• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya dan Ciri Khas Suku Batak

N/A
N/A
Joana Renatha Sitanggang

Academic year: 2024

Membagikan "Budaya dan Ciri Khas Suku Batak "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Budaya dan Ciri Khas Suku Batak Eka Eria Trisna1,1

Dr. Suryo Ediyono M. Hum1,2

2Email: [email protected] [email protected]

1Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Each of them is related to the content of moral education, which includes morals towards Allah SWT, morals towards the Prophet Muhammad, morals towards oneself, morals towards family, morals towards society, and morality towards the state.

Transmitted by parents through family education, family gatherings, and traditional events.

The purpose of this study is to reveal the form of Batak Toba cultural identity contained in the mise en scene structure in the film Application for the mise en scene structure. The form of the Batak Toba cultural identity will be obtained where the Toba Batak cultural identity is contained in the three elements in the mise en scene structure. Scenes.

Keywords : Morals, mise en scene, Toba Batak cultural identity, FAMILY, CULTURE, SCENE, TOBA.

Abstrak

Masing-masing saling berkaitan dengan muatan pendidikan akhlak, yang meliputi akhlak terhadap Allah Swt, akhlak terhadap Rasulullah saw, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak, terhadap masyarakat, dan akhlak terhadap negara.

Ditransmisikan oleh orang tua melalui pendidikan keluarga, pertemuan keluarga, maupun acara- acara adat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentuk identitas budaya Batak Toba yang terdapat dalam sturuktur mise en scene pada film Lamaran struktur mise en scene tersebut akan didapat bentuk wujud dari identitas budaya Batak Toba yang identitas budaya Batak Toba terdapat pada tiga unsur yang ada dalam struktur mise en scene.

Kata Kunci: Akhlak, mise en scene, identitas budaya Batak Toba, KELUARGA, BUDAYA, SCENE, TOBA.

A. PENDAHULUAN

Suku bangsa Batak Toba merupakan salah satu Suku bangsa yang banyak ditemukan.

Batak Toba memiliki gaya hidup perantau yang tersebar dari satu enam sub suku bangsa.

Batak yang mendiami pulau Sumatera Utara yang merupakan masih dirasa sangat tabu khususnya bagi masyarakat Batak Toba dan Batak pada masyarakat Batak Toba yang tinggal di Surabaya menyakini bahwa dalam suatu kekerabatan yang dihelat oleh

Jurnal CMES, Volume. (v), Number (5),Edition (Dina Mariska Putri) Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

(2)

masyarakat Batak Toba di Surabaya selalu dimaknai dengan kehidupan Batak Toba istilah yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu yang kesatuan masyarakat Batak Toba, selain itu dengan adanya Dalihan Na Tolu ini dalam hidup perantauan kita tidak hanya bertemu dengan masyarakat yang berasal dari suku yang sama, tetapi kita bertemu dengan masyarakat lain dari suku dan ras pasangan istri yang berasal dari kalangan atau suku yang sama adalah harapan setiap orang.

Batak Toba yang mau menikah timbul permasalahan baru yang terjadi ketika seorang Batak Toba mendapatkan pasangan yang berasal dari luar suku Batak Toba atau menjalin suatu hubungan dengan seseorang yang berbeda etnis (bukan dari suku Batak Toba) maka yang terjadi pasangannya berasal dari Non Batak.

Film yang diangkat dari kearifan lokal yang ada disuatu masyarakat daerah. Dengan adanya film yang tentu diangkat dari tema identitas budaya lokal, melihat dan merasakan bahwa film yang ditonton merupakan realita yang sebenarnya ditandai dengan kemampuan film dalam mempengaruhi kehidupan sosial.

Wujud identitas budaya Batak Toba yang ada dalam struktur mise en scene.

Batak Toba merupakan etnis suku Batak yang ada di Sumatera Utara.

Toba berasal dari wilayah Toba Samosir.

Seiring berjalannya waktu etnis suku Batak Toba.

Batak yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah hukum maupun masalah dari struktur mise en scene yang terdiri dari setting, kostum dan tata rias, pencahayaan, dan pergerakan.

B. METODE PENELITIAN

Adapun sumber data utama (primer) dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) melalui wawancara dan observasi.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang relevan dengan pendidikan akhlak dan kearifan lokal budaya Batak Toba yang tersebar di banyak

literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan, serta artikel-artikel otoritatif yang ditulis oleh ahlinya untuk memperkuat analisis empiris dalam permasalahan penelitian.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi yang diteliti, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen.

