ada instruksi yang jelas terkait pelaksanaan aktivitas. Contoh aktivitas pembelajaran asinkronus yang dapat dilakukan adalah (1) eksperimen yang dilakukan oleh murid di rumah masing-masing; (2) pemberian tugas untuk membantu pemahaman murid terhadap sebuah konsep; (3) melakukan riset yang hasilnya dapat dibahas dalam sesi pembelajaran sinkronus; (4) Tugas atau Project bersama keluarga yang biasanya efektif untuk diterapkan pada murid usia dini dari level TK hingga SD kelas 3.
Macam-macam media pembelajaran asinkronus yaitu video pemaparan guru, video animasi, infografis digital, poster digital, presentasi digital, podcast atau audio penjelasan materi, intruksi riset mandiri/kelompok, intruksi dan langkah-langkah melakukan eksperimen mandiri/kelompok, dan tugas mandiri bersma keluarga.
Merencanakan pembelajaran sinkronus dan asinkronus
Pembelajaran sinkronus ini bisa dijalankan sebagai aktivitas assessmen singkat. Jadi melalui aktivitas asesmen itu kita dapat melihat secara langsung tingkat kemampuan murid dalam memahami suatu konsep. Perancangan pembelajaran sinkronus melalui kegiatan assessment bisa kita lakukan dengan cara memperhatikan tiga hal ini: (1) cara belajar; (2) strategi belajar, dan (3) media belajar. Memperhatikan cara belajar yang tepat untuk mendukung pengalaman belajar murid sehingga tingkat pemahamannya menjadi lebih baik.
1. Strategi pertama bisa memberikan stimulus pada murid dengan melontarkan pertanyaan.
kita bisa meminta para murid untuk merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut menggunakan aplikasi kuis interaktif seperti kahoot dan quizizz. Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan kita untuk melihat jawaban-jawaban murid dari pertanyaan yang diberikan secara langsung. Hasil dari respons murid tersebut dapat kita gunakan untuk melihat tingkat pemahaman murid dan mengetahui konsep apa saja yang masih harus diperdalam di kelas.
2. Selanjutnya, kita ingin mengurangi aktivitas ceramah atau pemberian materi yang sifatnya satu arah, karena kita ingin murid juga berperan aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri. Maka dari itu kita bisa menggunakan strategi-strategi interaktif seperti Retrieval Practice. Tujuan dari Retrieval Practice adalah untuk melihat pemahaman murid mengenai konsep atau kompetensi yang dipelajari saat itu. Kita dapat membuat sebuah poster digital yang berisi kotak-kotak pertanyaan yang bisa memberikan gambaran bagi anda untuk melihat tingkat pemahaman murid-murid. Setiap kotak diberikan warna berbeda-beda untuk menunjukkan bahwa setiap kotak memiliki poin yang berbeda-beda satu sama lain.
Kegiatan ini dapat menjadi aktivitas esasmen yang interaktif dan tidak membosankan bagi murid. Contoh lain yang dapat dicoba yaitu penerapan strategi Retrieval Practice Placemat.
Guru dapat membuat poster digital berisikan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian jawabannya dapat diobservasi dan menunjukkan tingkat pemahaman murid terhadap konsep-konsep pembelajaran.
3. Cara lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sinkronus adalah dengan menjalankan aktivitas di mana murid dapat berkolaborasi dengan sesama murid lainnya.
Contohnya murid membentuk kelompok-kelompok kecil selama mengikuti aktivitas Retrieval Practice.
Pada dasarnya setiap individu memiliki ketertarikan yang berbeda-beda terhadap suatu hal, termasuk perbedaan pada gaya belajar. Ada murid yang suka belajar dengan mendengarkan audio visual, contoh dari konsep secara visual maupun langsung melakukan praktik dengan gerakan dan sebagainya. Sehingga penting bagi guru untuk mengakomodir gaya belajar murid yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya dalam blended learning. perbedaan gaya belajar dapat diakomodir dengan pembelajaran asinkronus. Guru dapat menyediakan aktivitas belajar yang melibatkan kegiatan melihat, mendengar, dan menggerakkan tubuh.
