PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pelajaran Kewirausahaan Materi Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan di Kelas XI
SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013/2014)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
ROSIDA EVI SANTIHOSI
1201137
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pelajaran Kewirausahaan Materi Menyusun Laporan Keuangan di Kelas XI
SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP.196110221986031002
Pembimbing II
Dr. Dadang Dahlan, M.Pd NIP.195712051982031002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya sadar menciptakan lingkungan atau
pengkondisian terhadap peserta didik (Momon Sudarma, 2013:47). Upaya tersebut
semestinya memberi pencerahan, mengembangkan penalaran serta meningkatkan
keterampilan berpikir yang baik, sehingga menghasilkan lulusan pendidikan yang
optimal dan berkualitas. Hal tersebut sesuai dengan tuntutan era globalisasi saat ini
yang membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, memiliki daya saing tinggi,
baik secara lokal maupun global.
Salah satu tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk generasi yang
kreatif, selain tentu saja menciptakan generasi yang tangguh, berbasis teknologi
dengan berlandaskan iman dan taqwa sehingga mampu bersaing dengan dengan
penduduk lain didunia (Mulyasa, 2013:7). Untuk menghasilkan generasi yang
kreatif, tangguh dan berbasis teknologi, diperlukan adanya penyempurnaan
kurikulum dari semula Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
Kurikulum 2013. Melalui Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis
kompetensi, diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan
berdaya saing tinggi.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia
Indonesia dinilai rendah, dianggap masih belum mencapai hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in International Match
Science Survey) dari Global Institute, data tahun 2011, Indonesia menempati
jauh dibawah Singapura yang menempati posisi pertama dengan skor 590, negara
tetangga terdekat : Malaysia berada 8 peringkat diatas Indonesia yaitu di posisi ke-32
dengan skor 426, sedangkan negara Asia Tenggara lainnya yakni Thailand berada di
posisi ke-27 dengan skor 451. Selain itu data dari PIRLS (Progress in Reading
Literacy Student Assessment) tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh
skor 428 menempati posisi ke-43 dari 45 negara yang di survey, Singapura jauh lebih
unggul mencapai skor 567, sehingga berada di posisi ke-4. Demikian pula dengan
hasil survey PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2011 juga
menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, dengan skor 384 Indonesia berada pada
posisi ke 63 dari 65 negara yang di survey, sangat jauh bila dibandingkan dengan
Singapura yang memperoleh skor 556 sehingga menempati posisi ke-2. Data-data
tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia secara umum
berada dibawah negara-negara tetangga. Oleh karena itu pemerintah menganggap
perlunya pengembangan kurikulum baru yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa, yakni Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, yang hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik yakni berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum 2013 diarahkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan
minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Berikut ini merupakan indikator - indikator perubahan yang diharapkan dalam
implementasi Kurikulum 2013: 1. Adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif
dan mandiri; 2. Adanya peningkatan mutu pembelajaran; 3. Adanya peningkatan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar; 4. Adanya
jawab sekolah; 6. Tumbuhnya sikap, keterampilan dan pengetahuan secara utuh
dikalangan siswa; 7. Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM); 8. Terciptanya iklim yang aman, nyaman dan tertib,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull
learning); 9. Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous
quality improvement). (Mulyasa, 2013:11)
Dalam hal mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) tersebut sebagai salah satu indikator perubahan yang
diharapkan maka diperlukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dapat
menstimulasi motivasi peserta didik agar aktif dan kreatif sehingga meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif
peserta didik, sehingga menghasilkan output yang berdaya saing tinggi sesuai
tuntutan global.
Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat diperoleh dalam proses
pembelajaran yang bermakna, proses yang dilakukan secara maksimal dengan
melibatkan dan memberdayakan semua elemen-elemen, sub-sub, bagian-bagian,
komponen-komponen atau unsur-unsur yang terkait. Seperti telah diketahui bahwa
proses belajar dan penguasaan informasi setiap individu berbeda-beda, tergantung
gaya belajar dan motivasi masing-masing individu. Momon Sudarma (2013:35)
mengemukakan bahwa keterampilan berpikir (thinking skills) atau pemikiran yang
terlatih, bukan saja penting dalam dunia kerja, pendidikan dan pelatihan atau riset.