C. PEMBAHASAN

A. Masyarakat Muslim Batak Toba dan Urgensi Pendidikan Akhlak.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan kawasan tanah Batak. Masyarakat yang memeluk agama islam hanya memiliki sebaran 5% atau berjumlah 13.301 jiwa dari seluruh populasi dengan total 279.257 jiwa di daerah tersebut.

Pemeluk agama Kristen sangat mendominasi dengan total 264.806 jiwa atau sebesar 95%

dari total seluruh populasi (BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2019). Oleh karena itu, hal yang paling mungkin dilakukan untuk mendeskripsikan populasi muslim di jantung-jantung tanah Batak adalah melihat sebaran- sebarannya. Populasi Muslim terbesar di Tapanuli Utara dapat ditemukan pada daerah Tarutung, Simangumban, dan Pahae Jae dengan sebaran di atas 200 jiwa. Pada daerah- daerah seperti Purbatua, Pahae Julu, Pangaribuan, dan Garoga sebaran Muslim berada di bawah 2000–1200 jiwa. Sebaran yang lebih kecil ditemukan di Adian Koting dan Siatas Barita dengan angka di bawah 600 jiwa. Sementara itu, sebaran Muslim daerah-daerah seperti Sipahutar, parmonangan, Pagaran, dan Muara hanya berada di bawah 200 jiwa,

Jurnal CMES, Volume. (v), Number (5),Edition (Dina Mariska Putri) Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

(3)

bahkan tidak ada sama sekali (Irwansyah, 2014).

B. Integrasi dan Internalisasi Pendidikan Akhlak dalam Nilai Utama Budaya Batak Toba

1. Nilai budaya kekerabatan.

Dalam muatan pendidikan akhlak terdapat akhlak terhadap keluarga, yang meliputi berbakti pada orang tua, bersikap baik kepada saudara, serta kewajiban dan kasih sayang suami istri. Berdasarkan hasil wawancara dengan R.

Siregar dikatakan bahwa ikatan unsur Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba memiliki peran penting dalam menegasikan

agama seseorang.

Sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya bahwa dalam unsur Dalihan Na Tolu terdapat nilai kekerabatan dan nilai ini pula yang seringkali

menegasikan agama

seseorang bila bertemu dalam satu acara tertentu, baik acara adat maupun acara keluarga.

2. Nilai budaya religi. Muatan pendidikan akhlak sangat erat kaitannya dengan akhlak terhadap Allah Swt., yang meliputi iman, ihsan, takwa, ikhlas, tawakal, dan syukur. Pada tradisi budaya Batak Toba, religi juga mencakup kehidupan keagamaan yang mengatur hubungan dengan Sang maha Pencipta serta hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan yang menjadi tempat tinggal. Berdasarkan hasil wawancara dengan S.

Pakpahan masyarakat Batak

Toba sangat fanatik

terhadap paham

keagamaan yang

mereka yakini.

Fanatisme masyarakat Batak Toba terhadap sisi agama di saat bersamaan mampu menjunjung tinggi nilai toleransi. Biasanya, fanatisme paham keagamaan masyarakat Batak Toba dapat melebur ketika mereka berada dalam satu acara tertentu, baik acara keluarga maupun acara adat.

3. Benturan Budaya Lokal Pada Film Lamaran.

Kekayaan budaya merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Indonesia dengan beragam suku dan adat istiadat tentu memiliki potensi budaya yang sangat besar. Beraneka ragam budaya yang dimiliki bangsa Indonesia sudah semestinya dijaga kelestariannya. Salah satu bentuk pelestarian nilai budaya terlihat ketertarikan insan perfilman Indonesia mengangkat berbagai

konteks budaya

Indonesia karya seni audio visual yang lebih dikenal dengan film.

Perkembangan industri perfilman indonesia saat ini, tentu membutuhkan ide cerita yang unik dan memiliki daya tarik agar film yang sudah diproduksi dilirik oleh penonton. Dengan

Jurnal CMES, Volume. (v), Number (5),Edition (Dina Mariska Putri) Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

(4)

adanya suatu budaya yang diangkat ke media film tentu sangat membawa dampak yang positif terhadap perkembangan zaman terutama generasi muda. Perkembangan zaman dan arus informasi yang tidak dapat dibentung dan beraneka ragam budaya masuk Indonesia dari berbagai celah, tentu perlahan-lahan akan membuat budaya lokal indoneia hilang dimakan masa.