Dalam pembelajaran asinkronus pilihan belajar menjadi penting bagi murid karena murid dapat belajar atau mengerjakan tugas sesuai dengan waktunya sendiri. Tugas yang diberikan harus disertai instruksi yang jelas dan dengan beberapa pilihan. Jadi guru tidak semata-mata hanya membagikan LKS dan meminta murid untuk mengerjakannya sekaligus. Guru bisa memberikan beberapa, contohnya (terdapat kotak dengan beberapa pilihan cara belajar baik itu
membaca, menulis, komunikasi, observasi, puzzle, mediasi, dll) yang dapat mengeksplorasinya melalui search engine. Kalau murid suka membaca maka murid dapat diberikan pilihan belajar dengan melihat kotak paling kiri atas, apabila murid suka mengobservasi. Murid dapat dianjurkan untuk memilih menu belajar dengan melihat kotak tengah di sebelah kanan dan seterusnya. jadi meski ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan murid, semua pilihan ini punya tujuan yang sama yaitu mengeksplorasi sebuah konsep.
Dalam pembelajaran asinkronus elemen terbesar yang menjadi kunci keberhasilan pembelajarannya adalah pelaksanaan aktivitas mandiri. Guru perlu menyediakan menu belajar yang berisi pilihan belajar untuk murid. aktivitas mandiri tersebut bisa dirancang untuk dilakukan pada jam sekolah meski tidak didampingi guru secara langsung. Kemudian, hasil dari pembelajaran dengan aktivitas Mandiri itu nantinya bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran bersama guru dalam pembelajaran tatap muka langsung atau virtual. Jadi pembelajaran sinkronus dan asinkronus dapat saling melengkapi. Anda bisa lihat bahwa di setiap kotak ada pilihan berbeda mengenai cara belajar dan konten belajar yang berbeda juga yang dapat dilakukan oleh murid. Sehingga belajar secara mandiri terasa lebih menyenangkan dan juga interaktif.
Pada dasarnya Blended Learning diciptakan dengan perspektif bahwa pembelajaran itu seharusnya berpihak pada murid. Kelas luring atau tatap muka secara langsung yang kita lakukan selama ini tidak bisa serta-merta kita jadikan pembelajaran secara digital. Tapi perlu pengaturan tertentu untuk berhasil menjalankan kelas pembelajaran jarak jauh yang optimal maka dari itu guru perlu strategi yang mengkombinasikan pembelajaran asinkronus dan sinkronus.
Blender learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran asinkronus dan sinkronus. Di dalam blended learning pembelajaran yang berbasis proyek dan yang berdasarkan dengan konteks kehidupan sehari-hari menjadi sangat penting karena murid dapat menggunakan konteks kehidupan sehari-hari secara langsung ke dalam proses belajarnya. Hal penting lainnya yang perlu diingat adalah terkadang tugas-tugas yang mungkin nyaman untuk dipersiapkan oleh guru belum tentu nyaman dikerjakan oleh murid. Misalnya aktivitas belajar yang diberikan terlalu monoton dan tidak bervariasi atau tidak mengakomodir seluruh gaya belajar murid, sehingga murid cenderung tidak optimal belajar. Jadi strategi blended learning yang menggabungkan pembelajaran sinkronus dan asinkronus diciptakan agar terjadi proses belajar yang menyenangkan baik bagi murid maupun bagi guru selama pembelajaran berlangsung.