Keterampilan berpikir ini, penting dimiliki oleh setiap orang, baik didunia kerja,
maupun dalam kehidupan sehari-hari, sebagai modal untuk bisa menemukan solusi
atas masalah yang terjadi dalam kehidupannya, baik masalah didalam kelompoknya
Hal ini sesuai dengan desain pembelajaran konstruktivistik yang memandang
manusia memiliki potensi berbeda antara satu dan lainnya. Dalam pembelajaran
konstruktivistik pengetahuan dibangun melalui pengalaman, interaksi sosial dan
kehidupan nyata. Peserta didik membentuk pengetahuannya sendiri dengan
bimbingan guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kegiatan pembelajaran yang pada
umumnya dilaksanakan saat ini masih mengutamakan peningkatan pemahaman
konsep, sebatas penguasaan materi pelajaran. Siswa lebih diarahkan untuk menghafal
informasi, mengingat dan menyimpan informasi tanpa memahami bagaimana
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal semestinya dengan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa diharapkan dapat memperoleh
pengalaman-pengalaman baru dalam membentuk kehidupan sebagai individu yang
dapat hidup mandiri.
Oleh karena itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang tepat, untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tema Kurikulum 2013 adalah
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui
penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk
mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara
profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan),
mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,
menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2013:99).
Seperti telah diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam segala aspek kehidupan.
Demikian pula dalam mata pelajaran kewirausahaan, menurut Suryana (2013: 2) pada
awalnya kewirausahaan dipandang sebagai kemampuan yang dilahirkan dari
sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang,
kewirausahaan bukan hanya mengenai urusan lapangan dan bakat bawaan, tetapi juga
disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat
kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang
berhasil menjadi wirausahawan adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits)
dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasikan
usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausahawan
yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan
mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya.
Berdasarkan pengamatan penulis permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran Kewirausahaan di SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang adalah
sebagai berikut: (1) Peran guru yang terlalu mendominasi proses pembelajaran, (2)
Guru hanya berfokus pada buku pelajaran. Pada umumnya proses pembelajaran
masih menggunakan model ceramah. Belum banyak guru yang memiliki keinginan
menggunakan model-model pembelajaran kreatif yang mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Meskipun telah diketahui bersama bahwa
model yang demikian itu akan menurunkan minat belajar peserta didik, serta
membekukan daya nalarnya. Siswa akan terkondisi dalam keadaan tidak terbiasa
berpikir dan memecahkan masalah, hanya ‘menerima’, kurang aktif dalam mencari
atau menemukan informasi baru untuk menjawab masalah atau untuk memecahkan
masalah.
Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian kuasi
eksperimen. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI (sebelas) SMK Negeri 1
Cilamaya, Kab. Karawang Tahun Pelajaran 2013/2014. Data yang diperoleh dari
hasil pra-penelitian, diketahui bahwa hasilnya menunjukkan hasil yang kurang
Tabel 1.1
Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI SMKN I Cilamaya – Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas Jumlah Siswa
Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif (%) Berpikir
Lancar (Fluency)
Berpikir Luwes (Flexible)
Berpikir Orisinal
Berpikir Terperinci (Elaborasi)
XI TKR 1 29 2,11 0,54 1,76 0,81
XI TKR 2 24 2,94 0,84 2,19 0,97
XI TKR 3 28 2,18 0,73 1,85 0,88
XI TPHPi 22 2,43 1,09 2,04 1,65
XI AP 1 24 2,14 0,95 2,29 0,81
XI AP 2 24 2,57 1,09 1,91 1,26
Rata-rata 2,40 0,87 2,01 1,06
Sumber: Pra-Penelitian, data diolah
Dari tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pencapaian indikator
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Cilamaya menunjukkan
angka yang rendah, yaitu masih dibawah 50 %. Hal tersebut menunjukkan tingkat
kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang rendah. Banyak faktor yang mungkin
saja menjadi penyebab rendahnya pencapaian tersebut, salah satunya adalah Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang didominasi peran guru sebagai pusat pembelajaran
Dalam hal ini, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dianggap
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Seperti yang dikemukakan
oleh Dewey (Delisle, 1997:10) bahwa pengertian Problem Based Learning (PBL)
adalah :
To organize education so that natural active tendencies shall be fully enlisted in doing something, while seeing to it that the doing requires observation, the acquisition of information, and the use of a constructive imagination, is what needs to be done to improve social conditions.
Berdasarkan uraian fenomena tersebut, penulis merencanakan suatu penelitian
eksperimen kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) dengan Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa.” (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Materi
Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan di Kelas XI SMK Negeri 1 Cilamaya
Tahun Pelajaran 2013/2014)
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata
pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Diskusi?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata
pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode Ceramah?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
Problem Based Learning dengan metode Diskusi dibandingkan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran Ceramah?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata
pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan
model Problem Based Learning dengan metode Diskusi.
