• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU AJAR FIKH WARIS

N/A
N/A
Siti Nur Jamilah

Academic year: 2023

Membagikan "BUKU AJAR FIKH WARIS"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

Identifikasi Mata Kuliah

Tujuan dan Silabus Mata Kuliah

KegiatanPerkuliahan

Metode

Alat Bantu

Evaluasi

Kasus ‘Aul (Pengurangan secara Berimbang/

Dari definisi/ungkapan lain dikatakan bahwa 'aul adalah jumlah bagian yang lebih besar dari asal usul permasalahan. Penulis kitab Al Mabsuthi menyatakan bahwa orang yang pertama kali berbicara tentang 'aul ini adalah Abbas. Pada dasarnya cara penyelesaian perkara pewarisan 'aul (keuntungan akhir antara cara pertama, kedua atau ketiga) adalah sama.

Kasus Radd

Kasus Gharawain/Umrayatain (Tsuluts al-Baqi)

Ahli warisnya terdiri dari kakek, tiga saudara laki-laki kandung, dan dua saudara perempuan kandung. Pada contoh kedua, ahli waris terdiri dari seorang anak perempuan, seorang kakek dan empat orang saudara tiri. Ahli warisnya misalnya terdiri dari: isteri (hamil), dengan orang tua pewaris (ayah dan ibu).

Kasus Musytarik (Kewarisan Kolektif)

Kasus Akdariyah

Contoh pertama, harta pusaka senilai Rp. Waris terdiri daripada suami, datuk dan abang seibu. Contoh kedua: waris terdiri daripada seorang wanita dan dua saudara kandung, salah seorang daripadanya adalah mafqud. Jadi anak lelaki (dari mayat pertama, atau saudara tiri kepada mayat kedua).

Pengertian Kakek

Misalnya ayah dari ibunya.96 Hal ini didasarkan pada kaidah yang menyatakan bahwa jika seorang laki-laki memasuki seorang perempuan, maka kakek tersebut tidak nyata.

Hukum Waris antara Kakek dan Saudara

Ia adalah orang yang dapat menduduki kedudukan (jabatan/status) ayah dalam menerima warisan apabila ayah ahli waris tidak ada. Masalah ini tidak ada penjelasannya baik dalam Al-Qur'an maupun hadis Nabi SAW, sehingga mayoritas sahabat sangat berhati-hati dalam menyikapi masalah ini. Tanyakan kepada kami masalah yang paling rumit sekalipun, tapi jangan tanya saya tentang masalah warisan asli kakekmu dengan saudara kandungmu.” 98.

Barangsiapa yang senang tenggelam dalam neraka Jahannam, maka bagilah harta warisannya kepada kakekmu beserta saudara-saudaramu.”99. Mereka khawatir akan berbuat zalim atau zalim dengan memberikan hak waris kepada orang yang tidak berhak atau sebaliknya.100.

Pendapat Fuqaha tentang Hak Waris Kakek

Hal ini sama dengan cucu dari seorang anak laki-laki yang dapat menggantikan posisi anak laki-laki tersebut jika dia tidak ada. Alasan lain yang dikemukakan pernyataan tersebut adalah mengandalkan mahjub hajib, yaitu hanya bapak saja yang boleh berhijab, sedangkan saudara kandung boleh berhijab oleh bapak dan keturunan laki-laki. Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Thabit dan beberapa sahabat lainnya berpendapat bahwa kakek hanya boleh berhijab pada kerabatnya saja.

Meskipun Zaid bin Tsabit menempatkan cucu putranya pada posisi anak laki-laki, namun ia tidak menempatkan kakek pada posisi yang persis sama dengan ayah.108.

Prinsip dalam Penyelesaian Masalah Kewarisan

Misalnya apakah ahli waris masih hidup dalam kandungan ketika almarhum meninggal dan diperbolehkan mewaris. Terkadang kita juga ragu apakah ahli warisnya masih hidup atau sudah meninggal, misalnya orang hilang yang tidak jelas hidup dan matinya. Namun jika bayinya perempuan, maka pamannya berhak mengangkatnya sebagai ashobah, karena keponakan dari saudara kandungnya bukanlah ahli waris.

Apabila anak tersebut lahir laki-laki atau perempuan, maka statusnya sama dengan ahli waris dari saudara kandung dari ibu yang sama (dzawil furudh). 90.000 dan meninggalkan ahli waris masing-masing terdiri atas: ibu, seorang anak perempuan dan seorang paman (saudara laki-laki ayah disebut “amun”). Dalam keadaan ini, ahli waris tersebut diberikan bagian yang lebih kecil dari dua pilihan.

Ahli waris orang yang meninggal kedua adalah orang-orang yang mewarisi harta benda dari orang yang meninggal pertama, tetapi nasibnya terhadap orang yang meninggal kedua berbeda. Misalnya, pada tahun tertentu, seorang laki-laki meninggal dengan meninggalkan ahli waris seperti istri, tiga orang putri, dan seorang putra.