D. KESIMPULAN

Pertautan antara pendidikan akhlak dan kearifan lokal budaya Batak Toba dapat terlihat dalam kehidupan masyarakat, yang diimplementasikan melalui kekerabatan, religi, hagabeon, hasangapon, hamoraon, hamajuaon, patik dohot uhum, pengayoman, dan marsisarian. Keseluruhan nilai tersebut Saling berkaitan dengan muatan pendidikan akhlak, yang meliputi akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak terhadap Rasulullah SAW, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat, dan akhlak terhadap negara.

Identitas budaya Batak Toba juga tercermin dari kostum dan tata rias yang Digunakan oleh aktor maupun aktris pada film Lamaran. Kostum yang mencerminkan identitas budaya Batak Toba dominan terlihat pada pemakain ulos oleh para aktor dan aktris pada film Lamaran. Selain itu, tokoh utama juga memakai pakaian

pengantin yang menandakan kostum identitas budaya Batak Toba. Tata rias pada film Lamaran dibuat dengan natural sehingga memunculkan kesan alami dan tidak menjolok. Selain itu, tata rias juga disesuaikan dengan kostum yang dipakai oleh para aktor dan aktris pada film

lamaran. Untuk melihat identitas budaya Batak pada film Lamaran juga dapat dilihat dari pemain dan pergerakan. Pada film Lamaran para pemain dibagi ke dalam tiga kategori Yaitu, protagonis, antagonis, dan deatragonis. Protagonis dalam film Lamaran diperankan Oleh Aan dan Tiar. Tokoh antagonis diperankan oleh Arif Rupawan dan Dono. Adapun yang berperan sebagai deatagonis adalah La Abo dan Sasha.

Identitas budaya Batak tinda yang tercermin dalam pemain dan pergerakan adalah sistem kekerabatan yang terlihat dari tindakan yang dilakukan oleh para aktor. Selain itu, pentingnya marga Ketika ingin menikahi seorang perempuan berdarah Batak Toba.

Pertautan antara pendidikan akhlak dan kearifan lokal.

SUMBER REFERENSI

Gultom, Rajamarpondang. (1992).

Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. Medan: Arman Press. Hal 56 Ninin, R. H. (2019). Diri religius: Suatu perspektif Psikologi terhadap

kepribadian akhlaqul Karimah. Psikis:

Jurnal Psikologi Islami, 5(1), 1–12.

https://doi.org/10.19109/psikis.v5i1.204 1

Arsi, M., & Sobur, A. (2019). Makna Identitas Budaya Dan Konflik Antaretnis Dalam Film “ Crazy Rich Asians .” 12(1), 46–60.

https://jurnal.pbsi.uniba-

bpn.ac.id/index.php/BASATAKA/articl e/view/95/65

Jurnal CMES, Volume. (v), Number (5),Edition (Dina Mariska Putri) Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan permasalahan yang diangkat adalah bagaimana wujud rancangan Pusat Seni dan Budaya Batak Toba di Samosir–sebagai sarana informasi Batak Toba dan tempat wisata–yang

Oleh karena itu values merupakan hal yang penting bagi kehidupan para ketua adat dengan latar belakang budaya Batak Toba sebagai identitas diri sehingga gambaran

Rumusan permasalahan yang diangkat adalah bagaimana wujud rancangan Pusat Seni dan Budaya Batak Toba di Samosir–sebagai sarana informasi Batak Toba dan tempat wisata–yang

  Budaya Batak Toba       Budaya  Lain         Enkulturasi        Akulturasi                              

mempertimbangkan elemen semiotika dalam scene yang dianggap mewakili representasi budaya Batak. 4) Penentuan scene tersebut menentukan penanda (signifier), petanda

Jadi, Makna Simbolik Ornamen Gorga Budaya Batak Toba merupakan arti mengenai lambang pada bentuk visual ornamen Gorga Batak Toba yang diaplikasikan pada rumah adat Batak Toba

Pelestarian Nilai-Nilai Civic Culture dalam Memperkuat Identitas Budaya Masyarakat: Makna Simbolik Ulos dalam Pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Sitorang.. Hukum Waris Adat

Sejarah dan Budaya Suku Batak