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata
pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode Ceramah.
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam mata pelajaran kewirausahaan antara kelas yang menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dengan metode Diskusi dibandingkan kelas
yang menggunakan model pembelajaran Ceramah.
1.4Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu
pendidikan, khususnya dalam penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) dengan metode diskusi.
2. Manfaat Praktis
Bagi peserta didik, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan
hasil belajar dan minat peserta didik dalam memahami dan mempelajari lebih
sekelas sebagai sarana untuk saling bertukar pikiran, saling mendengarkan
dan saling menghargai pendapat orang lain.
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu informasi mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran kewirausahaan pada peserta
didik serta sebagai salah satu pertimbangan dan acuan dalam proses
pembelajaran kewirausahaan, terutama penggunaan alternatif model
pembelajaran.
Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif
pembelajaran dalam rangka peningkatan dan perbaikan proses serta hasil
pembelajaran agar bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Suharsimi (2012: 203) metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimen dengan metode eksperimen semu
(quasi-experimental design). Campbell & Stanley (Shadissh et al.:15) mengemukakan
pendapatnya tentang quasi-experimental design sebagai berikut:
There are many natural social settings in which the research person can introduce something like experimental design into his scheduling of data collection procedures (e.g., the when and to whom of measurement, even though he lacks the fall control over the scheduling of experimental stimuli (the when and to whom of exposure and the ability to randomize exposure) which make a true experiment possible. Collectively, such situations can be regarded as quasi-experimental designs.
Quasi experiment, disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum
memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah
mengikuti peraturan-peraturan tertentu. (Suharsimi, 2010:123).
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Non-Equivalent Pretest-Posttest
Control Group Design. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Non-Equivalent Pretest and Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Kelas Kontrol O3 O4
Keterangan :
X : Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning)
O1 : Pre Test (Tes awal sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
O2 : Post Test (Tes akhir setelah perlakuan ) pada kelompok eksperimen
O3 : Pre Test (Tes awal) pada kelompok kontrol
O4 : Post Test (Tes akhir) pada kelompok kontrol
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Cilamaya Tahun
Pelajaran 2013/204 dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kreatif siswa. Terdapat dua kelas dalam penelitian ini, yakni salah satu kelas
sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) dengan metode diskusi, sedangkan satu kelas lainnya
sebagai kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah
Tabel 3.2
Deskripsi Subjek Penelitian
Kelas Jumlah Siswa Laki-Laki Perempuan
PBL 19 16 3
Ceramah 19 16 3
Kelas yang dikenakan perlakuan dengan model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) adalah kelas XI AP2 dan yang menjadi kelas
kontrol adalah kelas XI TKR2. Kedua kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas
(Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu model Problem Based Learning dan variabel terikatnya
yaitu kemampuan berpikir kreatif.
Definisi konsep menurut Preisseisen dalam Martinis Yamin (2012:71)
menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kreatif (creative thinking) yaitu
keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan
suatu ide yang baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi dan intuisi individu.
Sedangkan dalam definisi operasional: kemampuan berpikir kreatif adalah skor
siswa yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif yang mengukur perilaku (1)
kelancaran, (2) keluwesan, (3) keaslian, dan (4) elaborasi sebagai indikator
kemampuan berpikir kreatif seperti tabel dibawah ini.
Tabel 3.3
Indikator Berpikir Kreatif
No Perilaku Arti
1 Berpikir lancar - Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan - Arus pemikiran lancar
2 Berpikir luwes (fleksibel) - Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
- Mampu mengubah cara atau
pendekatan
- Arah pemikiran yang berbeda-beda
3 Berpikir orisinal - Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang 4 Berpikir terperinci
(elaborasi)
- Mengembangkan, menambah,
- Memperluas suatu gagasan Sumber: Munandar (2009:192)
3.5 Alat Tes Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
(Arikunto, 2006:151)
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif mengenai materi pelajaran yang telah diberikan
pada siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes soal pilihan ganda
sebanyak 10 soal. Pretest diberikan kepada kedua kelas, baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol, untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kemudian posttest juga diberikan kepada kedua kelas tersebut setelah kegiatan
pembelajaran dilaksanakan, yaitu treatment model problem based learning dengan
metode diskusi di kelas eksperimen dan metode ceramah di kelas kontrol.