Kewarisan Anak dalam Kandungan

Jika lahir anak lelaki, maka bayi yang mengambil selebihnya, kerana statusnya sebagai anak saudara lelaki kandung, akan mengaburkan harta pusaka bapa saudaranya. Boleh mewarisi, dan tidak ada perbezaan jumlah saham sama ada lelaki atau perempuan. Tiada apa-apa diberikan kepada saudara kandung, dan isteri mendapat 1/8 daripada harta itu, baki 7/8 ditahan untuk penjelasan: jika anak dalam kandungan ternyata lelaki, maka dia mengambil semua baki 7 / 8 sebagai kawan dan abang bata.

Jika anak dalam kandungan ternyata perempuan, maka dia mengambil ½ daripada harta = 4/8 dan baki 3/8 pergi kepada abang kandungnya sebagai ashobah. Jika seorang anak dilahirkan kepada dua orang perempuan, maka untuk kedua-dua 2/3 daripada harta = 16/24, dan baki 5/24 pergi kepada saudara kandung sebagai ashob. Jika ternyata anak itu meninggal dunia, maka saudara lelaki itu menjadi pasangan dan mengambil ¾ daripada harta tersebut, dan isteri mengambil ¼ daripada harta tersebut.

Perempuan mendapat 1/8 dari hartanya, baik anak yang dikandungnya itu laki-laki atau perempuan, satu atau lebih, bagian perempuan itu sama. Pembagian harta warisan mula-mula dengan anggapan bahwa kehamilan itu menyangkut seorang anak laki-laki dan ia dianggap sebagai ahli waris bersama-sama dengan ahli waris yang lain.

Kewarisan Khuntsa Musykil (Banci)

Maka bagian masing-masing ahli waris harus dicatat/dibandingkan menurut ketentuan pembagian pertama, jika seorang anak laki-laki atau lebih, maka menurut bagian kedua, jika satu anak perempuan dan kemudian menurut bagian ketiga, jika dua anak perempuan atau lebih, maka ahli waris yang dapat termasuk dalam bagian pertama, kedua dan ketiga tersebut di atas hanya ikut serta sementara sekurang-kurangnya menurut ketentuan di atas. Karena setiap manusia pasti mempunyai alat kelamin yang berbeda-beda, jika tidak berjenis kelamin laki-laki berarti berjenis kelamin perempuan. Para fuqaha sepakat bahwa jika khuntsa telah menggunakan salah satu alat kelaminnya, atau merawat dan mencintai (laki-laki atau perempuan), maka dia dapat dihukum sebagai laki-laki atau perempuan, dia menjadi ‘disebut khuntsa wadhih.

Penentuan bahagian harta pusaka yang akan diterima adalah berdasarkan penentuan sebagai lelaki atau perempuan, memperhatikan tanda-tandanya. Jika lelaki atau perempuan tidak boleh dihukum kerana tanda-tandanya belum jelas, maka ia dinamakan khuntsa musykil. Jika anak saudara khuntsa itu dihukum perempuan, ia mendapat 1/6 hise, kerana "takmilatun li tsulutsain" bersama perempuan, dan jika dihukum sebagai lelaki, khuntsa ini juga mendapat 1/6 ashobah bi al. . Nafsi.khuntsa dan saham waris lain adalah sama, tidak berubah.

Oleh karena itu, pada saat itu harta warisan dapat segera dibagi, tanpa menunggu kejelasan apakah yang bersangkutan perempuan atau laki-laki. 1/6 sisanya ditahan/ditangguhkan sampai jelas atau dapat dihukum bahwa khuntsa tersebut laki-laki atau perempuan.

Kewarisan Mati Bersama

Beliau juga menjelaskan apa dan bagaimana yang harus dilakukan apabila orang-orang yang mempunyai hubungan darah karena mempunyai hak waris meninggal dunia secara bersamaan, baik akibat kecelakaan pesawat yang menewaskannya, atau akibat tenggelamnya kapal yang mereka tumpangi. pada. bepergian dan terkena dampak puing-puing konstruksi (akibat bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, tsunami atau lainnya), termasuk wabah penyakit, kematian akibat perang atau kebakaran. Aturan yang berlaku dalam pembagian hak waris orang-orang yang mati bersama-sama, baik karena tenggelam maupun terkubur di bawah reruntuhan, adalah menentukan siapa yang meninggal terlebih dahulu dan siapa yang meninggal kemudian. Jika hal ini dapat diketahui, meskipun peristiwa-peristiwa yang mendahului dan sesudahnya hanya berumur pendek, maka hak waris beralih kepada orang yang meninggal kemudian, dan harta benda beralih kepada ahli waris lainnya (yang hidup kemudian).

