Pembahasan yang lebih fokus sosiologis cenderung menggunakan istilah “wacana”. ANALISIS WACANA. Pendengar dan pembaca Penemu topik, peserta tutur, atau penulis melakukan beberapa tindak tutur sebagai bentuk ekspresi.
Bahasa peka terhadap konteks
Analisis wacana merupakan analisis satuan kebahasaan atas penggunaan bahasa lisan dan tulisan yang melibatkan pihak pengirim pesan dan penerima pesan dalam tindakan komunikasi (Slembrouck, 2003: 1). Kajian wacana tertulis dan lisan disebut juga analisis wacana atau studi wacana.
Analisis wacana Kritis
Cara Berkomunikasi a..Ragam Lisan
Dalam penggunaannya, bahasa lisan digunakan pada situasi dan keadaan tertentu, tergantung kebutuhan pemakainya. Penggunaan bahasa lisan juga biasanya lebih fleksibel tergantung pada situasi dan keadaan di mana bahasa tersebut digunakan, apakah penggunaan bahasa lisan itu baku atau tidak.
Cara Pandang Penutur a. Ragam Dialek
Dalam komunikasi, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi, dan dalam hal ini bahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam menyampaikan informasi kepada penerimanya. Dalam hal ini bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dalam rangka menemukan dan mengembangkan pengetahuan.
Properti Wacana
Hubungan Antarproperti Wacana
Fakta bahwa bahasa mempunyai struktur, menciptakan makna dan digunakan untuk membentuk tindakan tentu saja tidak terbatas pada unit wacana saja. Meskipun penutur dan penutur menciptakan dan menentukan struktur, makna, dan tindakan dalam domain selain wacana, pemeriksaan terhadap sifat-sifat ini dalam wacana menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut tidak berdiri sendiri: tidak satu pun dari sifat-sifat ini dapat dipahami tanpa mempertimbangkan sifat-sifat lainnya. Schiffrin menyoroti dua keuntungan mendiskusikan bagaimana menganalisis struktur pendekatan, makna dan pengoperasian narasi dan argumen.
Pembahasan narasi yang digunakan Schiffrin serupa dengan kerangka yang digunakan Labov dan Waletsky. Narasi terdiri dari lima bagian berbeda, (1) abstrak, yang menyampaikan pokok atau tema cerita, (2) orientasi, yang menggambarkan latar belakang cerita, seperti siapa, di mana, dan kapan peristiwa itu terjadi, ( 3) aksi komposit, yang mengurutkan cerita peristiwa dalam rangkaian peristiwa dalam waktu, (4) coda yang menutup cerita dengan berpindah dari masa lalu cerita ke masa kini, dan (5) evaluasi, yang lokasinya tersebar. sepanjang aksi komplikasi dan pada paragraf aksi komplikasi menunjukkan bahwa pendongeng menggunakan pengalaman tertentu untuk menyampaikan poin cerita. Mengingat pendekatan psikolinguistik, Renkema mengatakan bahwa jenis aturan yang serupa dengan yang digunakan dalam 'aturan struktur frasa' yang digunakan dalam tata bahasa generatif telah diterapkan untuk menggambarkan struktur sebuah cerita.
Pertama, karena cerita membutuhkan lebih banyak waktu daripada giliran untuk berbicara, maka cerita mengharuskan narator untuk melanggar kesepakatan yang sudah diketahui oleh pendengar untuk menghindari potensi titik transisi. Ketiga, terdapat identifikasi poin-poin umum yang muncul dari pengalaman spesifik yang dilaporkan dalam cerita dan dapat dilihat sebagai tugas semantik karena melibatkan pengorganisasian serangkaian proposisi multi-level ke dalam skema yang lebih luas.
Model Koherensi Wacana
Dalam Schiffrin menyebutkan beberapa masalah umum dalam menerapkan logika pada argumen sehari-hari, contoh, peran premis tersembunyi, dan kebutuhan akan informasi latar belakang. Toulmin dalam Schiffrin menolak model logistik formal, dengan alasan bahwa model argumentasi yurisprudensi memberikan kerangka yang ambigu. Unit premis dan kesimpulan tradisional mengaburkan unit data, jaminan, dukungan, kualifikasi, klaim, dan pernyataan yang berbeda.
Model ini menitikberatkan pada koherensi lokal (lokal), yaitu koherensi yang dibangun melalui hubungan antar unit-unit yang berdekatan dalam wacana, namun ia berpendapat bahwa model ini dapat diperluas hingga mencakup dimensi koherensi yang lebih global. Schiffrin membedakan dua jenis struktur non-linguistik: struktur pertukaran dan struktur tindakan. Terlebih lagi, struktur pertukaran sangat penting dalam memenuhi apa yang dikatakan Goffman dalam Schiffrin tentang keterbatasan sistem percakapan.