Kesepakatan Pembelajaran Blended Learning
Tantangan yang berpotensi muncul dalam pelaksanaan blended learning adalah tentang bagaimana mengkomunikasikan proses belajar yang dilakukan. Hal ini dikarenakan terdapat banyak sekali penyesuaian yang dilakukan dalam proses pembelajaran jarak jauh. Terutama dalam penggunaan teknologi dan durasi waktu yang digunakan untuk belajar secara mandiri atau tatap muka secara virtual. Semula kegiatan murid terpusat pada pembelajaran yang dilaksanakan di kelas secara langsung. Sesuai dengan bagaimana mengkomunikasikan proses belajar yang dilakukan melalui aplikasi pesan, memberikan penjelasan mengenai penggunaan media belajar atau aplikasi kepada murid hingga menyampaikan tentang alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran sinkronus maupun asinkronus. Jadi membuat kesepakatan pembelajaran bersama murid menjadi hal penting yang perlu dilakukan dalam pembelajaran.
lalu apa ya akibatnya kalau kesepakatan belajar tidak tercapai? Dampak dari tidak tercapainya kesepakatan belajar di awal akan mengarah pada aktivitas belajar yang tidak optimal.
Murid bisa saja kesulitan dalam menggunakan aplikasi belajar, lengah terhadap waktu pengumpulan tugas secara daring, tidak aktif ikut serta dalam kegiatan pembelajaran, dan sebagainya. Hal-hal yang harus disepakati dalam blended learning yaitu mengenai perangkat pembelajaran yang berlaku di era digital atau digital citizenship, partisipasi murid dan komitmen waktu dalam pembelajaran. Mari kita bahas satu persatu:
1.
Kesepakatan belajar perlu membahas mengenai perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Penting bagi guru untuk mengkomunikasikan dan menyepakati pilihan perangkat pembelajaran yang akan digunakan, agar murid dapat lebih siap untuk belajar.Dalam hal ini pastikan pemilihan perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan muridnya. Untuk membuat kesepakatan, guru perlu menentukan terlebih dahulu perangkat apa yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Guru dapat berefleksi dengan menjawab pertanyaan berupa, gawai apa yang digunakan oleh murid?
Apakah komputer, laptop, atau smartphone? Selain itu, aplikasi apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran? Apakah murid menguasai penggunaan aplikasi itu atau harus dipelajari terlebih dahulu? Apakah aplikasi tersebut perlu diunduh atau sudah tersedia pada gawai masing-masing? Dll. Guru harus memastikan bahwa proses belajar yang akan dilakukan dapat diakomodir setiap gawai yang dimiliki murid.
2.
Digital citizenship atau norma yang berlaku di era digital guru dapat membantu murid memahami konsep ini. Contohnya dengan mengkomunikasikan ekspektasi tentang perilaku yang pantas dilakukan di forum dan diskusi , bagaimana menghormati privasi orang lain, tidak melakukan plagiasi, serta tidak melakukan perundungan atau terlibat dalam perilakuinternet yang negatif, dan seterusnya. Guru bisa memberitahu mereka bahwa guru tidak akan mentoleransi segala perilaku perundungan secara virtual.
3.
Partisipasi murid dengan memberitahukan ekspektasi seperti apa yang ingin dicapai selama proses pembelajaran. Untuk membangun partisipasi tersebut guru dapat mengkomunikasikan interaksi seperti apa yang perlu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajara. Perilaku perundungan daring atau cyber bullying yang dilakukan secara virtual, kemudian kesepakatan belajar, harus melibatkan partisipasi murid dengan memberitahukan ekspektasi seperti apa yang ingin dicapai selama proses pembelajaran.Untuk membangun partisipasi tersebut guru dapat mengkomunikasikan interaksi seperti apa yang perlu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran. Termasuk tentang seberapa intensitas Interaksi yang perlu dilakukan murid untuk mencapai pembelajaran yang optimal. Misalnya guru bisa menyampaikan seberapa sering murid harus terlibat dalam forum atau diskusi baik dengan memberikan pendapat melalui kolom chat, menghidupkan microphone ketika dipilih untuk memberikan pendapat, dan lain sebagainya.
Selain itu, murid juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan terkait ekspektasi tersebut dan bagaimana solusinya. Jika ada hambatan untuk melakukan hal-hal yang disepakati, maka dapat di diskusikan dan disepakati kembali.