129 Kematian didasarkan pada keputusan hakim atau pengadilan, khusus bagi orang yang tidak diketahui hidup/matinya, karena “hilang” dan tidak diketahui kabarnya hidup atau mati, karena tidak ada kejelasan mengenai hal itu. Atau bencana yang menimpa semua orang, seperti kebakaran, dan tidak diketahui siapa yang meninggal sebelum mereka. Sisanya kemudian diwariskan kepada ahli waris masing-masing, seperti ahli waris dari adik laki-laki (C), ibu mendapat 1/6 = 1/6 x Rp.

Aturan penyelesaian harta warisan bersama setelah meninggal dunia erat kaitannya dengan dua pandangan yang ada mengenai harta waris tersebut. Menurut sebagian besar masyarakat, mati bersama antara orang-orang yang mempunyai hubungan keturunan, seperti suami istri, orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, tidak saling mewarisi karena didukung oleh kelompok mayoritas.

Kewarisan Mafqud (Orang yang hilang)

Kadang-kadang dapat juga ditentukan seseorang yang masih hidup berdasarkan asal usulnya (istishhab al hal), hingga yang benar-benar muncul justru sebaliknya (yakni benar-benar mati). Hartanya harus disimpan sampai tiba saatnya ada kabar jelas bahwa mafqud telah divonis orang yang tidak akan hidup lagi. Malikiyah berpendapat, pertimbangan orang hilang sebagai meninggal sehubungan dengan harta bendanya adalah pada usia kebanyakan orang, yaitu 70 tahun.

Diriwayatkan juga bahawa menurut Imam Malik jika seseorang hilang di negara Islam tanpa diketahui beritanya, Pada dasarnya pendapat bahawa masalah orang hilang (mafqud) sepenuhnya terserah kepada ijtihad hakim,161 imam ( ketua kerajaan)162 dibentangkan, lebih dipertimbangkan. Dalam erti kata lain, harta yang ditinggalkan masih menjadi miliknya dan mesti dipelihara sehingga hak milik orang yang hilang itu jelas sama ada dia masih hidup atau sudah mati.

Ini disebabkan oleh: pertama, kerana diketahui bahawa salah satu syarat pewarisan bagi orang yang mewarisi ialah "hidup ahli waris ketika waris meninggal," walaupun hidup mafqud (orang yang mewarisi. ) masih diragui. Apabila orang yang hilang adalah orang yang akan diwarisi, orang yang akan diagihkan harta pusaka. Menunggu orang hilang berusia 70 tahun, kemudian dijatuhi hukuman mati dengan keputusan hakim.

Jika ini berlaku, hak si mati ke atas harta waris berpindah kepada warisnya.

193 Ibid, hal. 424. Tabel (tertulis tidak seperti tulisan ini).
193 Ibid, hal. 424. Tabel (tertulis tidak seperti tulisan ini).

Pengertian Munaskhah

Keadaan Munasakhah

Dalam keadaan ini, ahli waris anak perempuan yang meninggal sama dengan ahli waris ayahnya, namun hubungan anak laki-laki dengan almarhum menjadi saudara laki-laki dan perempuan, dan kedua anak perempuan lainnya menjadi dua saudara kandung. Tiap saudara = 21 ha. 187 Jadi, dari dua kematian/masalah tersebut, anak laki-laki tersebut mendapat warisan dari bapaknya seluas 126 ha. Ahli waris almarhum berikutnya bukanlah ahli waris almarhum pertama, atau sebagian ahli waris almarhum kedua merupakan ahli waris almarhum pertama dan almarhum kedua.

Contoh pertama, seorang wanita meninggal dunia meninggalkan waris yang terdiri daripada suami, kakak ibu191 dan bapa saudara kandung (dari sebelah bapa). Lelaki itu meninggalkan waris: anak perempuan, cucu perempuan daripada anak lelaki, ibu dan bapa. Oleh itu penyelesaiannya hanyalah dengan mengira hak/bahagian bagi setiap waris kes, dan bahagian/hak yang diterima daripada waris pertama kemudiannya akan diserahkan kepada waris.

195 Meskipun pentashhihan saat ini belum terlalu diperlukan karena jenis mata uangnya berbeda-beda, namun nampaknya dalam berbagai keputusan/keputusan yang dikeluarkan sebagai produk Pengadilan Agama tentang gugatan dan permohonan suksesi, tetap dimasukkan sebagai hasil akhir. untuk memutuskan/menentukan bagian masing-masing ahli waris dalam perkara tersebut. Dari tabel pelunasan di atas terlihat bahwa pada tahun terjadinya pembagian harta warisan melalui pemindahtanganan sampai dengan penerbitan keempat, ahli waris yang tersisa hanya dua orang, yaitu seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.

Gambar

193 Ibid, hal. 424. Tabel (tertulis tidak seperti tulisan ini).

Referensi

Dokumen terkait

South African Council for Scientific and Industrial Research.. African Studies