Schiffrin menggunakan struktur tindakan untuk menunjukkan bahwa tindak tutur ditempatkan tidak hanya dalam kaitannya dengan identitas penutur dan setting sosialnya, tetapi juga dalam kaitannya dengan tindakan yang mendahuluinya dan tindakan yang menyusulnya. Berbeda dengan struktur pertukaran dan tindakan yang dipandang Schiffrin sebagai sesuatu yang pragmatis, unit-unit tersebut berada di dalam struktur.
Kesimpulan
Pertanyaan mendasar mengenai wacana yang masih relevan, kami tanyakan dalam artikel ini: “Apa saja parameter atau standar wacana?” Kajian ini merupakan penemuan kembali salah satu dari tujuh standar wacana hasil kajian de Beaugrande dan Dressler. Teks atau wacana yang koheren berarti setiap unsur terintegrasi secara internal ke dalam unit teks. Tegasnya setiap komponen teks itu lahir, misalnya kata-kata yang sebenarnya didengar atau dibaca, dihubungkan satu sama lain dalam suatu rangkaian.
Teks atau wacana yang koheren adalah teks atau wacana yang didalamnya terdapat komponen-komponen dunia tekstual, seperti: konfigurasi konsep dan hubungan yang mendasari teks saling koheren.
Kohesi Dan Korehensi
Akseptabilitas
Lambek mengemukakan dua pandangan berbeda mengenai kajian bahasa: (a) penekanan pada data gramatikal yang terdapat dalam semua bahasa; (b) keyakinan bahwa tata bahasa dapat memilih semua hubungan yang mungkin terjadi secara independen dari kejadian aktual. Orang sering kali membuat pernyataan yang mungkin terasa tidak dapat diterima dalam keadaan normal; sebaliknya, mereka menerima pernyataan dari orang lain yang sangat jarang dilontarkan. Orang sering kali 'mengoreksi' ekspresi mereka ketika mereka merasa ekspresi tersebut tidak memuaskan, meskipun pengetahuan mereka tentang bahasa tersebut tidak berubah dalam situasi tersebut.
Perubahan produksi penggunaan teks menyesuaikan dengan peran sosial yang diinginkan dalam berbagai konteks sosial tertentu. Mengingat semua pertimbangan ini, bahasa dapat dideskripsikan atau dideteksi dari teks yang benar secara kontekstual. Penerimaan orang lain terhadap teks dapat muncul dari motif yang berbeda. Beaugrande melihat dalam contoh bahwa Mr.
Dialog singkat berikut ini dibayangkan Pinlet sebagai usulan untuk membebaskan diri dari situasi yang tidak menyenangkan; dia yakin dia telah jatuh ke dalam perangkap yang dibuat oleh "Heffalump" (korupsi dari "gajah") karena dia adalah hewan kecil, jadi dia hanya berharap untuk mengecoh Heffalump besar dengan memantau situasi dari arah yang berlawanan. Percakapan ini, meskipun agak fanatik, merupakan ilustrasi yang baik tentang bagaimana partisipan dalam sebuah wacana membuat rencana dan memprediksi kontribusi orang lain.
Keinformatifan & Situsional
Selama para peserta mematuhi prinsip-prinsip kerjasama dan prinsip-prinsip kuantitas, kualitas, hubungan dan cara, seseorang dapat dengan mudah memutuskan apa yang dimaksud dengan kontribusi yang diberikan dalam percakapan tersebut.
Intertektualitas
Semakin banyak waktu yang dihabiskan dan proses kegiatan yang melewati teks pertama dan teks lainnya, semakin besar pula mediasinya. Mediasi akan berkurang ketika orang mengambil atau mengacu pada teks yang sudah dikenal, seperti pidato orang terkenal atau karya sastra. Mediasi adalah suatu jenis kegiatan seperti mengulang, berdebat, melaporkan, menyimpulkan atau mengevaluasi teks lain, seperti teks yang ditemui dalam percakapan.
Dalam teks ilmiah terlihat sangat mustahil menjelaskan penggunaan teks-teks tradisional dimana masyarakat menggunakannya sebagai tahapan dalam produksi dan penerimaan. Beberapa jenis teks tradisional dapat didefinisikan secara fungsional, misalnya berdasarkan sebaran teks dalam interaksi manusia. Pada prinsipnya penulis dapat mendeskripsikan teks yang sudah ada, namun dalam praktiknya, teks terkenal lebih cocok dijadikan penerima.