3.6 Analisis Uji Alat Tes
Alat tes penelitian yang akan mengukur hasil belajar peserta didik setelah
dilakukan eksperimen akan diuji. Alat tes tersebut akan diuji validitas, reliabilitas, uji
tingkat kesukaran soal, dan uji daya pembeda dengan menggunakan bantuan software
komputer SPSS versi 21.
a. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Demikian pula pendapat Suliyono (2012: 40) bahwa validitas adalah
Dalam penelitian ini, perhitungan validitas dilakukan untuk validitas
item soal. Untuk mengukur tingkat validitas item soal, digunakan rumus
korelasi product momment :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan :
= Angka korelasi product momment
N = Number of Cases (Jumlah Siswa)
∑ = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑ = Jumlah skor X
∑ = Jumlah skor Y
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun
karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat
mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan
hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya
kesejajaran. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien
korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Interpretasi Uji Validitas
Nilai Interpretasi
0,800 ~ 1,000 Sangat tinggi
0,600 ~ 0,799 Tinggi
0,400 ~ 0,599 Cukup
0,200 ~ 0,399 Rendah
0,000 ~ 0,199 Sangat rendah
Untuk penafsiran harga koefisien korelasi harus dikonfirmasi dengan
dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. disebut juga r hitung.
Hasil r hitungyang diperoleh, harus dikonfirmasikan dengan harga distribusi r
kritis dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 yang artinya peluang membuat
kesalahan sebesar 5% setiap item akan terlihat tingkat kesalahannya. Apabila
harga r hitung> r tabel maka korelasi tersebut dinilai valid (signifikan) dan
sebaliknya.
b. Uji Reliabilitas
Selain uji validitas, yang tidak kalah penting adalah reliabilitas.
Arikunto (2010: 221) mengemukakan bahwa reliabilitas menunjuk pada satu
pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Inti dari
reliabilitas adalah keajegan dari data tersebut. Sehingga bila digunakan
beberapa kali pun akan menunjukkan hasil yang sama.
Dalam penelitian ini, untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus
Spearman-Brown. Dalam teknik ini, skor yang diperoleh dikelompokkan
menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal (ganjil-genap). Dengan teknik
ganjil-genap ini skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan
kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah
selanjutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor
belahan kedua, dan akan diperoleh harga rxy. Rumus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Keterangan :
= rxyyang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen.
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product momment, dengan
kriteria :
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : Cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,199 : Sangat rendah
c. Uji Tingkat Kesukaran
Indeks tingkat kesukaran menunjukkan sukar dan mudahnya suatu
soal, besarnya indeks tingkat kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0. Soal
dengan indeks tingkat kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu
sukar, indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Tingkat
kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= s
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
s : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan
interpretasi tingkat kesukaran yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. 5
Harga TK Klasifikasi
TK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < TK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < TK ≤ 1,00 Soal mudah
TK = 1,00 Soal terlalu mudah
Dengan menggunakan SPSS 21 maka indeks kesukaran hasil
perhitungan instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6
Tingkat Kesukaran Soal Tes Pilihan Ganda
No. Soal Nilai Indeks Keterangan
1 0,34 Sedang
2 0,90 Mudah
3 0,69 Sedang
4 0,34 Sedang
5 0,38 Sedang
6 0,93 Mudah
7 0,86 Mudah
8 0,79 Mudah
9 0,52 Sedang
10 0,17 Sukar
d. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda adalah untuk membedakan dan mengelompokkan data,
setiap butir soal tes hasil belajar peserta didik yang diawali dengan cara
soal. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kelompok atas dan kelompok
bawah. Perhitungan daya pembeda soal menggunakan skor kelompok atas dan
kelompok bawah.Adapun harganya dihitung dengan rumus berikut:
= n
Keterangan:
DP : daya pembeda
: jumlah jawaban benar untuk kelompok atas
: jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah
n : jumlah peserta didik kelompok atas dan kelompok bawah
Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu disajikan dalam
Tabel 3.7:
Tabel 3. 7
Interpretasi Daya Pembeda
Harga DP Klasifikasi
0,40 – 1,00 soal diterima/baik
0,30 – 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 – 0,29 soal perlu diperbaiki
0,19 – 1,00 soal tidak dipakai/dibuang
Dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 maka daya pembeda tiap
butir soal tes kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh dapat dilihat dalam
Tabel 3.8.
Tabel 3.8
1 0,41 Soal diterima/baik 2 0,21 Soal perlu diperbaiki 3 0,28 Soal perlu diperbaiki
4 0,34 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 5 0,34 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 6 0,14 Soal tidak dipakai/dibuang
7 0,28 Soal perlu diperbaiki 8 0,28 Soal perlu diperbaiki 9 0,41 Soal diterima/baik
10 0,34 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
3.7 Prosedur Penelitian
Tiga tahapan dalam penelitian ini adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan
kemudian tahap pengolahan data penelitian sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian
Berikut tahapan persiapan penelitian sebelum mulai dilaksanakan :
a. Mengkaji standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada materi
pelajaran kewirausahaan melalui buku pelajaran kewirausahaan SMK
b. Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
c. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
d. Membuat alat instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian
f. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian : validitas, reliabilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran
g. Menentukan waktu penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan selesai, kemudian dilaksanakan kegiatan penelitian
sebagai berikut:
a. Mencari tahu kemampuan awal siswa dengan memberikan pretest baik pada
b. Menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan metode
diskusi sebagai treatment pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran
ceramah pada kelas kontrol.
c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah pembelajaran berakhir
3. Pengolahan Data Penelitian
Setelah dilaksanakan penelitian, tahapan terakhir adalah pengolahan data
penelitian, sebagai berikut:
a. Data hasil pretest, posttest dan nilai rata-rata diolah dan dianalisis
b. Menguji hipotesis dan menganalisis hasil penelitian
c. Data hasil penelitian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
d. Menarik kesimpulan, menjawab pertanyaan masalah penelitian berdasarkan
hasil pengolahan data penelitian
e. Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan
dalam pelaksanaan pembelajaran
Prosedur penelitian yang telah dijelaskan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
48 ROSIDA EVI SANTIHOSI, 2015
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan
Studi Pendahuluan Studi Pustaka
Masalah
Menentukan Subjek Penelitian Menyusun Instrumen
Instrumen Teruji
Uji Coba Instrumen Kelas Eksperimen (X1) Kelas Kontrol (X)
Treatment Pretest
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
Data Pretest dan Posttest kelas Eksperimen diolah mulai dari penskoran,
menghitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata, kemudian menghitung N-Gain.
b. Teknik Analisis Data
Uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu dilakukan sebelum
melakukan uji hipotesis, yaitu sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis
chi-kuadrat (X2). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan
frekuensi. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengadakan estimasi dan
untuk menguji hipotesis.
Yaitu:
X2 = nilai chi-kuadrat
Fo = frekuensi yang diperoleh
Fe = frekuensi yang diharapkan
Adapun kriteria dalam pengujian ini, jika chi-kuadrat dalam tabel (X2)
hitung lebih kecil dari harga chi-kuadrat (X2) dalam tabel pada taraf
signifikansi 5% atau ᴾ > 0,05, maka sebaran datanya berdistribusi normal,
demikian pula sebaliknya.
b)Uji Homogenitas
Uji homogenitas diketahui untuk menguji apakah sampel berasal dari
variansi yang sama atau tidak. Uji yang digunakan dalam menguji
homogenitas adalah uji F.
Rumus homogenitas tersebut sebagai berikut:
Adapun kriteria dalam pengujian ini adalah jika f hitung lebih kecil
daripada f tabel, maka dapat dikatakan sampel homogen atau sebaliknya.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t, model Separated Varian, dengan
√
Apabila nilai t hitung > tabel 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, ,
artinya terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
yang diberi proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Problem-based
learning lebih tinggi daripada siswa yang diberikan metode pembelajaran
konvensional.
Ketentuan diterima tidaknya hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1 : Terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol
b. Ketentuan
T hitung > tabel , maka Ho di tolak
T hitung < tabel , maka Ho di terima
Berikut tabel dari masalah, hipotesis dan statistik uji dari penelitian ini.
Tabel 3.9
Masalah, Hipotesis dan Statistik Uji
Masalah Hipotesis Hipotesis
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning? 1. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n setelah pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning.
Ho: Ȳpost = Ȳpre
H1: Ȳpost >
Ȳpre \Wilcoxon’s Matched Pairs Test Ho tidak dapat diterima jika p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran
Ho: Ȳpost = Ȳpre
H1: Ȳpost >
kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Ceramah? kewirausahaa n setelah pembelajaran dengan metode Ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum belajar dengan menggunakan metode Ceramah. (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan antara kelas yang menggunakan model 3. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n yang belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning
Ho: GA =
GK_AA
H1: GA >
Problem
Based
Learning
dengan kelas
yang
menggunakan
metode
pembelajaran
Ceramah?
meningkat
lebih tinggi
dibandingkan
dengan siswa
yang belajar
dengan
menggunaka
n metode
pembelajaran