Waktu yang tepat untuk memperluasnya adalah antara produksi teks asli dan teks-teks berikutnya yang sangat berbeda. Abstraksi dapat dibuktikan dengan melampirkan teks yang mempunyai isi yang berkaitan dengan part of Speech yang sesuai.
Pengajaran Telaah Intertekstual
Pertama, dapat dimulai secara tradisional dan diartikan sebagai jenis objek yang diamati dan diuji dengan mengembalikan teori konsistensi teks atau cara kedua, yaitu memulai dengan teori teks yang dapat disesuaikan dengan jenis-jenis teks. teks yang dapat dibandingkan dengan teks empiris. sampel. Misalnya, kohesi dan koherensi tidak hanya digunakan secara ketat dalam suatu percakapan, namun dapat dijabarkan dalam teks ilmiah. Huddleston, 1971) dalam teks berbentuk puisi, kohesi dapat bersifat sporadis dengan prinsip non-tradisional, jika teks jenis ini muncul dengan latar belakang yang tidak tepat maka komunikasi dapat terputus atau bahkan rusak. Menurut Beugrande, pengertian karya sastra yang paling komprehensif adalah teks yang mempunyai dunia yang ada.
Karya sastra seringkali mengandung perbedaan sosial dengan model yang terdapat di dunia nyata. Lebih lanjut Beugrande menyatakan bahwa teks puisi merupakan bagian dari karya sastra yang dapat diperluas. Teks puisi merupakan bagian dari karya sastra yang dapat diperluas dengan menyusun rencana strategis. Koherensi teks puisi mempunyai beberapa perbedaan dengan teks lainnya. Karya sastra dan teks puisi dapat dipandang sebaliknya, merupakan jenis teks yang cenderung menambah pengetahuan tentang apa yang diterima sebagai dunia nyata.
Permasalahan intertekstualitas adalah referensi tekstual, yaitu cara orang menggunakan atau merujuk pada teks yang dikenal. Waktu yang tepat untuk melakukan ekspansi adalah antara produksi teks asli dengan teks yang ada setelahnya sudah sangat bervariasi.
Kesimpulan
Tipe teks adalah suatu kelompok yang memproduksi, memperkirakan dan mengolah teks itu sendiri yang menentukan efisiensi, efektifitas dan kesesuaiannya, namun sebuah teks dapat memberikan garis batas antar anggotanya, kondisi komunikasi sangat berbeda dalam kategorisasinya. Searle melanjutkan karya Austin untuk mengembangkan istilah “tindak tutur” dengan membedakan: (a) tindak tutur; (b) tindakan usulan; (c) tindak ilokusi; dan (d) tindakan prelektif. Selama peserta berpegang pada prinsip kerja sama dan prinsip kuantitas, kualitas, proporsi dan cara, maka seseorang dapat dengan mudah memutuskan apa yang dimaksud dengan kontribusi yang diberikan dalam percakapan tersebut.
PERTUTURAN
DEFINISI TEORI PERTUTURAN
Buku Searle (1969) Speech Acts dibangun berdasarkan karya Austin dan mengusulkan kerangka sistematis untuk menghubungkan tindak tutur dalam teori bahasa. Searle juga mengemukakan beberapa gagasan penting untuk menerapkan teori tindak tutur dalam wacana, meskipun ia menolak gagasan bahwa percakapan diatur oleh aturan (Searle: 1989). Oleh karena itu, Searle memadukan tindak tutur dengan kajian bahasa (produksi dan interpretasi) dan makna (makna tuturan dan makna bahasa).
Pandangan Searle dalam analisisnya terhadap kalimat tidak langsung menggambarkan keadaan yang mendasari tindak tutur. Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa teori tindak tutur mengandung makna bahwa suatu bentuk tuturan mempunyai lebih dari satu fungsi (dual fungsi), karena suatu tindakan dilakukan oleh tindakan yang lain. Ketika kita benar-benar mengucapkan kesembilan bentuk tuturan di atas, kita memperoleh sembilan tindak tutur yang mempunyai tingkat kesinambungan penyampaian makna yang berbeda-beda.
Bagian ini menyajikan jenis-jenis masalah utama yang mungkin dihadapi oleh seorang peneliti yang melakukan penelitian yang melibatkan analisis wacana tindak tutur. Teori tindak tutur menyatakan bahwa kondisi-kondisi dasar (termasuk keinginan penutur, tujuan yang ingin dicapai, dan lain-lain) yang harus ada dalam suatu tuturan digunakan untuk menjelaskan suatu tindak tutur tertentu.